“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,
tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan
manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang
sempurna.” – Roma 12:2.
Menurut Kejadian 10:6-10 dan Kejadian 11:1-2,
dari keturunan Nimrod inilah yang menjadi cikal-bakal budaya. Siapakah Nimrod?
Dia adalah keturunan Ham yang dikutuk oleh Nuh. Dari tanah Sinear berasal
kebudayaan dimana Menara Babel didirikan. Ketika mereka tidak lagi satu bahasa
dan satu logat, mereka berpencar ke seluruh penjuru bumi. Tuhan menyerakkan
karean mereka membangun kebudayaan antikristus dan tidak sedikit dari mereka
yang ingin menjadi seperti Tuhan.
Waktu
kita lahir baru, Tuhan ubah kita dari dalam. Tuhan membebaskan kita dari
warisan sia-sia dari nenek moyang tanah Sinear. Kita bukan kaum Babel, tapi
anak-anak Kerajaan Allah. Darah Yesus cukup kuat untuk mengubah segala macam
kutukan. Jangan pernah setengah percaya kepada darah Anak Domba yang diberikan
untuk mengubah dan melepaskan kita dari olkutisme serta kebiasaan buruk.
Jangan letakkan status kita kepada warisan nenek moyang. Kebudayaan pasti juga
ada baiknya karena berasal dari manusia yang diciptakan dari rupa dan gambar
Allah. Namun, budaya tertinggi kita adalah Alkitab – firman Allah yang
tertulis!
Inilah beberapa kebiasaan orang Indonesia :
Minder Atau Rendah Hati?
Minder bukan rendah hati, tetapi sombong
terbalik. Sekali orang minder mendapat sesuatu yang dapat dibanggakan, dia akan
membual kanan-kiri. Orang Indonesia selalu merasa produk luar lebih bagus.
Seharusnya kita merasa rumput kita lebih hijau dari lainnya. Minder musuhnya
Tuhan karena akarnya terletak pada mengasihani diri sendiri. Sedangkan percaya
diri akarnya adalah pada kebenaran Tuhan. Minder itu sama dengan mengkritik,
menghina, menyalahkan Tuhan bahwa diri kita adalah sebuah kesalahan.
Dalam Keluaran 4:10-11, Musa menunjukkan sifat minder ketika dia berkata
bahwa dia tidak andai bicara. Namun Tuhan menegurnya dengan berkata dialah yang
menciptakan lidah. Perbedaan minder dan rendah hati adalah orang minder melihat
diri sendiri dan orang yang rendah hati melihat Tuhan. Orang yang rendah hati
adalah orang yang tahu diri dan membangun potensi.
Rendah hati adalah panggilan unutk menjadi teladan, seperti yang
tertulis dalam 1 Timotius 4:12. Janganlah kita bersembunyi di belakang. Beranilah
tampil dan menjadi inisiatif, serta menjaga perkataandan tingkah laku. Memang
hal-hal seperti ini seolah tidak berhubungan langsung dengan kehidupan di
sorga, tetapi berguna bagi kesaksian kita hidup di bumi.
Serobot Atau Antri?
Di zaman
Perjanjian Lama, budaya saling serobot juga sudah terjadi ketika
gembala-gembala tidak mau antri untuk memberi minum kambing domba. Hingga Musa datang
dan membela seorang gembala wanita yang akhirnya menjadi isterinya (Keluaran 2:16-21).
Tuhan mau dimuliakan dalam perkara-perkara kecil juga. Jadilah setia
dalam perkara-perkara kecil, maka akan diberi perkara besar. Jadilah gentlemen
bagi wanita dan orang yang lebih tua. Akan ada bagian yang menanti, sebab orang
seperti ini diberkati Tuhan. Bawalah karakter Tuhan sampai ke molekul yang
paling kecil.
Pasif Atau Inisiatif & Ekpresif?
Matius 11:16-17 menuliskan tentang sikap pasif. Budaya pasif dimiliki
oleh kita. Sudah waktunya orang Indonesia jadi yang paling cepat untuk menolong
sesame. Janganlah menjadi sebuah bangsa yang lari menyelamatkan diri ketika
terjadi apa-apa. Jangan tunggu-tungguan dan merasa ada orang lain yang akan
menolong. Inisiatiflah dan berikan respon secara cepat, menolonglah dengan
sukarela. Jadilah tangan yang ringan dan yang pertama yang mengulurkan tangan.
Roma 12:10-11 menasehatkan kita untuk saling mendahului. Setiap kali kita “curiga”
ada orang yang membutuhkan pertolongan, kitalah yang harus menolong . Jangan
sampai anak Tuhan ketinggalan, karena kita kepala, bukan ekor. DNA kita adalah
jadi pemimpin dalam perkara yang benar. Cara gampang untuk dipakai Tuhan adalah
menjadi di atas rata-rata. Orang yang memiliki gaya hidup seperti ini pasti
akan menonjol diantara bangsanya sendiri. Budaya akan jadi senjata di tangan
kita, janganlah hiup di bawah budaya. Amin.
Oleh Kristus Ministry
Sumber : Disadur dari khotbah Ps. Philip
Mantofa, 10 February 2019