Firman Tuhan

Mazmur 139 : 14,
"Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.''

Monday, June 5, 2017

Artikel - Keberadaan Hati Nurani





Shalom Sahabat KM,

Hati nurani atau suara hati lebih bersifat subyektif, maksudnya bahwa hati nurani kita sangat dipengaruhi oleh “diri sendiri” (yaitu yang menurut “aku” baik atau buruk). Suara hati mencerminkan segala pengertian dan prasangka masing-masing individu, sehingga jelas merupakan “sesuatu yang bersumber pada diri sendiri”. Dalam hal ini kita tidak boleh mengidentifikasikan dan mengidentikkan hati nurani dengan suara Allah. Walaupun hati nurani tidak dapat diidentikkan dan tidak boleh diidentifikasikan sebagai suara Allah, tetapi hati nurani berhubungan dengan “yang Ilahi”, sebab komponen itu memang dari Allah dan diharapkan dapat se-chemistry atau sewarna dengan Allah, sehingga subyektivitasnya dapat dipercaya. Subyektivitasnya dapat dipercaya sebab seirama dengan Allah. Sampai pada level ini neshamah manusia dapat menjadi pelita Tuhan. Kalau hati nurani digarap dengan benar, maka menjadi hati nurani yang “se-chemistry dengan Allah”, ini disebut sebagai nurani Ilahi. Tetapi kalau tidak digarap dengan baik, maka yang baik menjadi jahat.

Orang yang memiliki hati nurani yang berkelas “Ilahi” tidak membutuhkan hukum atau peraturan untuk memiliki kelakuan yang baik. Tidak perlu diancam hukuman untuk melakukan hukum, sebab “polisi” ada di dalam dirinya sendiri (Roma 2:15). Kalaupun seseorang berbuat baik, bukan hanya karena ancaman neraka, tetapi hati nuraninya memang terbentuk demikian, yaitu tidak bisa berbuat salah. Dalam Roma 13:5 Paulus menulis kalimat ini: Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita.

Oleh karena hati nurani belum tentu bisa mewakili suara Allah, maka hati nurani belum tentu dapat selalu dipercaya. Belum tentu suara hati nurani sesuai dengan pertimbangan dan keputusan Allah, oleh sebab itu hati nurani harus tunduk pada otoritas Firman Allah dan pengadilan Allah. Bagi orang pilihan Allah yang direncanakan Allah untuk sempurna, seseorang harus selalu mempertimbangkan kemungkinan kesalahan pada suara hati nuraninya. Menyadari hal ini, maka orang percaya tidak boleh berhenti dalam memperbaharui pikiran dan hatinya, sampai makin memiliki pengertian seperti pengertian Allah. Sehingga suara hati dapat mewakili suara Allah dan segala pertimbangan dan keputusannya sesuai dengan yang Allah inginkan. Ini barulah tidak meleset. Inilah yang disebut dengan hati nurani yang murni, yaitu keberadaan manusia batiniah yang tidak menyimpan niat kejahatan (Kis. 23:1; 24:16; 2Kor. 1:12).

Keberadaan hati nurani yang murni ini membuat seseorang memiliki beban yang tulus terhadap keselamatan jiwa orang lain. Seperti Tuhan juga tidak menghendaki seorangpun binasa, ia akan rela mengorbankan apa pun demi keselamatan jiwa orang lain (Roma 9:1-3). Orang-orang seperti ini melayani bukan karena upah atau imbalan yang disediakan. Di dalam dirinya ada “beban” dan irama melayani. Hati nurani yang terbeban bagi keselamatan jiwa orang lain pasti berusaha untuk tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Ia rela kebebasannya terampas demi supaya menjadi berkat bagi sesama (1Kor. 10:25-29). Kalau berbuat suatu kesalahan, maka hati nuraninya sangat terganggu. Hal ini menjadi hukuman bagi orang tersebut.

Dalam proses pembentukan hati nurani, yang memegang peranan adalah jiwa. Unsur yang masuk dalam jiwa menentukan kualitas jiwanya; dan kualitas jiwa menentukan kualitas hati nuraninya. Kalau unsur-unsur dunia atau dari kuasa jahat yang masuk ke dalam jiwa, maka hati nuraninya rusak. Unsur-unsur dunia adalah keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup (1Yohanes 2:15-17). Ini sama dengan percintaan dunia atau mengasihi dunia (Yakobus 4:1-4). Hal inilah yang menyeret jiwa dan roh ke dalam kegelapan abadi. Itulah sebabnya dikatakan dalam Firman-Nya bahwa bukan tanpa alasan kalau Kitab Suci berkata: “Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!” (Yakobus 4:5). Allah mengingini roh yang keluar dari diri-Nya yang ada pada manusia dapat kembali kepada-Nya. Kalau hati nurani seseorang baik, maka roh atau neshamah-nya menjadi bersih atau kudus sehingga dilayakkan menerima kemah baru; kembali kepada Bapa dalam Kerajaan Surga.

Amin.


(Oleh Kristus Ministry)
(sumber : truth-media.com)

No comments:

Post a Comment

Artikel Lainnya