Manusia dalam keadaan “keberdosaannya” tidak bisa mencapai
standar kesucian Allah, ini berarti hati nurani manusia telah terkunci dalam
keadaan tidak berdaya untuk mencapai kesucian Allah. Roh Kudus dapat
memerdekakan manusia dari keadaan yang tidak bisa mencapai standar kesucian
Allah tersebut. Roh Kudus bisa mewarnai hati nurani sehingga dapat mencapai
standar kesucian Allah. Orang percaya bisa mencapai standar kesucian Allah dengan
atau melalui hidup dalam pimpinan atau tuntunan Roh. Namun harus ditegaskan
bahwa hal ini tidak bisa terjadi atau berlangsung secara otomatis, tetapi harus
diusahakan oleh masing-masing individu orang percaya. Itulah sebabnya orang
percaya harus hidup dalam pimpinan Roh untuk menghasilkan kehidupan menurut
roh. Kehidupan menurut roh adalah hasil perjalanan panjang belajar hidup dalam
pimpinan Roh Kudus. Dalam proses belajar tersebut orang percaya harus
menyesuaikan diri dengan kehendak roh, yang akhirnya seseorang dapat berjalan
seirama dengan roh yang adalah pikiran dan perasaan Roh Kudus atau gairah-Nya
(Galatia 5:24-25).
Kata roh dalam Roma 8:2,
sebenarnya juga bisa berarti spirit atau gairah yang lahir dari pergumulan
hidup seseorang yang hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Hidup menurut roh
hendaknya dipandang sebagai sesuatu yang tidak berbeda dengan pimpinan Roh
Kudus. Harus dipahami bahwa roh (tanpa tambahan Allah atau Kudus) di sini
adalah suatu spirit, hal ini menunjuk spirit atau gairahnya Roh Allah atau
gairah Roh Kudus. Roh Kudus menunjuk suatu Pribadi, sedangkan roh (dalam
konteks Roma 8:2) lebih menunjuk suatu spirit atau gairah, yaitu gairah yang
lahir dari pimpinan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya. Hidup menurut roh
artinya seseorang sudah memiliki gairah Kristus di dalam kehidupannya dan
menuruti gairah tersebut. Dalam hal ini hati nuraninya menjadi hati nurani
Ilahi atau seperti Tuhan. Tentu tidak sama dalam arti mutlak sama, tetapi mampu
mengambil keputusan sesuai dengan keinginan Allah.
Proses dipimpin oleh Roh
yang membuat seseorang hidup menurut roh harus diawali dari penebusan atas
manusia berdosa di kayu salib. Ini barulah langkah awal yang dilakukan oleh
Tuhan, tanpa peran kita sama sekali. Tetapi selanjutnya orang yang telah ditebus
oleh darah Yesus harus meninggalkan cara hidup sia-sia yang diwarisi dari nenek
moyang (1 Petrus 1:17-18), yaitu hidup menurut roh bukan menurut daging agar
terbebas dari penghukuman. Itulah sebabnya dalam Roma 8:12-13, tertulis bahwa
orang percaya berhutang bukan untuk hidup menurut daging, tetapi hidup menurut
roh. Dalam hal ini orang percaya sebagai orang yang berhutang harus membayar
hutangnya dengan membentuk hati nuraninya menjadi hati nurani yang sama dengan
Tuhan. Orang yang hati nurani sama dengan Tuhan tidak lagi hidup dalam daging,
tetapi menurut roh.
Orang yang hidup dalam
daging adalah orang yang tidak hidup sesuai dengan kehendak Allah. Di zaman
Perjanjian Baru, perkenanan Allah diukur dengan hidup atau berperilaku selalu
sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah, artinya harus sesuai dengan pikiran
dan perasaan Allah. Itulah sebabnya kita harus memiliki pikiran dan perasaan
Kristus (Filipus 2:5-7). Inilah yang diusahakan Paulus, bahwa dengan
sungguh-sungguh ia menaklukkan akal budinya kepada hukum Allah, sekalipun ia
masih mengenakan tubuh yang terikat dengan kodrat dosa (Roma 7:25). Hukum Allah
di sini merupakan kebalikan dari hukum dosa (hamartia). Jadi hukum dosa
(hamartia) menunjuk kepada kodrat dosa, sedangkan hukum Allah dalam konteks ini
menunjuk kepada kodrat Ilahi atau hidup standar kesucian Allah.
Usaha menaklukkan akal budi
kepada hukum Allah (kodrat Ilahi yang berstandar kesucian Allah) merupakan
usaha untuk hidup dalam pimpinan Roh Kudus agar menghasilkan hidup menurut roh,
yaitu segala sesuatu dilakukan sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Ini
adalah usaha untuk memiliki pembebasan dari hukum dosa atau kodrat dosa. Hal
ini sama dengan mengubah hati nurani menjadi hati nurani Ilahi, sehingga
seseorang tidak dapat berbuat dosa lagi.
Amin.
(Kristus Ministry)
(sumber - truth-media.com)
Shalom untuk semua saudara seiman dalam Kristus dimana pun berada. Mari kita sama-sama belajar tentang Shema Yisrael yang pernah diucapkan oleh Yeshua ( nama Ibrani Yesus tertulis ישוע ) seperti yang dapat kita temukan dalam Markus 12 : 29 dan Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 sebagai berikut :
ReplyDeleteHuruf Ibrani, " שמע ישראל יהוה אלהינו יהוה אחד "
Pengucapannya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani, " Shema Yisrael YHWH ( Adonai ) Eloheinu YHWH ( Adonai ) ekhad "
Orang Yahudi pada jaman Yeshua hingga sekarang terus memegang teguh prinsip keesaan Tuhan YHWH ( Adonai ) yang tersirat dalam kalimat Shema. Pada akhir pengucapan diikuti juga dengan kalimat berkat sebagai berikut :
" ברוך שם כבוד מלכותו לעולם ועד " ( Barukh Shem, kevod malkuto le'olam va'ed, artinya diberkatilah nama yang mulia kerajaanNya untuk selamanya dan kekal )
🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜🕯️🕍🤴🏻👑🇮🇱🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐍₪