“oleh karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di sorga. Tentang pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu Injil.” Kolose 1:5 (Tekanan Ditambahkan)
“Yang
dapat datang ke sini adalah mereka yang hatinya semurni air,”
Yesus meyakinkan saya setelah kami tiba di surga pada dinihari 29 Februari.
“Puteri-Ku,
Choo Nam, pekerjaan yang mana engkau Kupanggil untuk melakukan adalah sangat
penting bagi-Ku, dan itu perlu diselesaikan dengan segera.”
Saya berdiri di hadirat-Nya
yang gilang-gemilang terpesona. Ia tiba di kamar tidur saya pada pukul 4.15
pagi. Kami pergi ke terowongan yang telah saya lihat sebelumnya. Kali ini lebih
terang-benderang dan lebih bersinar, dan dinding terowongan berkilau-kilauan
dengan berhiaskan warna-warni yang hebat. Terowongan ini seperti sebuah tambang
permata yang berisi berlian, zamrud, batu nilam, dan batu delima. Terowongan
yang sangat mempesona.
Perhatian selanjutnya adalah
di tepi pantai, dimana saya melihat sekali lagi air yang kotor merah darah.
Tepi pasir, dimana ombak-ombak berhenti juga kotor dan berwarna darah.
“Itulah
darah-Ku,” Tuhan memberitahuku lagi.
Tuan saya adalah seorang
guru yang sangat sabar. Ia seringkali mengulangi bagian yang paling penting
dari kata-kata-Nya supaya saya betul-betul mengerti apa yang Ia sedang sediakan
untukku. Setiap kali Ia memperhatikan darah yang ditumpahkan-Nya untuk
anak-anak-Nya, termasuk saya, saya mulai menangis.
Melihat air mata saya, Yesus
menghibur saya dengan berkata,
“Kerajaan-Ku telah siap bagi anak-anak-Ku. Barangsiapa telah siap dan ingin
datang akan diijinkan untuk kemari.”
“SAYA
TIDAK PATUT MENERIMANYA!”
Kami berjalan melewati
sebuah gerbang putih yang indah seakan-akan bertakhtakan gading murni dan
mutiara-mutiara halus. Kemudian kami memasuki istana yang putih megah dimana
seorang malaikat mengawal saya ke ruang hias dan saya mengenakan pakaian indah
yang telah disediakan untuk saya.
Lalu, Yesus membawa ke
sebuah sungai. Sebuah dinding batu warna kelabu tersusun sepanjang aliran
sungai, dan tumbuh-tumbuhan hijau dengan megahnya melatarbelakangi. Saya
melihat bagaimana jernih dan tenang airnya. Berkilauan seperti batu kristal terindah
yang pernah saya lihat.
Tuhan mengulangi undangan
yang disampaikan kepada semua orang yang ingin mengikuti Dia dan mendapat rumah
yang abadi bersama Dia di surga, “Mereka
yang dapat datang kemari adalah mereka yang hatinya telah dimurnikan semurni
air.”
Saya kemudian melihat
bangunan-bangunan menarik putih lainnya di dalam kawasan sungai yang indah itu,
langsung di belakang pohon-pohon yang tinggi. Yesus membawa saya ke salah satu
rumah kediaman itu. Sebuah rumah tinggal besar putih dengan susunan tanaman-tanaman
yang serba mewah dengan bunga-bunga berwarna-warni dan pepohonan yang lebat.
Bunga-bunga yang paling mempesona yang pernah saya lihat itu menyemarakkan
pintu keluar masuk. Pintu-pintunya juga cantik, dihiasi dengan panel-panel kaca
yang berwarna-warni.
Di dalam istana, semuanya
warna-warni dan bercahaya. Ruangan besar itu dipenuhi oleh orang-orang yang
memakai pakaian-pakaian yang indah dan setiap orang sedang memakai sebuah
mahkota yang bertakhtakan bermacam-macam permata. Saya merasa seperti puteri
Cinderella dalam suatu pesta dansa.
Banyak kaum pria hadir di ruangan
itu, tetapi sangat sedikit wanita. Tuhan tidak menerangkan siapa orang-orang
tersebut atau mengapa mereka disitu, tetapi Ia memberitahu saya, “Engkau akan seperti mereka.”
Saya menanggapi kata
nubuatan ini dengan air mata. Setiap kali Tuhan memberi saya pengertian baru
yang mendalam, saya akan menangis sebab saya merasa kecil sekali oleh
kebaikan-Nya dan kasih karunia-Nya. Saya merasa begitu kecil, sehingga, saya
mengatakan, “Saya tidak patut
menerimanya!”
Suara Tuhan mengandung nada
marah ketia Ia menegur saya, “Jangan mengatakan begitu lagi, puteri.”
SUMBER
KEBAHAGIAAN
Setelah mengganti jubah dan
mahkota surgawi kami, Tuhan dan saya berjalan dan bercakap-cakap dekat kolam
yang tenang yang saya lihat sebe-lumnya. Ini adalah kunjungan saya yang ketiga
ke tempat istimewa berhubungan akrab dengan Dia.
Saya memegang lengan Tuan
saya dan berkata, “Aku tak mau
meninggalkan tempat ini. Aku ingin tinggal selamanya bersama-Mu di sini.”
“Belum,
puteri-Ku. Engkau mempunyai banyak pekerjaan untuk-Ku dahulu. Aku harus
menunjukkan kepadamu banyak tentang surga, dan Aku akan membawa kemari lebih
banyak kali. Aku ingin engkau bahagia, puteri kesayangan-Ku.”
Kami kembali ke istana dan
ganti pakaian biasa kami. Kemudian kami pulang ke pantai di bumi dan duduk di
tepi laut. Tuhan memegang tangan saya dan berkata, “Aku memberikanmu kuasa penyembuhan dan karunia rohani yang lain.
Dimanapun engkau berada, Aku akan berada di situ untuk membimbingmu. Engkau
akan melayani-Ku ke seluruh dunia.”
Pesan seperti itu sepatutnya
memenuhi saya dengan hasrat ingin tahu sekali, tetapi sebelumnya membuat saya
tergagap, “Tuhan, saya tidak tahu
apa-apa.”
“Engkau
tidak perlu tahu apa-apa. Aku akan melakukan semuanya untukmu. Juga, suamimu
akan besertamu. Ia akan melayani bersamamu.”
Bagian pernyataan-Nya tadi
membawa suatu kelegaan pada saya. Melegakan sekali mengetahui Roger akan
menjadi sebagian dari pelayanan yang Tuhan sediakan untuk saya. Saya sering
bersandar kepada suami saya untuk kekuatan dan dorongan, dan sangat menghibur
hati sekali mengetahui, bahwa ia akan menjadi pasangan saya di dalam pelayanan.
Pada waktu yang bersama, bagaimanapun, saya merasa Tuhan memanggil saya untuk
bergantung sepenuhnya kepada Dia – bukan kepada Roger atau saya sendiri atau
orang lain kecuali Dia.
Satu bagian Alkitab
terlintas dalam pikiran saya, “Percayalah
kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu
sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu”
(Amsal 3:5-6). Saya memutuskan, bahwa untuk selanjutnya saya akan memegang
janji ini. Saya juga tahu, bahwa Tuhan akan menuntun setiap langkah yang saya
jalani. Saya juga tahu kebenaran Firman-Nya : “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mazmur
119:105). Saya menyerahkan diri saya untuk berjalan di dalam cahaya Firman
Tuhan selalu.
Saya percaya, bahwa Yesus
akan selalu bersamaku. Sebab itu, saya tidak perlu takut lagi akan siapapun
atau apapun. Ia telah berkata pada saya. Ia telah memegang tangan saya. Ia
telah menghibur saya. Ia telah berjanji sendiri kepada saya. Bagaimana mungkin
saya dapat ragu-ragu akan hadirat-Nya, kenyataan-Nya, atau kebenaran-Nya?
Saya sudah bukan seperti
dulu lagi. Yesus, Tuhan, dan Juruselamat saya, telah membawa saya ke surga
untuk mempersiapkan saya bagi suatu pelayanan yang akan memberitakan kebenaran
abadi kepada orang lain. Ia memanggil saya, dan menugaskan saya untuk pekerjaan
yang penting ini.
Sewaktu saya membayangkan
hal-hal yang menakjubkan ini, saya menyadari bahwa saya sungguh-sungguh bahagia
untuk pertama kalinya selama hidup saya. Saya telah menemukan tujuan saya dan
kesempurnaan saya di dalam Dia, dan segala yang ada pada-Nya indah bagi saya.
Walaupun kepercayaan dan
iman saya bertumbuh, saya masih menanggapi kata-kata Tuhan dengan merendah.
“Tuhan,
saya sangat pemalu, dan saya tidak begitu tahu bagaimana berdoa untuk orang
lain di depan umum.”
“Aku
akan melakukan segalanya,” Ia menjawab. “Aku akan selalu bersa-mamu. Aku mau
engkau memberitahukan setiap orang apa yang Aku perlihatkan dan ceritakan
padamu. Seluruh dunia akan tahu akan hal-hal ini dengan segera.”
“ENGKAU
AKAN MENULIS SEBUAH BUKU”
Meskipun kadang saya
ragu-ragu, Yesus selalu setia. Ia dengan sabar dan penuh sayang mengingatkan
saya akan kuasa hadirat-Nya yang telah saya alami sendiri.
“Puteri-Ku,
Choo Nam, Aku ingin engkau bersabar,” Ia melanjutkan, “sebab akan mengambil banyak waktu untuk
menunjukkan dan mengatakan kepadamu semua yang akan Aku nyatakan. Banyak yang
harus dikerjakan karena engkau akan menulis sebuah buku untuk-Ku.”
Pernyataan ini betul-betul
berita yang mengejutkan. Saya tidak menjawab dengan keras, tetapi saya berpikir,
Bagaimana aku dapat menulis sebuah buku, sedangkan aku tidak tahu apa-apa?
Sekarang saya tahu lebih
baik dan tidak membantah-Nya. Saya belajar bahwa jika Ia menyuruh saya
mengerjakan sesuatu, Ia akan memberi kecakapan kepada saya untuk melaksanakannya.
Saya tidak pernah meminta karunia-karunia. Ia
dengan murah hatinya melimpahi karunia-karunia itu ke atas saya, tetapi
saya ingat saya memang berdoa untuk karunia penyembuhan dan pelayanan yang akan
memampukan saya memimpin orang lain kepada-Nya. Sekarang Ia sedang menjawab
doa-doa itu dengan cara yang lebih dari pada yang saya harapkan! Begitulah
Tuhan yang kita layani.
Nabi Yeremia menulis, “Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan
menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang
tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kau ketahui” (Yeremia 33:3).
Inilah salah satu doa janji yang membuktikan sendiri kebenaran dan dapat
dipercaya di dalam hidup saya. Berulang-ulang Tuhan menghargai saya dengan
berkat rohani yang melimpah yang tidak patut saya terima.
“Aku
tidak mau engkau tertinggal sesuatupun yang Aku tunjukkan atau beritahukan
padamu,” Ia memerintahkan. “Tidak
lebih; tidak kurang. Semuanya harus tepat seperti yang Aku nyatakan padamu.”
SEBUAH
JEMBATAN EMAS
Menjelang semarak musim semi
tiba, saya menyadari, bahwa tiada suatu apapun di bumi ini dapat dibandingkan
dengan kemuliaan keindahan surga. Pagi-pagi tanggal 1 Maret 1996, Tuhan
mengunjungi saya sekali lagi, seperti biasa, berkata, “Puteri yang Kusayangi, kita punya pekerjaan yang harus dilakukan.”
Ia mengingatkan saya akan beberapa hal yang harus dikatakan-Nya, “Aku memilihmu, puteri-Ku, karena ketaatanmu
kepada-Ku. Aku suka akan kehendakmu yang kuat dan
imanmu.”
Sejak menjadi orang percaya,
saya belum pernah sekalipun meragukan Tuhan saya. Malahan, rasa takut karena
menghormati Dia, bercampur dengan cinta saya yang dalam pada-Nya, telah memberi
saya kesimpulan, bahwa jangan sampai saya mendukakan-Nya. Pendirian ini menjaga
saya terus pada jalan ketaatan bersama Tuhan.
Tuhan berkata, “Aku harus menunjukkan lebih tentang
kerajaan surga.” Ia memegang tangan saya dan kami kembali ke tepi laut.
Kemudian badan saya mulai naik ke surga. Saya sadar kali ini perjalanan menuju
ke atas lebih menyerupai terapung daripada terbang. Saya diangkat ke atas
perlahan-lahan dari bumi.
Saya sering heran mengapa
kami berangkat dari pantai, bukan dari tempat lain, dan saya menyimpulkan,
bahwa tentunya disebabkan daerah itu biasanya sepi pada pagi-pagi sekali. Saya
tertawa kecil waktu saya membayangkan apa yang akan terjadi sekiranya seseorang
melihat kami ke surga. Kemungkinan besar mereka akan berpikir mereka sedang
melihat suatu penculikan makhluk asing atau suatu mimpi.
Mereka mungkin tidak akan
mengatakannya kepada siapapun; takut dikatakan gila.
Lalu saya berpikir bahwa
beberapa orang bisa berpikir yang sama tentang saya waktu saya mulai
menceritakan cerita saya. Namun demikian, pikiran itu begitu cepat hilang oleh
perasaan tenteram yang dalam meliputi saya ketika saya sadar kecemasan begitu
tak ada gunanya. Sebab saya tahu, bahwa Yesus telah menerima saya dengan
sepenuhnya. Jadi, mengapa saya harus khawatir tentang apa yang dipikirkan oleh
orang lain?
SEBUAH TAKHTA
EMAS
Yesus memegang tangan saya
ketika kami sedang terangkat dari planet ini. Kami mendarat di tempat yang sama
seperti biasa, dan Ia memimpin saya ke kebun buah-buahan yang sedang berbuah
banyak. Kebun itu sangat luas, dan setiap baris pohon buah-buahan teratur rapi
sekali. Setiap pohon dipenuhi dengan buah-buahan yang masak dan lezat. Semuanya
menghasilkan macam-macam buah-buahan. Kebun itu begitu luasnya seolah-olah tak
ada batasnya.
Tuhan mengambil sebuah buah
yang berwarna ungu dan berbentuk bujur telur dan memberikannya kepada saya.
Lalu Ia berbuat yang sama dengan sebuah buah yang bulat dan berwarna merah tua.
Saya memakannya, tetapi saya tidak dapat merasakannya dengan baik.
Saya membalas dengan memetik
sebuah buah yang kecil, bulat, dan berwarna merah muda untuk dimakan oleh
Tuhan. Meskipun saya tidak dapat melihat dengan jelas wajah-Nya, saya merasa,
bahwa Ia tersenyum dan saya tahu Ia sangat senang dengan perbuatan saya.
Seterusnya, kami pergi ke
istana putih yang sekarang sudah biasa kami kunjungi di mana kami berganti
pakaian surgawi. Tuhan mengambil tempat di atas takhta emas-Nya. Sekali lagi,
ruangan itu dipenuhi dengan orang yang memakai pakaian cantik dan mahkota
seperti kepunyaan saya.
Suasana di dalam ruangan
adalam tenteram dan menyembah. Orang-orang merendahkan diri mereka di hadapan
Tuhan. Saya mencoba ikut serta, tetapi perasaan kagum dan takjub saya ketika
telah menyebabkan saya tidak sadar untuk langsung ikut menyembah.
Sebelum saya sadari apa yang
telah berlangsung, Tuhan telah kembali memakai pakaian-Nya yang biasa. Ia
mengulurkan tangan memegang saya dan memimpin saya keluar.
Pengalaman-pengalaman saya di kerajaan Tuhan berlangsung begitu cepat sehingga
kadang-kadang hidup saya seperti pita video yang dimajukan cepat ke depan.
Tuhan membawa saya melewati
sebuah jembatan emas yang bertapak di atas sebuah sungai yang deras alirannya.
Kedua tepi sungai itu sangat subur, dan pohon-pohonan serta bunga-bunga yang
indah tumbuh di kedua sisinya. Pohon-pohon dan bunga-bunga di surga banyak
berbeda dari yang kita lihat di bumi. Lebih banyak jenisnya, ukurannya lebih
besar, lebih sehat, lebih berwarna-warni, dan lebih indah dari tanaman yang
pernah saya lihat.
Saya merasa seakan-akan saya
ada di dalam dunia cerita dongeng seperti yang dilukiskan dalam buku-buku
gambar yang saya bacakan kepada anak-anak saya – kecuali yang ini bukanlah
khayalan.
“AKU
AKAN MEMELIHARA BAYI-BAYI MEREKA!”
Setelah berjalan melalui
jembatan emas yang bagus, Tuhan membawa saya ke sebuah tempat di mana bayi-bayi
dan kanak-kanak yang masih kecil – banyak di antaranya yang kelihatan seperti
mereka baru saja dilahirkan – dipelihara. Suatu ruangan yang sangat besar
sekali, seperti sebuah gudang dan tidak menarik atau bagus. Ruangan ini
dipenuhi oleh bayi-bayi yang telanjang dan berbaring dekat satu sama lainnya.
“Mengapa
ada banyak sekali bayi di sini?” saya bertanya.
“Ini
adalah bayi-bayi dari ibu-ibu yang tidak menghendaki mereka. Aku akan
memelihara bayi-bayi mereka!” Tuhan menjawab.
“Apa
yang akan Kau perbuat dengan mereka, Tuhan?”
“Jikalau
ibu-ibu mereka diselamatkan, mereka dapat memilikinya kembali.”
“Apa
yang terjadi kalau ibu-ibu mereka tidak diselamatkan? Lalu apa yang akan Kau
perbuat?”
“Ibu-ibu
yang lain akan memiliki mereka ketika semua anak-anak-Ku datang ke dalam
kerajaan surga.”
Saya lalu mengerti bahwa
bayi-bayi ini telah digugurkan dari kandungan ibu mereka, dan saya mulai
menangis. Yesus berteriak, “Aku tidak
suka aborsi!” Suara-Nya dan sikap-Nya menjadi keras dan marah, dan saya
mengerti, seketika itu juga, bahwa ini adalah sebuah berita yang akan segera
saya bagikan dengan semua orang yang mau mendengarnya.
Tuhan tidak suka pengguguran
kandungan. Itu adalah salah satu dosa yang terburuk bagi-Nya. Yesus sendiri
berkata, “Biarkan anak-anak itu datang
kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti
itulah yang empunya Kerajaan Tuhan” (Markus 10:14). Yesus menyayangi
anak-anak, dan saya dapat melihat kasih-Nya yang lemah lembut akan bayi-bayi
yang digugurkan pada waktu saya memperhatikan Dia dan mendengarkan Dia.
Hampir satu daripada setiap
empat kehamilan di Amerika Serikat hari ini berakhir dengan pengguguran.
Bagaimana ini tidak menyedihkan Tuhan? Amerika Serikat memilih hukum aborsi
yang paling lemah dari semua demokrasi lain, dan jumlah pengguguran terus
meningkat. Saya tak akan pernah melupakan apa yang saya lihat pagi itu di
surga, dan saya tak akan pernah dapat tinggal diam tentang dosa pengguguran
yang mengerikan lagi.
Sejak saat itu saya telah
berdoa bagi kaum wanita bangsa kami, memohon kepada Tuhan untuk membuka
mata-mata mereka akan kebenaran tentang pengguguran, menjaga mereka dari
membuat pilihan yang salah. Saya sekarang tahu, bahwa memilih pengguguran
mempunyai akibat yang kekal, dan saya berdoa bahwa pengerasan hati nurani
Amerika terhadap pembunuhan seperti ini supaya dihapuskan. Saya masih terdengar
suara Tuhan yang marah dan gemetar karena emosi ketika Ia berkata, “Aku tidak suka aborsi!”
“Surga
lebih baik dari ini / Puji Tuhan / Alangkah gembira dan bahagia / Menyusuri
jalan-jalan dari emas murni / Engkau akan masuk ke sebuah negeri dimana engkau
tak akan pernah menjadi tua.”
SEBUAH TEMPAT
UNTUK YANG SETIA
Tuhan membawa saya ke suatu
tempat yang tandus di luar gerbang kerajaan dan memperlihatkan kepadaku banyak
orang yang memakai jubah berwana piran pasir di kawasan ini, berdiri berdekatan
satu dengan yang lain, dan kelihatan mereka sedih dan kesepian walaupun mereka
berada di antara banyak sekali yang lain.
Saya tidak mengetahui siapa
orang-orang ini, tetapi saya tahu Tuhan akan menjawab pertanyaan saya tentang
mereka jika Ia memutuskan bahwa saya telah siap. Ia membawa saya ke atas suatu
bukit kecil yang ditandai dengan bangunan-bangunan putih pada kedua sisinya.
Sebuah aliran air memisahkan sisi yang satu dari yang lainnya, dan
pohon-pohonan mengelilingi airnya.
Di depan bangunan-bangunan
itu saya melihat banyak orang dewasa dan anak-anak memakai pakaian putih dan
beberapa di antaranya gembira terpantul pada wajah-wajah mereka. Saya merasa
Tuhan sedang menunjukkan kepada saya perbedaan yang begitu menyolok antara mereka
yang gembira dan mereka yang sedih. Saya menyimpulkan yang gembira adalah
orang-orang yang telah memberikan hati dan jiwa mereka kepada Tuhan Yesus
Kristus.
Kata-kata-Nya begitu lembut
dan memberi semangat, membuka sumber air mata jauh di dalam jiwaku. “Jangan menangis, puteri-Ku.” Ia
melanjutkan. “Aku ingin engkau selalu
ingat betapa berharganya engkau bagi-Ku. Aku akan bercakap-cakap denganmu
lagi.”
Selanjutnya sejak hari itu
saya merasa seperti saya lebih hidup di surga daripada di bumi. Kunjungan-kunjungan
saya ke surga telah membuat perubahan-perubahan tetap di dalam kehidupan saya.
Saya tidak memerlukan tidur sebanyak yang saya biasa, sebab saya merasakan
diberi kekuatan ilahi oleh kuasa yang dari atas. Sungguh, saya tahu bahwa surga
itu sangat nyata, dan inilah yang mempengaruhi segalanya di dunia ini.
(oleh Kristus Ministry)
BAB 6 - SUATU
TEMPAT YANG DINAMAKAN NERAKA
“…Dan
sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari
jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru,
katanya : “Bapak Abraham, kasihailah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia
mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat
kesakitan dalam api ini.” ~ Lukas 16:23-24 (Tekanan
Ditambahkan)
Pada tanggal 2 Maret 1996,
Tuhan membangunkan saya pada pukul 3 pagi. Kunjungan-Nya berlangsung selama
tiga jam. Seperti biasa, kami mulai perjalanan kami dari tepi laut. Kali ini
Tuhan dan saya berjalan sebentar. Saya ingin tahu kemana Ia akan membawa saya.
Saya menyaksikan, bahwa bukit
dengan banyak sekali pohon-pohonan serta semak-semak ada di sebelah kanan kami.
Di kaki bukit, dekat dengan pasir, ada banyak batu karang yang besar dan kecil.
Kami duduk di atas sebuah batu karang yang besar, dan terlihat oleh saya air
yang jernih tiba-tiba berubah menjadi darah. Ingatan akan pengorbanan Tuhan
selalu menggelisahkan hati saya, saya jadi mulai melihat ke atas, memalingkan
kepala saya dari laut.
Barulah saya melihat bahwa
gunung-gunung di dekat laut ini sedang menyala dengan nyala terang. Saya sangat
terkejut dengan pemandangan ini. Terangnya nyala diganti oleh kabut asap yang
tebal yang menutupi seluruh pemandangan.
Manusia melarikan diri dari
tempat yang tak diketahui dan menuju ke arah pantai. Saya memperhatikan, bahwa
beberapa di antara mereka telanjang, seolah-olah mereka telah meninggalkan
tempat tidur mereka begitu tergesa-gesanya sehingga tidak punya waktu berganti
baju. Rasa ketakutan nampak pada wajah-wajah mereka, dan mereka sedang lari
secepat mungkin. Beberapa di antara mereka tersandung, dan gerombolan
orang-orang yang berlarian melanggar dan menginjak mereka. Mereka seakan-akan
sedang melarikan diri dari makhluk yang sangat mengerikan.
Sebentar saja pantai
sekeliling kami dipenuhi oleh orang-orag yang ketakutan ini. Api yang
menyebabkan mereka melarikan diri sekarang telah memenuhi daerah sekitarnya.
Yang paling mengejutkan adalah nyala api itu mulai menyala dari lautan darah.
Seolah-olah dunia sedang kiamat di depan saya.
Semburan nyala api meletup
dari lautan seakan-akan dari gunung berapi miniatur, dan nyala api mulai
menjalar menuju ke batas pantai. Sangat menakutkan sekali, dan saya mulai
menangis ketika saya mendengar jerit kesakitan gerombolan orang di sekeliling
saya.
Sebelumnya, saya masih duduk
dengan tenteram di atas pasir di pantai ini. Adegan yang sedang berlaku di
depan saya sangat mengerikan dan menakutkan. Saya tahu Tuhan mempunyai maksud
dengan menunjukkan kejadian-kejadian ini kepada saya. Tiba-tiba adegannya
kembali menjadi normal.
“Mengapa
Engkau memperlihatkan ini kepada saya, Tuhan?”
saya bertanya.
“Segala
yang engkau lihat akan segera terjadi. Begitu banyak orang tidak percaya
firman-Ku, jadi Aku memilihmu untuk menolong mereka melihat kebenaran. Apa yang
Aku tunjukkan kepadamu, Aku ingin engkau menceritakannya kepada dunia.”
Ada nada kesal pada suara
Tuhan.
Kami meninggalkan batu
karang tempat kami sedang duduk dan berjalan di atas pasir. Yesus berkata
sekali lagi.
“Aku
harus menunjukkan lebih banyak tentang kerajaan padamu,” Ia
berkata.
Kami melalui proses yang
biasa untuk ke sana. Saya mendapat kehormatan sekali lagi berdiri di hadapan
takhta Tuhan dengan banyak sekali orang lain yang merendahkan diri mereka di
hadirat-Nya. Saya ikut serta dalam penyembahan yang kami semua sedang alami,
dan sungguh waktu-waktu yang tenteram, sujud menyembah, sukacita, dan penuh
berkat.
Kunjungan-kunjungan saya ke
ruangan takhta Tuhan telah membuka mata saya betapa pentingnya penyembahan di
dalam hidup kita. Untuk inilah kita diciptakan – untuk menyembah Tuhan dan
menikmati hubungan bersama-Nya selamanya. Inilah cara kita akan menghabiskan
waktu di alam kekal.
Pemandangan di depan saya
tepat sekali seperti yang digambarkan di dalam buku Wahyu, dimana Yohanes
menulis : “Segera aku dikuasai oleh Roh
dan lihatlah, sebuah takhta berdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.
Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata
sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan
zamrud rupanya” (Wahyu 4:2-3).
Betapa riangnya hati saya
tahu bahwa saya sedang mengalami pengalaman yang sama dengan yang diberitakan
oleh rasul Yohanes di dalam buku terakhir dari Kitab Injil. “Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan
kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini.” (Wahyu 4:1).
Saya tahu dari apa yang
Tuhan telah beritahukan saya, bahwa manusia tidak mengindahkan kata-kata dari
Wahyu, dan sekarang Ia mau saya mengulangi pesannya agar supaya sebanyak
mungkin orang akan benar-benar percaya.
BUNGA-BUNGA,
RUMAH-RUMAH BESAR, DAN ISTANA-ISTANA
Yesus memegang tangan saya
dan membimbing saya keluar dari ruangan takhta ke dalam sebuah kebun bunga yang
luas dan indah. Ada perbedaan yang begitu menyolok dengan kengerian yang telah
saya lihat di tepi pantai, ketenteraman kebun yang sangat besar ini memenuhi
saya dengan perasaan cinta. Saya mulai menyanyi dengan girang, dan sebuah
senyuman ikut terukir pada wajah saya. Tuhan memetik sekuntum bunga, seperti
sekuntum mawar, dan memberikannya kepada saya. Saya memegang terus bunga itu
selama kunjungan ke kerajaan Surga ini berlangsung.
Kebun itu luas sehingga saya
tidak dapat melihat di mana batasnya berakhir.
Betul-betul suatu taman
Firdaus keindahan, kasih, kegembiraan, dan ketenteraman. Baunya lebih harum
dari apapun yang saya ketahui. Jadi inilah surga, dan surga lebih indah
daripada sebagaimana yang pernah saya bayangkan.
Kami berjalan keluar dari
kebun melalui suatu jalan yang sempit dan berliku-liku sampai ke suatu
pemandangan gunung di bawah mana ada sebuah lembah hijau yang subur. Saya dapat
melihat segala jenis binatang berlari-lari dan bermain di antara pohon-pohon.
Saya terutama sekali melihat seekor rusa yang menakjubkan kelihatannya begitu
kuat dan sehat.
Saya lihat bahwa hewan-hewan
ini, yang biasanya dianggap sebagai hewan liar, sedang bermain dengan yang
lain. Keadannya seperti sebuah adegan dari film produksi Disney yang berjudul
Bambi.
Pada saat saya menoleh ke
arah lain. Saya melihat sebuah sungai yang bagus sekali. Ada dinding batu
sepanjang sungai itu dan ada rumah-rumah yang hebat terletak di sebelah kiri
sungai. Kebanyakan rumah itu kelihatan seperti istana di mana hanya orang-orang
yang sangat kaya sekali dapat tinggal.
Tuhan berkata, “Ini adalah rumah-rumah untuk anak-anak-Ku
yang istimewa.”
Saya ingin tahu benar tentang
tempat ini, tetapi Tuhan tidak membawa saya untuk lebih dekat kepadanya. Ia
hanya memperlihatkan kepada saya dari atas puncak bukit dan dalam jarak yang
sangat jauh.
Setelah menikmati
pemandangan itu, saya menyadari kebenaran firman-Nya : “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku
mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ dan telah menyediakan tempat
bagimu. Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat
di mana Aku berada, kamupun berada. Dan kemana Aku pergi, kamu tahu jalan ke
situ” (Yohanes 14:2-4).
Ada suatu waktu saya
berpikir kalau-kalau ini hanya kiasan, simbolis dari hal-hal surgawi saja.
Sekarang baru saya tahu rumah-rumah besar itu dan istana-istana adalah nyata,
dan Tuhan telah menyediakannya untuk kita. Lebih penting lagi, Ia ingin kita
bersama-Nya di sana untuk selamanya.
LUBANG NERAKA
Selanjutnya, Tuhan membawa
saya ke daerah yang lain di luar gerbang kerajaan. Kami meneruskan dengan
menaiki gunung, dan pada waktu kami naik lebih tinggi dan lebih tinggi lagi
jalannya menjadi lebih kasar dan tidak rata. Kami naik melalui jalan yang
sempit ini lama sekali, dan akhirnya membawa kami melalui sebuah terowongan
yang gelap. Ketika kami muncul dari terowongan itu, saya menyadari, bahwa kami
telah naik lebih tinggi dari tepi bukit. Agak aneh bagi saya bahwa surga
mempunyai sebuah terowongan yang gelap dan sebuah jalan yang berbelok-belok dan
tidak rata.
Ketika kami mencapai
puncaknya dan saya memandang dari puncak gunung itu, saya melihat uap dan asap
yang hitam keluar dari sebuah lubang yang dalam. Bentuknya seperti kawah sebuah
gunung berapi, dan di dalamnya saya dapat melihat nyala api sedang membakar
banyak orang yang menjerit-jerit dan menangis seperti dalam kesakitan yang amat
sangat. Hanya yang merasakan terbakar hangus sendiri dapat mengeluarkan jeritan
dan tangisan seperti itu.
Orang-orang itu telanjang,
tanpa rambut, dan berdiri berdekatan satu sama lainnya, bergeliat-geliat
seperti cacing, sementara nyala api sedang membakar tubuh mereka. Tidak ada
jalan keluar bagi mereka yang terperangkap di dalam lubang itu –
dinding-dindingnya terlalu tinggi untuk dipanjat, dan bara api yang panas
mengelilingi tepinya.
Walaupun Tuhan tidak
memberitahu saya, tapi saya tahu sedang berdiri di pinggir neraka. Keadaannya
lebih mengerikan dari pada yang diberikan Kitab Injil: “Maka laut menyerahkan orang-orang mati di dalamnya, dan mereka
dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. Lalu maut dan kerajaan maut itu
dilemparkanlah ke dalam lautan api. Inilah kematian yang kedua : lautan api.
Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan
itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu” (Wahyu 20:13-15). Sepanjang
kitab Injil dan kitab Wahyu, Yesus tidak lupa memberitahu kita tentang
kengerian neraka.
Nyala api akan memercik
keluar dengan tak terduga dari semua jurusan. Orang-orang itu mencoba
menghindar diri, dan pada saat mereka mengira bahwa mereka selamat, nyala api
lain tiba-tiba muncul. Tidak ada istirahat sama sekali bagi korban dosa yang
malang ini, mereka dihukum untuk menghabiskan waktu mereka dengan dibakar dan
hangus ketika mencoba menyelamatkan diri dari api neraka untuk selama-lamanya.
“Siapakah
orang-orang ini?” tanyaku.
“Puteri-Ku,
orang-orang ini tidak mengenal-Ku.”
Ia membuat pernyataan ini
dengan suara yang pedih. Saya yakin, bahwa Tuhan tidak suka melihat pemandangan
di depan kami; hal itu sangat menyusahkan ia. Saya tahu, bahwa Ia tidak boleh
memaksakan nasib orang-orang yang dengan sengaja memilih untuk menolak Dia.
Mereka orang-orang yang merintih dan menggeliat kesakitan dan menderita di
dalam lubang neraka.
Saya tahu dua hal yang sama
pentingnya yang harus saya ceritakan kepada orang lain. Yang satu adalah surga itu nyata; yang lainnya adalah neraka tidak kurang
nyatanya. Saya tahu banyak orang yang tidak percaya kedua-duanya, dan
saya tahu ini mejadi tugas saya untuk menunjukkan kepada mereka bagaimana
nyatanya hidup yang akan datang.
Saya tahu orang tua saya tak
pernah memberikan hati mereka kepada Yesus, jadi saya mulai bertanya-tanya
tentang mereka.
“Tuhan,
bagaimana tentang orang tua saya?” saya bertanya. “Saya tahu mereka tidak diselamatkan, tetapi
mereka orang yang baik.”
“Maaf,
puteri-Ku. Aku sudah tidak dapat berbuat apa-apa untuk mereka yang tidak
mengenal Aku.” Suara Tuhan Yesus begitu sedih saat Ia
mengatakan ini.
Pernyataan-Nya menusuk hati
saya ketika saya teringat ibu dan ayah saya tentunya di antara orang-orang
hukuman yang saya lihat di lubang neraka. Saya menangis terus ketika Ia
menunjukkan adegan-adegan ini.
Tuhan menyentuh kepala saya,
dan memegang tangan saya, memimpin saya turun ke sebuah terowongan yang gelap,
dan kami muncul pada jalan lain yang tidak rata yang sangat panjang dan sampai
ke pinggir lubang. Jalan gunung ini melalui pohon-pohon yang tinggi dan
batu-batu yang besar sekali. Ketika kami sampai kepuncaknya, saya memandang
sebuah lembah berwarna coklat dan mati. Semuanya serba coklat. Seluruh kawasan
seolah-olah dipenuhi oleh rumput mati.
Saya melihat banyak orang
yang memakai jubah berwarna pasir berjalan-jalan tak tentu arah dekat dengan
lubang neraka yang menganga. Kepala mereka tertunduk, dan mereka kelihatan
sedih dan tiada pengharapan.
“Siapakah
orang-orang ini, Tuhan?” saya bertanya.
“Mereka
adalah orang-orang Kristen yang tidak taat.”
“Beberapa
lama lagi mereka harus tinggal di tempat yang tandus dan mati ini?”
“Selamanya,
puteri Ku. Mereka yang akan masuk kerajaan-Ku adalah yang murni hati –
anak-anakKu yang taat”
Ia terus menerangkan, “Banyak yang
menamakan diri mereka “Kristen” tetapi tidak hidup menurut firman-Ku, dan
beberapa di antaranya mengira bahwa pergi ke gereja seminggu sekali sudah
cukup. Mereka tidak pernah membaca Firman-Ku, dan mereka mengejar hal-hal
duniawi. Beberapa yang meskipun tahu Firman-Ku, hati mereka tidak pernah
bersama-Ku.”
Seluruh rencana dan maksud
Tuhan mulai menerangi pikiran saya. Saya ingat bagaimana Yesus memperingatkan
bahwa adalah sukar untuk masuk kerajaan-Nya, dan sekarang saya baru sadar apa
artinya.
“Puteri-Ku,
Firman-Ku mengatakan bahwa adalah susah untuk masuk kerajaan surga, tetapi
sedikit sekali yang mempercayainya dan mengerti betapa pentingnya ini. Aku
memperlihatkan ini kepadamu supaya engkau dapat memperingatkan mereka,” Ia
menerangkan.
Agaknya untuk mengulangi
pentingnya pernyataan-Nya, Tuhan membawa saya ke istana-istana yang indah yang
telah saya lihat sebelumnya. Ketika kami lebih dekat dengan rumah-rumah ini,
saya dapat melihat jalan-jalan yang diratakan dengan emas yang berkilauan dan
bahwa setiap istana dihiasi mewah dengan permata-permata yang terindah. Sungguh
– jalanan surga dialasi dengan emas tulen!
Saya ingin masuk ke dalam
salah satu istana itu, tetapi Tuhan melarang saya dengan berkata, “Aku akan membawamu nanti.” Saya
kecewa, tetapi saya merasa mendapat keistimewaan telah dapat melihat kota ini
di mana orang-orang kudus dari segala zaman akan tinggal bersama.
BARANGSIAPA
MAU
Tuhan dan saya kembali ke
ruangan ganti, mengenakan jubah dan mahkota yang terindah, lalu pergi ke kolam
dan duduk di atas batu. Saya tidak dapat menikmati suasana ketenteraman di
depan saya sepenuhnya sebab pikiran saya terganggu oleh ingatan tentang neraka.
Saya tidak dapat
menghapuskan pikiran tentang orang tua saya – amat sangat memedihkan hati saya
untuk mengetahui bahwa ibu dan ayah berada di neraka. Saya diliputi oleh
kedukaan. Saya tahu dengan pasti bahwa orang tua saya tidak pernah tahu
mengenai Yesus sebab tidak ada seorang pun yang pernah mengajar mereka.
Yesus melihat hati saya dan
berkata, “Engkau tidak gembira.”
“Ya,
Tuhan,” saya menjawab, sambil menyadari bahwa Ia tahu penyebab
kemurungan saya.
Saat kediaman penuh suasana
keprihatinan menyelimuti kami. Lalu saya berkata, “Tuhan, saya tidak akan pernah meninggalkan Engkau.” Hadirat-Nya
merupakan satu-satunya jaminan yang pernah saya ketahui.
“Puteri-Ku,
ada banyak pekerjaan yang harus engkau lakukan. Aku mau engkau menulis sebuah
buku. Ini adalah sebuah buku yang penting untuk hari-hari terakhir dan buku ini
akan diterjemahkan ke dalam banyak bahasa.”
“Aku
memilihmu untuk pekerjaan ini sebelum engkau dilahirkan, dan karena inilah Roh
Kudus-Ku selalu menggoncangkan tubuhmu – untuk mencurah-kan kuasa-Ku ke
dalamnya. Jikalau engkau tidak mempunyai kuasa Roh Kudus, Aku tidak dapat
mempergunakanmu.”
“Engkau
harus ingat bahwa kuasa-Ku mulai bekerja pada saat engkau membuka hatimu
untuk-Ku. Engkau adalah puteri yang Kupercaya untuk melakukan pekerjaan ini
untuk-Ku.”
“Tuhan,
saya tidak tahu apapun.”
“Engkau
tak perlu tahu. Aku akan mengajar dan membimbingmu di dalam segala hal.
Beritahu semua orang bahwa Aku siap untuk siapa pun yang telah siap dan
menantikan Aku. Aku mencintaimu, puteri-Ku.”
Saya mulai menangis, dan
Tuhan memegang tanganku dan berkata, “Aku
akan membawamu pulang.”
Setelah kami menggantikan
pakaian kami, kami kembali ke pantai dan duduk bersama sejenak. Tuhan berkata
kepadaku, “Masih banyak yang akan
Kuperlihatkan padamu, dan Aku ingin engkau menunggu-Ku.”
“Tetapi
kami merencanakan untuk pergi ke tempat anak perempuanku minggu depan.”
“Jangan
kemana-mana, puteri-Ku. Aku tidak ingin engkau pergi kemana- pun untuk
sementara waktu. Apa yang akan Aku kerjakan bersamamu terlalu penting untuk-Ku
dan semua anak-anak-Ku, jadi Aku mau engkau memusatkan perhatianmu kepada
segala sesuatu yang Aku tunjukkan dan beritahukan padamu sehingga semuanya
selesai. Sabarlah.”
“Saya
akan melakukan apapun yang Engkau perintahkan padaku,”
saya berkata.
“Tiada
sesuatu pun yang lebih penting daripada pekerjaan-Mu.”
“Terima
kasih, puteri-Ku. Aku masih ada banyak pekerjaan untuk engkau lakukan. Aku tahu
engkau lelah, jadi beristirahatlah.”
Ia meninggalkan saya, dan
badanku berhenti bergoncang. Kemudian, seperti biasa, saya menuliskan semuanya
yang telah saya lihat dan dengar.
Sesungguhnya, kekristenan
itu terlalu sederhana untuk dihindarkan oleh banyak orang. Manusia mempunyai kecenderungan untuk mempersulit
segalanya, termasuk perkara-perkara yang menyangkut iman. Yesus hanya
ingin orang datang kepada-Nya dengan iman supaya Ia dapat membimbing dan
menolong mereka.
Sekarang saya mengerti lebih
dari yang pernah saya ketahui, bahwa barang siapa mau dapat datang kepada-Nya
dan menerima hidup yang kekal. Firman-Nya dengan jelas menyatakan : “Karena begitu besar kasih Tuhan akan dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”
(Yohanes 3:16).
SEBUAH LUBANG
BERASAP
Keesokan harinya – tanggal 3
Maret 1996 – penuh dengan banyak pengalaman-pengalaman pemberian Tuhan yang
baru. Dari pukul 2.30 sampai 4.50 pagi Tuhan beserta saya. Ia memulai
kunjungan-Nya dengan berkata : “Puteri-Ku,
inilah Tuhanmu. Aku tahu engkau lelah, tetapi Aku harus menunjukkan lebih
banyak perkara padamu.” Selama lima belas menit sebelum kedatangan-Nya,
badan saya bergoncang tak terkendalikan.
Ia meraih tangan saya dan
kami berjalan sepanjang pantai bumi. Ini adalah suatu tempat yang baru dari
kunjungan-kunjungan kami di tepi laut. Ada banyak pohon-pohon dan semak
belukar. Kami naik melalui sebuah jalan yang sempit dan didereti oleh
pohon-pohon dan semak-semak. Kami berjalan sepanjang jalur ini yang memutari
sebuah gunung sehingga kami mendaki dengan cepat. Dekat puncaknya kami
beristirahat di atas sebuah batu yang besar yang bentuknya menyerupai seekor
beruang besar.
Saya memandang ke arah
lautan. Kembali saya lihat pantai menjadi darah sekali lagi. Saya melihat
manusia berlarian di pantai. Mereka bukan pejalan kaki biasa; mereka lari
ketakutan dan panik. Pemandangan yang luas di depan kami membantu saya untuk
mengerti mereka ini lari dari apa.
Di sebelah kiri saya
gunung-gunung dan bangunan-bangunan yang terletak pada setiap sisi gunung
sedang terbakar semuanya. Suatu lautan api jauh lebih buruk dari kebakaran
hutan belukar yang terjadi setiap tahun yang mengganggu penduduk California
Selatan.
Kemudian, saya melihat
api-api besar muncul di mana-mana. Orang-orang sedang terbakar. Beberapa terjun
ke dalam lautan untuk menyelamatkan diri, tetapi begitu mereka menginjak air,
mereka akan jatuh karena api itu. Semua orang menjadi obor. Saya mulai menjerit
kengerian dan kasihan kepada mereka yang saya lihat.
Lautan darah telah berubah
menjadi sebuah lautan kawah api belerang yang menyala. Pasirnya terdiri atas
alas batu bara yang panas menyala. Orang-orang itu berlari dari api yang
mengejar mereka, mengelilingi mereka dan menjilat badan mereka dengan rakusnya.
Beberapa di antaranya tidak berpakaian dan tidak berdaya sama sekali terhadap
api itu.
Bagaimanapun, sia-sia saja
sebab tidak ada jalan keluar dari musuh yang membakar itu yang mengancam untuk
melahap mereka. Mereka tidak dapat lari ke gunung-gunung karena mereka di
selubungi api. Tidak ada tempat yang selamat.
Saya menjerit terus, dan
saya mulai tersedu-sedu : “Tuhan, apa
yang terjadi?”
“Engkau
harus ingat, Puteri-Ku, bahwa Aku memperlihatkan hal-hal ini kepadamu supaya
engkau akan dapat memberitahukan kepada setiap orang yang akan segera terjadi.”
“Kapan
ini akan terjadi, Tuhan?”
“Sesudah
Aku membawa anak-anak-Ku pulang. Banyak orang tidak percaya Firman-Ku. Itulah
sebabnya Aku mau engkau menulis sebuah buku yang menerangkan
pengalaman-pengalaman bersama Aku. Aku ingin seluruh dunia melihat buku ini,
dan Aku mau mereka sadar bahwa Aku telah siap untuk mereka.”
“Aku
mencintai anak-anak-Ku, tetapi Aku tak dapat membawa mereka ke dalam
kerajaan-Ku jika mereka belum siap untuk Aku. Aku tidak akan pernah memaksa
anak-anak-Ku untuk melakukan sesuatu jika mereka tidak mencintai-Ku. Sudah lama
Aku merencanakan bagimu untuk mengerjakan pekerjaan ini sebab kerajaan-Ku
betul-betul siap sekarang.”
Tuhan harus terus
mengingatkan saya dan meyakinkan saya akan rencana-Nya sebab saya masih
tertegun bahwa Ia memilih saya untuk tugas yang begitu pentingnya. Adalah di
luar kemampuan saya untuk mengerti luar biasanya semua ini.
Maksud kata-kata Tuhan
kepada saya sangat penting sekali. Ada bagian pada diri saya yang ingin mundur
dari tugas yang sangat berat ini, tetapi janji saya untuk taat kepada Tuhan di
dalam segala hal menyebabkan saya pantang mundur. Saya tahu Ia sedang
mempersiapkan saya untuk satu karya akhir zaman yang hebat, dan hati saya
sangat tergerak meskipun agak takut. Saya tahu Ia masih mempunyai banyak
pekerjaan untuk dilakukan dalam hidup saya.
“Aku
akan membawamu ke surga lagi.”
Sesampainya kami di surga,
kami tidak mengambil waktu melalui cara yang biasa. Tuhan langsung membawa kami
ke lubang neraka yang telah kami lihat kemarin di luar gerbang kerajaan. Kali
ini kami tidak mengganti pakaian kami. Untuk sampai ke sana, kami harus
berjalan di sisi gunung, melalui sebuah terowongan yang gelap dan terus sampai
ke puncak gunung. Ketika kami tiba di puncak, kami melihat ke bawah ke dalam
lubang neraka yang menganga begitu lebar dan dalam sehingga kelihatan seperti
tak ada akhirnya.
Pemandangan yang menakutkan
dan menggelisahkan. Tuhan berkata, “Aku
ingin engkau melihat lagi.”
Sangat sulit untuk melihat
ke dalam lubang neraka, tetapi segera perhatian saya tertuju kepada sesosok
yang sedang melambai kepada saya. Melalui kabut asap, saya dapat memastikan
bahwa orang itu seorang wanita. Lalu saya mendengar suaranya. Ia sedang
bercakap dalam bahasa ibu saya Korea, dan ia mulai menjerit,
“Panas!
Panas!”
Saya kenal suara itu. Asap
hilang, dan saya menatap mata wanita yang tersiksa itu. Saya langsung mengenali
ibu saya! Ia mengulurkan tangan kanannya dan melambaikannya kepadaku, katanya, “Sangat panas, sangat panas!” Saya
ingat begitu jelas matanya dan mata saya bertemu, dan cara matanya memohon saya
untuk menolongnya.
Ibu kandung saya sendiri
sedang menjerit minta tolong dari lubang neraka yang menganga. Jantung saya
berhenti. Seperti sebilah pisau yang dingin tiada pengharapan menusuk hati
saya. Ibu saya di neraka! Saya merasa seakan-akan batu besar yang sedang saya
duduki menindih saya. Saya berusaha dengan mati-matian untuk mencapai dan
memegang tangan ibu saya supaya saya dapat mengangkat dari jilatan-jilatan
lidah api yang melingkarinya. Ini adalah saat yang paling buruk dalam hidup
saya.
Tidak ada kata-kata dalam
kamus yang dapat menerangkan dengan tepat perasaan saya pada saat itu. Campuran
perasaan takut, putus asa, kesakitan, kengerian, kesedihan dan tiada
pengharapan. Lalu saya sadar bahwa emosi-emosi seperti inilah yang harus
dialami ibu saya sampai kekal.
Ibu saya meninggal ketika ia
berusia empat puluh tahun, tetapi wajahnya kelihatan sama seperti yang saya
ingat. Ia seorang wanita yang cantik, tetapi ekspresi wajahnya mencerminkan penderitaan
yang sedang dialaminya di dalam lubang. Saya ingin menyentuhnya, merangkulnya,
mengatakan padanya bahwa semuanya akan baik, tetapi saya tahu bahwa hal ini
tidak mungkin karena pilihan-pilihannya dalam hidup. Saya tahu tidak dapat
menolongnya – bahkan Tuhan tidak dapat menolongnya sebab ia tidak mengenal Dia.
Ia tidak tahu-menahu
tentang Tuhan sebab tidak ada seorangpun yang pernah mengajarnya.
Tidak mengenai Tuhan-lah yang membawa seseorang ke neraka, dan inilah sebabnya
mengapa saya ingin memberitakan kepada seluruh dunia tentang lubang neraka yang
saya lihat dan kerajaan surga yang indah.
Selanjutnya saya melihat
ayah saya, ibu tiri saya, dan seorang sahabat yang telah meninggal ketika ia
baru berusia sembilan belas tahun. Mereka semua ada
di neraka! Mereka kelihatan sama sejauh ingatan saya mengenai mereka,
tetapi wajah-wajah mereka berubah akibat penderitaan hebat dari hukuman mereka.
Saya merasa tidak tahan lagi, dan saya memalingkan muka saya dari pemandangan
di depan saya yang mengerikan.
Lalu saya mendengar suara
lain yang saya kenal meraung keluar dari lubang. Ia adalah seorang teman yang
telah lama meninggal sepuluh tahun yang lalu. Di sebelahnya, kemenakan
laki-laki saya yang meninggal ketika ia berumur dua puluh tahun. Terakhir kali saya
bertemu dia, ia hanya berusia sepuluh tahun, tetapi ia kelihatan sama seperti
dalam ingatan saya, hanya lebih tinggi.
Saya mulai menangis
sedalam-dalamnya. Sebab saya telah menangis terus, meratap seperti seorang anak
kecil. Begitu banyak orang yang saya sayangi dan
teman-teman telah membuat pilihan yang menyebabkan mereka dilemparkan ke dalam
api neraka untuk selama-lamanya! Terlalu pedih, saya tidak tahan!.
Beberapa dari mereka, saya
yakin, telah mendengar tentang Tuhan, tetapi saya merasa pasti bahwa tak ada
orang yang pernah menerangkan siapa Yesus kepada mereka. Saya pasti bahwa
jikalau mereka tahu siapa Dia sebenarnya, tentu mereka tidak membuat
pilihan-pilihan yang telah mereka putuskan. Bagaimana saya berharap saya dapat
menceritakan kepada mereka tentang Dia yang berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang
kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6).
Lubang neraka jauh sekali
dari kami, tetapi pada waktu itu seperti saya mempunyai sebuah lensa potret
jarak jauh yang membolehkan saya melihat orang-orang ini dekat sekali. Saya tak
dapat mengendalikan air mata saya, dan Tuhan dengan sayang menghapus air mataku
dan membelai rambutku. Waktu itulah saya baru sadar bahwa Tuhan sesedih saya,
dan saya dapat merasakan bahwa Ia sedang menangis bersama saya. Ia memecahkan
kesunyian.
“Sebabnya
Aku menunjukkan ini kepadamu, puteri-Ku, agar supaya engkau mengerti sepenuhnya
bahwa bagaimanapun baiknya orang, mereka akan masuk neraka jika mereka tidak
menerima Aku.”
Saya menganggukkan kepalaku.
“Saya
tahu orang tua dan teman-temanmu adalah orang yang baik dalam banyak hal,
tetapi mereka tidak diselamatkan. Sebab itulah ini adalah satu-satunya tempat
bagi mereka. Di sinilah mereka harus menghabiskan waktu mereka selama-lamanya.”
“Puteri,
saya tahu sangat menyakitkan hatimu melihat mereka, tetapi engkau harus
memasukkan pengalaman ini ke dalam buku yang akan kau tulis untuk-Ku. Inilah
sebabnya Aku menunjukkan orang tuamu dan yang lain seperti dalam ingatanmu.
Engkau harus memperingatkan orang-orang di dunia tentang
kenyataan mereka. Aku ingin melihat sebanyak mungkin jiwa diselamatkan
sebelum Aku kembali untuk mengumpulkan gereja-Ku bagi-Ku.”
“Bapa-Ku
mencintai semua anak-anak-Nya, tetapi Ia telah memberi mereka hukum-hukum
tertentu yang Ia harapkan mereka menaatinya. Ketika Aku melihat semua
orang-orang yang kaukasihi, Aku merasakan kepedihan yang lebih dalam dari pada
yang engkau rasakan, tetapi Aku harus hidup menurut Firman Bapa-Ku. Sekali
seseorang masuk ke neraka, tidak ada jalan lain bagi mereka untuk pernah dapat
keluar lagi. Aku ingin yang belum diselamatkan mengetahui ini – kenyataan bahwa neraka adalah kekal.”
“Aku
mencintai semua anak-anak-Ku, tetapi Aku tak dapat memaksa siapa pun untuk
mengasihi-Ku atau menaati-Ku. Apabila mereka mau membuka hati mereka kepada-Ku,
Aku dapat membantu mereka untuk mempercayai-Ku dan mencintai-Ku. Aku ingin
menyelamatkan jiwa-jiwa sebanyak mungkin. Saya mau orang-orang percaya di
manapun mereka berada untuk memberitakan Injil. Inilah yang paling penting
bagi-Ku.”
Sudah cukup. Sudah cukup
yang saya lihat, dan sudah cukup yang saya dengar untuk mendorong saya ke dalam
satu semangat pelayanan memberitakan Injil yang tak pernah padam. Bagaimana
mungkin saya dapat berdiam diri setelah semuanya yang saya lihat dan dengar?
Saya akan bercerita kepada
semua orang, bahwa saya melihat Yesus sehingga mereka dapat menerima kehidupan
kekal di surga. Tak ada sesuatupun di dunia yang lebih penting daripada ini.
Orang tua saya sendiri dan begitu banyak anggota keluarga lain dan teman-teman
berada di neraka. Saya tidak dapat berdiam diri dan melihat siapapun masuk ke
sana. Saya sangat gembira mengetahui, bahwa buku saya akan menemukan jalan
sampai ke tangan banyak orang yang harus tahu bahwa neraka
itu nyata sama nyatanya dengan surga.
Walaupun hal-hal yang saya
lihat di neraka telah membuat saya sangat lemas, mereka telah menanamkan suatu
keputusan di dalam roh saya, bahwa tiada sesuatupun yang akan dapat
menghapuskannya. Saya memutuskan, bahwa tiada seorangpun dalam jangkauan saya
akan dapat menyangkal kenyataan ke sana bersamaku. Saya tahu bahwa ini adalah
keinginan Tuhan juga. Ia mengatakan di dalam firman-Nya :
“Tuhan
tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai
kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan
ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. Tetapi
hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan
gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan
bumi dengan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.” (2
Petrus 3:9-10)
Hari-hari akhir sungguh
sedang berlaku dalam hidup kita sekarang. Kesabaran Tuhan tiada taranya sampai
sekarang, tetapi Ia sudah siap untuk datang lagi untuk menerima anak-anak-Nya
bagi Dia. Kemudian orang-orang yang tetap tinggal di bumi akan mengalami neraka
di bumi sebelum mereka berakhir dalam kebinasaan kekal nyala api yang
mengerikan. Tugas saya adalah untuk memperingatkan seluruh dunia tentang
kejadian-kejadian ini yang sudah sangat dekat.
BAB 7 - MARANATHA
!
“Ya,
Aku datang segera!” (Wahyu 22:20)
Setelah penglihatan yang
mengerikan tentang neraka, Tuhan dan saya menuruni gunung, melalui terowongan
yang gelap, dan kembali ke suatu tempat yang mulai saya panggil sebagai “gunung hewan.” Ini adalah tempat yang
indah yang saya gambarkan secara singkat dalam bab sebelumnya – sebuah tempat
tenteram dan riang-ria di mana semua binatang hidup bersama dalam suasana yang
rukun.
Kitab Injil menggambarkan
tempat yang tenteram untuk hewan-hewan di dalam kitab Yesaya, di mana nabi
menyatakan :
“Maka
sebelum mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya; ketika mereka sedang
berbicara, Aku sudah mendengarkannya. Serigala dan anak domba akan bersama-sama
makan rumput, singa akan makan jerami seperti lembu dan ular akan hidup dari
debu. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di segenap
gunung-Ku yang kudus, firman TUHAN.” (Yesaya 65:24-25)
Sesudah melihat siksaan api
neraka, pemandangan yang tenteram ini paling melegakan. Surga adalah tempat
ketenteraman dan kegembiraan; sangat berbeda dengan kekejaman serta kesedihan
neraka. “Gunung hewan” Tuhan adalah
satu tempat kegembiraan dan kebahagiaan yang kekal.
Sangat menyenangkan untuk
mengetahui bahwa binatang-binatang akan hidup bersama kita di taman Firdaus.
Jadi banyak orang ingin tahu apakah binatang kesayangan mereka ada di surga,
dan saya gembira untuk memberitahu mereka bahwa surga adalah suatu tempat
dengan bunga-bunga yang indah, binatang-binatang tidak akan pernah mengalami
kesakitan, kesusahan, kematian atau penderitaan.
ISTANA-ISTANA
EMAS
Setelah kunjungan singkat
kami ke taman Firdaus hewan, Tuhan dan saya kembali ke bagian berair di mana
kami mengunjungi rumah-rumah besar yang berkilauan dan istana-istana di atas
itu, dan Tuhan membuka pintu untuk saya masuk. Perbendaharaan kata-kata saya
tidak dapat dilukiskan dengan tepat bagian dalam rumah tinggal yang sangat
anggun ini. Dinding-dindingnya terdiri dari permata-permata indah yang
berwarna-warni serta berkilau-kilauan dan memancarkan cahaya dengan cara yang
menakjubkan.
Saya ternganga karena
terpesona untuk seketika lamanya, sebab saya tidak menyangka akan melihat
keindahan yang seperti itu. Untuk seketika saya menyangka ini hanya suatu
mimpi, tetapi ini adalah betul-betul sebuah istana; tidak ada keragu-raguan
mengenainya.
Tuhan beristirahat di atas
sebuah kursi ketika saya naik tangga rumah yang memutar yang lebih besar dan
hebat daripada yang ditunjukkan di perkebunan Gone with the Wind-nya Tara. Saya
dipenuhi rasa kagum ketika saya membayangkan kehebatan kamar-kamar di atas.
Pada bagian teratas tangga,
saya melihat bahwa permadaninya mewah putih. Saya masuk ke ruangan berhias yang
sangat besar yang seluruhnya mempunyai cermin berkilauan besar sekali. Mereka
memantulkan terangnya itu dan banyak warna-warna yang teratur dengan luar biasa
pada setiap dinding. Suatu tempat yang lebih hebat dari istana fantasi manapun
jika pernah ada.
Kegembiraan dan kekaguman
yang menyesakkan nafas yang sedang saya alami segera berantakan oleh ingatan
yang sangat menyakitkan. Gambaran ibu saya terlintas di depan saya, dan saya
susah sekali lagi. Saya jatuh di atas permadani dan mulai tersedu.
Saya mendengar Tuhan
memanggil saya dari bawah, jadi saya bangun, membereskan diri saya dan kembali
turun tangga. Tuhan berdiri dan saya berjalan kepada-Nya. Ia mengulurkan
tangan-Nya kepada saya dan bertanya, “Bagaimana,
apa engkau suka rumah ini?”
“Rumah
ini indah, Tuhan, tetapi saya tidak gembira sepenuhnya.” Sebelumnya,
setiap saya mengunjungi surga saya penuh dengan kegembiraan dan biasanya saya
menyanyi lagu-lagu rohani, tetapi kali ini tidak begitu. Tuhan mengangguk
seolah-olah Ia mengerti, lalu Ia memegang tangan saya dan memimpin saya keluar
dari rumah. Kami berjalan menyeberangi sebuah jembatan emas menuju gedung putih
di mana kami biasanya mengganti pakaian. Di dalam bangunan putih, Tuhan
memperkenalkan saya kepada seorang pria yang amat keren. “Aku mau engkau bertemu dengan Abraham,” Ia berkata.
SEBUAH KOTA
MENANTI
Abraham!
Pemimpin besar dari segala keimanan dan ketaatan – orang yang menentang seluruh
dunia dengan memproklamirkan hanya ada satu Tuhan. Inilah pemimpin
besar yang mendirikan agama Yahudi dan membuka jalan untuk Kristus. Sungguh
suatu kehormatan untuk bertemu muka dengan orang yang baik ini tentang siapa
penulis kitab Ibrani berkata:
“Karena
iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan
diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui
tempat yang ia tujui. Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu
seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak
dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu. Sebab ia
menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh
Allah.” (Ibrani 11:8-10)
Sekarang saya tahu bahwa
Bapa Abraham telah menerima anugerah yang dibenarkan oleh imannya. Ia tinggal
untuk selamanya di “kota yang mempunyai
dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Tuhan,” dan saya di sana bersama
dia! Terlalu ajaib untuk dimengerti sepenuhnya.
Abraham adalah orang yang
paling bermartabat yang berambut panjang putih dan janggut putih terjuntai.
Meskipun ia kelihatan tua, matanya bercahaya seperti masih muda dan riang. Ia
meletakkan tangannya pada bahu saya sambil berkata, “Puteri.”
Senyuman pada wajahnya
membuat saya mengerti, bahwa berkahnya ada dalam hidup saya, dan saya langsung
mengasihi orang yang hebat ini kepada siapa saya dan setiap orang percaya di
dunia sangat banyak berhutang padanya. Mungkin lebih dari siapapun, Abrahamlah
yang mengajar kita bahwa “tanpa iman
tidak mungkin orang berkenan kepada Tuhan. Sebab barangsiapa berpaling kepada
tuhan, ia harus percaya bahwa Tuhan ada, dan bahwa Tuhan memberi upah kepada
orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (lihat Ibrani 11:6).
Ia adalah salah satu dari
pemimpin-pemimpin dan nabi-nabi yang besar yang mengenainya dikatakan :
Tetapi
sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik, yaitu satu tanah air
sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah
mempersiapkan sebuah kota bagi mereka. Karena iman maka Abraham, tatkala ia
dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela
mempersembahkan anaknya yang tunggal; walaupun kepadanya telah dikatakan :
“Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu.” Karena ia
berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara
orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.
(Ibrani 11:16-19)
Untuk pertama kalinya dalam
kehidupan saya, saya melihat banyaknya kebenaran dari ayat ini dengan jelas
sekali. Tuhan telah menyediakan sebuah kota untuk Abraham dan kita semua yang
percaya dan taat. Abraham, seperti halnya Tuhan, telah rela menyerahkan anaknya
yang tunggal, dengan keyakinan yang kuat bahwa Tuhan dapat membangkitkan dari
antara orang mati, kalau perlu.
Dengan cara yang sama, Bapa
surgawi kita memberikan Anak-Nya yang tunggal – Yesus
– sebagai korban bagi dosa-dosa kita. Ia disalibkan dan dimakamkan, tetapi pada
hari ketiga, Tuhan membangkitkan Yesus dari antara orang mati, dan oleh
kebangkitan-Nya tiada seorangpun dari kita takut akan kematian lagi!
Abraham memanggil seorang
malaikat untuk menemani saya. Malaikat itu membawa saya ke ruangan berhias di
mana saya berganti dengan jubah surgawi dan mahkota saya yang indah. Kemudian
Tuhan membawa saya kembali ke kolam.
Setiap kali Tuhan membawa
saya ke kolam, begitu kami tiba di sana saya mulai menyanyi dan menari, tetapi
kali ini saya hanya ingin menangis. Tuhan tahu betapa sedihnya saya. Ia
menyuruh saya duduk di samping-Nya dan Ia mulai berbicara.
LEMBAH
KEKELAMAN
Yesus merasakan kesedihan
yang saya simpan di dalam hati saya atas pengenalan yang jelas tentang orang tua
dan orang-orang yang saya kasihi ada di neraka.
“Puteri-Ku,” Ia
berkata, “Aku tahu bagaimana perasaan
tentang orang-orang yang kau kasihi yang engkau lihat di dalam lubang neraka.
Bagaimana inginnya Aku untuk tidak perlu menunjukkan hal-hal ini padamu, tetapi
Aku ingin satupun dan anak-anak-Ku pergi ke tempat di mana orang-orang yang kau
kasihi itu berada. Aku menunjukkan perkara-perkara ini kepadamu supaya
barangsiapa mendengar peringatan-peringatan-Ku akan diselamatkan!”
Tuhan lalu memegang tangan saya
dan kami kembali ke tempat di mana Abraham berada. Kami mengganti pakaian kami
lagi, dan Ia membawa saya ke sebuah gunung tinggi yang lain dari mana saya
dapat melihat ke bawah ke suatu lembah tanpa ujung lainnya, dimana banyak
sekali orang berjubah warna kelabu sedang berjalan kian kemari tak tentu arah
dalam keadaan jelas sedang patah hati. Jubah mereka mengingatkan saya pakaian
yang dipakai oleh pasien-pasien rumah sakit.
Orang-orang itu kelihatan
lemah dan putus asa, dan wajah-wajah kelabu mereka cocok dengan warna jubah
yang mereka pakai. Mereka memandang ke tanah di depan kaki mereka ketika mereka
jalan berkeliling, tanpa tujuan dan pengharapan. Tempat ini kebanyakan kaum
lelaki dengan sedikit saja wanitanya.
“Siapa
orang-orang ini, Tuhan?”
“Mereka adalah orang-orang “Kristen” yang berdosa.”
“Apa
yang akan terjadi pada mereka?” saya berpikir keras.
“Kebanyakan
mereka akan masuk ke danau api setelah hari pengadilan.”
Saya heran mengapa
orang-orang ini di sini, kemudian saya teringat bahwa lembah mereka menuju ke
lubang neraka yang menyala. Orang-orang yang dipanggil sebagai “orang-orang Kristen” ini adalah mereka
yang sebetulnya tidak tahu Tuhan dan terus dan mau berdosa sendiri dan tidak
bertobat sebelum mereka mati atau sebelum pengangkatan terjadi akan hilang
selama-lamanya.
Roma 1:29-32, Galatia
5:19-21 dan Wahyu 21:8 semuanya adalah contoh bagaimana cara beberapa
orang-orang Kristen hidup. Suatu kali seseorang menanyakan kepada saya
bagaimana orang-orang Kristen yang berdosa dapat masuk surga. Kita semua harus
menghadap takhta pengadilan Kristus untuk memperoleh apa yang patut kita terima
sesuai dengan yang kita lakukan selama hidup di bumi, yang baik ataupun yang
buruk (lihat 2 Korintus 5:10).
“Puteriku,
inilah sebabnya Aku terus memperingatkan engkau tentang pentingnya ketaatan serta kekudusan,”
Yesus berkata.
Lalu saya ingat – setiap
kali kami pergi ke tempat-tempat yang indah dari kerajaan surga kami
menyeberangi jembatan emas, dari bangunan putih di mana kami biasa berganti pakaian.
Bagaimanapun, jika Tuhan membawa saya untuk melihat tempat-tempat yang
menakutkan, kami akan pergi ke jalan-jalan yang lain yang ada di luar gerbang
kerajaan surga.
KESEDIHAN DAN
KEGEMBIRAAN
Pengetahuan ini membantu
saya mengerti beberapa persiapan-persiapan yang akan kami lalui sebelum bagian
yang lain daripada kerajaan akan diperlihatkan kepada saya. Itulah sebabnya,
kami tidak perlu mengganti jubah kami ketika Tuhan membawa saya ke pantai bumi.
Pada kesempatan ini, kami duduk di atas pasir, dan saya membayangkan semua yang
telah saya alami. Saya mulai menangis sewaktu teringat akan segala yang saya
lihat di dalam lubang neraka dan lembah kekelaman. Tuhan mengambil tangan saya
dan berkata, “Jangan menangis,
puteri-Ku.”
Ini adalah perintah yang paling
sukar untuk dipatuhi dari segala perintah-perintah, tetapi saya menguatkan hati
terhadap ingatan-ingatan yang mengerikan itu, menahan air mata dan mulai
menanyakan semua pertanyaan-pertanyaan yang membanjiri pikiran saya.
“Tuhan,
saya tidak tahu apa-apa, dan siapa saya ini. Bagaimana Engkau dapat memakai
saya?”
“Orang
mungkin berpikir engkau bukan siapa-siapa, tetapi Aku ingin engkau mengerti
bahwa engkau adalah puteri-Ku yang istimewa. Jangan khawatir tentang apapun.
Aku akan menjaga segala sesuatunya untukmu.”
“Kapan
Engkau akan datang untuk membawa kami pulang?”
“Engkau
melihat kerajaan surga. Semuanya telah siap, dan sebab itulah Aku terburu-buru
untuk setiap orang supaya siap bagi-Ku. Inilah sebabnya Aku mau engkau
melakukan pekerjaan ini untuk anak-anak-Ku. Engkau telah diberi suatu urapan
istimewa untuk mengerjakan pekerjaan ini. Jadi jangan mengatakan, bahwa engkau
bukan seorang berarti. Aku akan memberkatimu lebih daripada yang penah engkau
pikirkan.”
“Tuhan,
Engkau tahu, bahwa aku mencintai-Mu, tetapi aku tidak dapat menghapuskan, paras
ibuku ketika aku melihatnya berubah oleh api neraka. Aku tidak ingin mengingat
apa yang telah aku lihat.”
Seketika Tuhan menyentuh
mata saya, dan sejak saat itu selanjutnya saya tidak dapat mengingat wajah ibu
saya. Bahkan ketika saya menuliskan kata-kata ini, saya tidak dapat melihat
wajahnya. Apa yang dapat saya ingat ialah, bahwa saya melihat wajahnya sekali
di dalam lubang neraka, dan itu merupakan suatu pengalaman yang mengerikan.
Yesus lalu berkata, “Aku tahu engkau letih. Kita akan
bercakap-cakap lagi.”
Kami berdiri, dan Ia memeluk
saya, lalu berpisah. Ketika Tuhan merangkul saya, badan saya bergoncang sangat
kuat sehingga saya merasa seperti saya akan jatuh berantakan. Setiap kali Ia
menyentuh badan transformasi saya, badan jasmani saya mengalami kuasa tenaga
sentuhan-Nya, dan setiap urat syaraf dan otot dalam badan saya bergoncang dan
bergetar. Kemudian saat Ia pergi, badan saya berhenti bergoyang.
Pada pagi itu, saya pergi ke
gereja, dan saya mengalami hadirat Tuhan menggoncang badan saya sepanjang
kebaktian. Saya dapat melihat Dia berdiri dekat pendeta. Ketika waktu pujian,
Tuhan sedang berjalan di depan gereja. Menakjubkan melihat cahaya hadirat-Nya
di gereja.
Sepanjang kebaktian saya mengeluarkan
air mata kasih dan gembira. Hati saya berdebar di dalam dada saya ketika saya
merenungkan kembali kemuliaan kerajaan surgawi yang telah saya kunjungi.
Urapan-Nya begitu kuat atas diri saya sehingga saya tidak dapat berdiri. Bahkan
saya tidak dapat mendengar khotbah pendeta ketika badan saya meresponi hadirat
Tuhan dengan panas yang hebat dan bergoncang.
Orang-orang di gereja saya
mengerti apa yang telah terjadi pada saya, dan mereka sangat membantu. Dahulu saya berpikir memalukan dan dipermalukan oleh
manifestasi jasmani demikian di depan umum, tetapi saya gembira sebab saya tahu
semuanya adalah karunia Tuhan dan Ia sedang mempersiapkan saya untuk melayani
Dia dengan cara yang saya pikir mustahil. Saya tidak mau manifestasi
hadirat-Nya yang kuat pergi dari dalam hidup saya.
MASA KESENGSARAAN BESAR
Pada tanggal 4 Maret 1996,
Tuhan mengunjungi saya dari pukul 2.30 pagi sampai 5.05 pagi. Badan saya
bergoncang selama dua puluh menit, kemudian Tuhan membawa saya ke pantai, dan
kami berjalan naik ke sisi gunung ke atas batu besar di mana akhir-akhir ini
kami telah duduk.
Mula-mula semuanya kelihatan
biasa untuk beberapa saat, tetapi tiba-tiba saya melihat, bahwa gunung-gunung
di mana api telah terbakar pada hari sebelumnya, sekarang hanya sisa-sisa benda
hangus, gundukan-gundukan abu yang hangus, dan reruntuhan. Seluruh tempat itu
hanya sebuah lubang kehancuran yang besar dan hitam. Saya melihat bahwa pantai
dimana manusia telah berlari dan jatuh pada hari sebelumnya, dinodai oleh
bintik-bintik besar hitam, dan saya mengambil kesimpulan bahwa setiap bintik
menunjukkan sisa-sisa manusia yang hangus yang telah mati dalam api waktu
hari-hari terakhir.
Lautan, yang sebelumnya
terisi dengan darah yang berkobar, sekarang adalah sebuah lubang bak yang sangat
luas dan kosong-hangus tak dapat dikenal. Setelah beberapa saat melihat
pemandangan yang penuh kesunyian, kegelapan, dan kehancuran, lautan dan daerah
sekitarnya kembali menjadi normal.
Saya telah belajar firman
Tuhan untuk melihat apa yang dikatakan tentang gejala-gejala ini. Dalam Wahyu 8:8, saya membaca kata-kata ini : “Dan ada sesuatu seperti gunung besar, yang
menyala-nyala oleh api, dilemparkan ke dalam laut. Dan sepertiga dari lautan
itu menjadi darah.” Wahyu 16:3 menunjuk
kepada lautan menjadi seperti darah : “Dan
malaikat yang kedua menumpahkan cawannya ke atas laut; maka airnya menjadi
darah, seperti darah orang mati dan matilah segala yang bernyawa, yang hidup di
dalam laut.” Tuhan telah menunjukkan kepada saya hal-hal yang persis yang
telah digambarkan-Nya di dalam firman-Nya.
“Kapan
semua ini akan terjadi?” saya bertanya Tuhan dengan rasa ingin
tahu sekali.
“Pada
zaman kesengsaraan besar.”
“Tuhan, bilamana zaman
kesengsaraan besar ini akan terjadi?”
“Sesudah Aku membawa anak-anak-Ku ke kerajaan-Ku.
Barangsiapa telah membaca kitab-Ku dan percaya nabi-nabi-Ku harus tahu tentang
hal-hal ini mengenai hari kiamat. Semua yang Aku tunjukkan padamu di pantai
akan segera terjadi.” - (yang berarti kejadiannya
adalah Pre-Tribulasi).
Saya rasa Tuhan akan datang
untuk kita dengan segera, dan sebab itulah banyak sekali kejadian-kejadian yang
luar biasa sedang terjadi di dunia. Berita utama di surat kabar harian mengenai
bencana alam serupa dengan penglihatan ini. Gempa bumi, bencana-bencana alam lain
(termasuk angin ribut, taufan, taifun, kebakaran, banjir dan badai salju),
keganasan, pelanggaran hukum, wabah penyakit, terorisme dan banyak
gejala-gejala sedang terjadi dengan kekerapan lebih sering dan lebih hebat
daripada sebelumnya, seperti yang diramalkan oleh Kitab Injil.
Yesus berkata kepada
rasul-rasul-Nya :
“Kamu
akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun
berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi
itu belum kesudahannya. Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan
melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat. Akan
tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru. Pada
waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan
dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku, dan banyak orang akan murtad dan
mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci. Banyak nabi palsu akan
muncul dan menyesatkan banyak orang. Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan,
maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Tetapi orang yang bertahan
sampai pada kesudahannya akan selamat. Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan
di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba
kesudahannya.” (Matius 24:6-14)
Inilah kejadian-kejadian
yang telah diperlihatkan Yesus kepada saya. Betapa inginnya saya dapat
memberikan kesan kenyataan dan realitasnya kepada semua orang dengan cara yang
sama di mana pemandangan-pemandangan itu telah tercetak di dalam pikiran saya.
Kata-kata Yesus adalah benar, dan nubuatan-nubuatan-Nya dengan cepat akan
terpenuhi.
TEMPAT AIR KEHIDUPAN
Di dalam Kitab Wahyu, Kitab
Injil berkata tentang “air kehidupan.”
“Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air
kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir keluar dari takhta Tuhan
dan takhta Anak Domba itu. Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di
seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua
belas, tiap-tiap bulan sekali” (Wahyu 22:1-2).
Setelah Tuhan membawa saya
ke surga, kami pergi ke gedung putih, dan seorang malaikat membawa saya ke
ruangan berhias di mana saya berganti pakaian. Ketika saya keluar, saya melihat
Tuhan juga telah berganti dalam pakaian surgawi. Ia membawa saya ke takhta-Nya
dan mengarahkan saya untuk duduk di atas sebuah kursi di sebelah Dia. Ini
adalah pertama kalinya Tuhan mendudukkan saya di sebalah-Nya.
Di sana saya melihat banyak
orang memakai pakaian dan makhkota yang indah duduk di depan kami. Kelihatannya
orang-orang ini bermartabat tinggi dan penting.
“Tuhan,
siapa orang-orang ini?”
“Mereka
adalah orang-orang yang Aku berikan firman-Ku, dan mereka dengan setia
mencatatnya di dalam kitab-Ku.”
Ia menunjuk ke sebuah Kitab
Injil yang hitam besar di sudut ruangan dan saya melihat, halaman-halaman Kitab
Injil membalik dengan sendirinya seakan-akan angin sepoi bergerak melalui
halaman-halamannya. Saya heran, tetapi kemudian saya mengerti bahwa angin Roh
Tuhan sedang berdesar melalui halaman-halaman Firman suci.
Orang-orang mulai berjalan dengan
perlahan, dan seorang malaikat membawa saya kembali ke ruangan berhias supaya
saya dapat ganti pakaian biasa, dan badan saya mengambil bentuk seorang gadis
remaja. Saya lalu ingat, bahwa surga adalah suatu tempat di mana kamu tidak
akan pernah jadi tua, dan pikiran ini menggirangkan saya dan memenuhi saya
dengan ketakjuban.
Kami menyeberangi jembatan
emas lagi dan berjalan sepanjang sisi bukit dekat sebuah lembah yang indah.
Sebuah pagar emas membentuk batas berkeliling seluruh daerah, dan pagar itu
mempunyai beberapa pintu gerbang yang ditempatkan berdekatan satu dengan yang
lain sekeliling seluruh batas. Pohon-pohon ditanam dekat dengan gerbang, dan
bunga-bunga kuning cantik memenuhi tanah sekitar pohon-pohon. Ini adalah sebuah
kebun batu yang hebat yang menuju ke sebuah sungai yang jernih seperti kristal.
Saya melihat pohon-pohonnya
sarat oleh buah-buahan berwarna ungu. Tuhan meraih dan memberikan saya sebuah
untuk dimakan sedangkan Ia menikmati sebuah yang lain yang telah dipetik-Nya.
Sungai itu sempit, tetapi nampaknya tidak ada habis-habisnya ketika ia melewati
lembah yang subur.
Tidak ada apapun yang ada di
bumi ini – termasuk pegunungan Rocky yang megah atau dataran yang berbuah –
dapat dibandingkan dengan taman Firdaus yang subur di depan saya.
“Tempat
apakah ini, Tuhan?”
“Ini
adalah tempat air kehidupan. Maukah engkau minum?”
“Ya,
Tuhan.”
Ia membungkuk dan melekukkan
telapak tangan-Nya, mengisinya dengan air yang bersih dan suci. Ia minum dari
tangan-Nya dan memberi tanda supaya saya meniru-Nya. Saya menjangkau ke bawah
dan mengisi telapak saya dengan air dan mengecap kesegarannya yang lezat. Ini
adalah air yang termanis yang pernah saya rasakan.
“Apakah
engkau suka air ini, puteri-Ku?”
“Sangat
lezat, Tuhan.”
“Sekarang
Aku akan membawamu ke satu tempat yang sangat istimewa.”
RUMAH YANG
BESAR
Saya ingin tahu ke mana Ia
membawa saya ketika Ia memegang tangan saya dan mulai berjalan. Ia membawa saya
ke istana yang telah kami kunjungi sehari sebelumnya. Hati saya menyanyi sambil
terpesona. Bagaimana mungkin ada rumah yang begini indah ?
Jalanan emas menakjubkan
saya, dan saya merasa begitu gembira sewaktu kami berjalan sepanjang tempat
yang disediakan oleh Tuhan bagi milik-Nya. Jalannya kelihatan licin sebab ia
sangat mengkilat, tetapi biasa saja rasanya berjalan di atasnya. Disebabkan
oleh kecermelangannya, jalannya menyerupai gelanggang bermain sepatu es. Cahaya
matahari, seakan-akan, menembus seluruh tempat.
Apabila saya berjalan dengan
Tuhan, saya merasa sangat bahagia sehingga tak ada satu katapun yang dapat
melukiskannya. Ini suatu perasaan senang dan gembira tercampur dengan rasa aman
tiada gangguan sedikitpun.
Kami berjalan melalui banyak
rumah-rumah besar dan istana-istana, yang satu lebih elok dari sebelumnya. Di
depan salah satu rumah-rumah ini, Tuhan berhenti.
Saya tahu ia akan membawa
saya masuk ke dalam, dan saya bergairah tidak keruan. Jantung saya berdegup tak
teratur ketika kami naik anak tangga depan rumah.
Mata saya tertarik melihat
tombol pintu, yang terbuat dari emas. Lalu saya melihat pelat emas pada pintu
depan. Ada sebuah nama tertulis di situ, saya cepat menyadari, bahwa itu adalah
nama saya. Saya hampir pingsan karena terperanjat. Tertulis dengan tulisan yang
indah adalah nama “Choo Nam.” Ini
adalah tempat yang disediakan oleh Yesus untuk saya! Saya sangat takjub.
Menakjubkan sehingga tak masuk di akal. Di sini saya, berdiri dekat pintu
sebuah istana yang anggun di surga, dan nama saya ditulis dengan emas pada
pintunya yang indah! Terlalu indah untuk dapat menjadi kenyataan! Kepala saya
terhuyung karena sangat heran. Bagaimana ini mungkin?
Saya mengalirkan air mata
terima kasih dan kegirangan sementara hati saya diliputi dengan cinta serta
kasih yang mendalam untuk Tuhan. Saya sungguh tidak pernah menyangka menerima
barang-barang yang begitu indah dari Dia. Saya selalu merasa bahwa sekalipun Ia
hanya mengenal saya itu sudah cukup, tetapi sekarang Ia betul-betul melimpahkan
berkat-berkat-Nya ke atas saya.
Saya telah
mencicipi air kehidupan, dan saya tahu
saya tak akan pernah dahaga lagi akan perkara duniawi. Saya telah merasakan buah
taman Firdaus yang berwarna ungu, dan saya tak akan pernah lapar akan hal-hal
duniawi lagi.
Saya telah bersama dengan
Yesus – Tuhan dan Tuanku – dan Ia telah membawaku ke rumah yang dibuat-Nya
untuk saya. Saya menangis tanpa malu waktu Tuhan menuntun saya ke dalam rumah.
Ia berkata, “Jangan menangis, puteri-Ku.
Aku ingin engkau bahagia.”
Ketika kami melangkah lewat
ambang pintu rumah itu, lagu-lagu rohani memenuhi hati saya, dan saya lanjutkan
dengan menangis air mata kegirangan dan syukur.
Saya kagum sekali permadani
yang berwarna merah dan susu dengan pola-pola bulat. Kursi beludru merah –
begitu klasik dan bermutu tinggi – seperti yang selalu saya inginkan untuk rumah
saya. Tirai merahnya adalah yang paling bagus yang pernah saya lihat.
Tuhan mengambil tempat
duduk-Nya di atas salah satu kursi-kursi beludru waktu saya jalan ke atas anak
tangga yang megah, menikmati setiap saat di dalam rumah saya. Kamar tidurnya
dialasi permadani putih bersih, dan saya melihat, bahwa ujung kepala tempat
tidurnya dari perak dengan dihiasi batu-batu permata biru sekeliling
pinggirannya.
Cermin pada lemari rias juga
ada batu-batu permata biru menambah kecemerlangannya. Kamar mandinya mempunyai
bak mandi perak yang dihiasi dengan permata indah yang warna-warni.
Saya menyanyi ketika saya
berjalan sekeliling bagian dalam rumah saya. Saya merasa seperti seorang puteri
didunia peri. Tetapi saya tahu, bahwa ini bukan khayalan – ini lebih nyata dari
yang pernah saya bayangkan. Saya selalu percaya akan adanya sebuah Firdaus
surgawi, tetapi saya tidak pernah pasti akan keadaannya. Sekarang saya tahu,
tanpa merasa ragu-ragu, bahwa surga itu nyata, dan saya ingin setiap orang di
dunia mengetahuinya juga.
Setalah beberapa saat
kegembiraan yang tak terkatakan, saya turun ke bawah anak tangga ke tempat
dimana Tuhan sedang duduk. Ia berdiri dan bertanya, ”Apakah engkau gembira, Choo Nam?”
Saya tahu Tuhan senang untuk
memperlihatkan rumah saya kepada saya.
“Ya,
saya senang sekali, dan sangat berterima kasih atas segala yang Engkau lakukan
untukku,” saya menjawab, “tetapi
saya masih merasa orang seperti saya ini tidak patut menerima berkat yang
begitu hebat. Saya masih belum melakukan apa-apa pun untuk Engkau, Tuhan,
tetapi saya selalu ingin melayani-Mu dan membuat-Mu gembira.”
“engkau
telah membuat Aku gembira, puteri-Ku. Engkau adalah seorang puteri yang
istimewa bagi-Ku, dan Aku ingin memberkatimu banyak sekali.”
“ANAK-ANAKKU
BELUM SIAP UNTUKKU”
Waktu kami pergi dan
berjalan melalui jembatan emas, kami kembali ke gedung putih, berganti pakaian,
menyimpan mahkota yang cantik dan kemudian pergi ke kolam. Saya merasa begitu
riang, saya bahkan sudah bernyanyi sebelum kami tiba di kolam.
Kami duduk dan bercakap-cakap
sebentar, dan saya sadar bahwa saya adalah seseorang yang paling beruntung yang
pernah hidup. Tuhan memecah lamunan saya dengan nada mendesak.
“Choo
Nam, Aku telah menyiapkan segalanya untuk anak-anak-Ku. Aku mempercepat
semuanya sebab kerajaan-Ku telah lama sekali siap, tetapi banyak sekali
anak-anak-Ku belum siap untuk-Ku, karena mereka terlalu mencintai dunia.”
“Itulah
sebabnya Aku ingin engkau menulis sebuah buku bagi-Ku. Aku tahu ini akan
melelahkan untukmu, tetapi pekerjaan ini harus dilakukan segera.”
“Tuhan,
aku sangat heran dengan segala yang telah Engkau perlihatkan kepadaku. Jika aku
mendengar buku yang seperti itu, aku tahu aku akan sangat ingin membacanya
karena aku sangat mencintai-Mu.”
“Aku
tahu puteri-Ku,” Ia membalas, sambil tersenyum. “inilah sebabnya mengapa Aku dalam keadaan
terburu-buru. Mengajarkan tentang Injil adalah hal
yang terpenting di dunia. Aku ingin semua anak-Ku mengetahui, bahwa Aku segera
datang.”
Pikiran saya kembali kepada
beberapa kata-kata penutup dari kitab Injil, dan dengan sepenuh hati saya, aku
berseru yang sama : “Kalau begitu,
datanglah, Tuhan Yesus.”
Maranatha! Tuhan sungguh
akan segera datang.
BAB 8 -
PERSIAPAN UNTUK IBADAH
“Karena
itu, saudara-saudara, demi kemurahan Tuhan aku menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai pesembahan yang hidup, yang kudus dan yang
berkenan kepada Tuhan: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi
serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga
kamu dapat membedakan manakah kehendak Tuhan: apa yang baik, yang berkenan
kepada Tuhan dan yang sempurna.” (ROMA 12:1-2)
Pengalaman-pengalaman saya
yang luar biasa sangat menggairahkan tetapi di samping itu juga sedikit
meletihkan, dan Tuhan tahu pengaruhnya pada badan dan kesehatan saya.
Goncangan-goncangan yang harus dialami adalah bagian dari persiapan saya untuk
beribadah. Perwujudan jasmani dari pekerjaan Tuhan yang ajaib dalam hidup saya,
begitu juga keluhan-keluhan yang dalam yang keluar dari roh saya, mempengaruhi
badan saya.
Sesudah badan saya tergetar
begitu kuat selama dua atau tiga jam, saya menjadi terhuyung-huyung. Kepala
saya merasa seakan-akan berputar, dan saya menjadi sangat pusing. Kadang-kadang
perasaan ini begitu kuat sehingga saya hampir tak dapat berjalan.
Kuasa urapan Tuhan dalam
hidup saya membuat saya kurang nafsu makan selama beberapa hari setiap kali.
Terjaga pada waktu-waktu tidur dan kurang makan menyebabkan saya merasa lemah
dan menjadi kurus. Kenyataannya, saya telah kehilangan dua setengah kilo. Saya
sering merasa hendak muntah, dan saya sering mengalami sakit di perut dan
sendi-sendi saya. Walau bagaimanapun, sebelum kembali setiap hari, Tuhan
menyembuhkan saya dari sakit saya.
Ia akan memeluk saya, dan
satu sentuhan saja dari tangan-Nya akan mengangkat derita saya dan menyebabkan
goncangan berhenti. Biasanya Ia akan mengucapkan kata-kata lembut penuh
perhatian dan kepedulian sehingga menolong saya mengetahui, bahwa Ia
benar-benar mengerti bagaimana letihnya saya. Sangat menggembirakan sekali
mengetahui bahwa Allah peduli tentang segala sesuatu yang menyangkut anak-anak-Nya
– hasrat-hasrat kita, sakit-penyakit kita, kekuatiran kita, kelelahan kita,
pengharapan-pengharapan kita, serta impian-impian kita.
Penulis kitab Ibrani
menerangkan bagaimana ini mungkin:
“Karena
kita sekarang mempunyai Imam Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu
Yesus, Anak Tuhan, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab
Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut
merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah
dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh
keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan
menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.”
(Ibrani 4:14-16)
Yesus menangis. Ia mengerti
sakitnya kesepian dan penolakan. Ia menghadapi percobaan. Ia bergumul dengan
kehendak Bapa. Ia mengalami rasa marah dan takut. Apapun yang kita hadapi, Ia
juga pernah. Yang lebih penting, Imam Besar kita yang mulia ada di sana bersama
kita. Ia berdoa untuk kita. Ia memikul beban-beban kita. Yesus sungguh-sungguh
mengerti.
Ia tahu, bahwa banyak hal
harus disembuhkan di dalam hidup saya yang paling dalam sebelum saya dapat
dipakai dalam pelayanan yang saya telah dipanggil oleh-Nya secara efektif. Ia
telah menerangkan kepada saya, bahwa Ia mengulangi berkali-kali sehingga saya
betul-betul mengerti. Ia membawa saya ke beberapa tempat surgawi yang sama lebih
dari sekali supaya saya dapat mengalami kenyataannya dengan sepenuhnya – dan
mengingatnya. Ia menekankan penyebab badan saya tergoncang begitu kuat setiap
kali saya berada di hadirat-Nya adalah karena Ia sedang melimpahkan kuasa-Nya
atas saya.
Singkatnya, sebab itulah, saya sedang dipersiapkan untuk satu pelayanan mengabarkan
Injil dan kesembuhan seluruh dunia yang akan mulai dengan buku yang sedang
Saudara pegang di tangan Saudara.
KITAB INJIL
HITAM YANG BESAR
Pada tanggal 5 Maret 1996,
Tuhan membuat saya bangun dari pukul 1.50 pagi sampai 4.20 pagi. Di dalam
proses, badan saya tergoncang selama dua puluh lima menit. Kemudian Tuhan
membawa saya ke pantai dalam menyiapkan perjalanan seterusnya ke surga.
Kami mengunjungi lagi gedung
putih dan kamar berhias. Kami berdua berganti jubah surgawi dan mahkota kami.
Kemudian kami pergi ke ruangan takhta di mana Tuhan duduk di atas kursi-Nya dan
menyuruh saya untuk duduk di kursi sebelah-Nya. Ada beberapa orang laki-laki di
depan kami yang memakai mahkota mirip kepunyaan saya.
“Siapakah
orang-orang ini?” saya bertanya.
Tuhan menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang menulis
Firman-Ku.”
Saya memandang kepada setiap
muka yang bercahaya dan saya mencoba menerka satu-persatu. Duduk di hadapan
saya adalah rasul-rasul Yohanes, Matius, Lukas, Markus, Yakobus, Petrus, dan
Paulus. Para nabi ada juga di sana, laki-laki, seperti Yesaya, Yeremia, Yoel,
Mikha, Maleakhi, Daniel, Obaja, Hosea dan banyak lainnya.
Saya memperkirakan, Musa dan
Yosua pasti ada dalam kelompok ini juga: dan Nehemia, Ayub, Daud, Salomo,
Yehezkiel, Nahum, Yunus, dan Zakharia. Saya berharap saya ada waktu untuk
berbicara dengan mereka semua. Saya akan bertanya Yunus bagaimana rasanya
berada di dalam perut ikan paus. Saya ingin Daniel menceritakan kepada saya
bagaimana rasanya berada di dalam gua singa. Saya ingin mendengar Daud
menggambarkan pengalamannya dengan Goliat.
Lalu saya menduga: Suatu
hari, dengan segera, saya akan mengambil rumah kediaman surgawi yang telah
ditunjukkan Yesus kepada saya, dan saya akan dapat bergaul lama sekali dengan
orang-orang kudus dari segala zaman! Kemudian saya dapat menanyai mereka. Lalu
saya akan mengetahui. Lalu saya akan mengerti. Bukankah itu akan
menggembirakan?
Paulus menulis, “Karena sekarang kita melihat dalam cermin
suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan
muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan
mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal” (1 Korintus 13:12).
Masih di luar pengertian saya, bagaimana saya telah dipilih untuk menerima jauh
lebih dahulu hari besarnya Tuhan bila kita akan tahu, meskipun waktu kita
dikenal, tetapi saya betul mengerti bahwa saya telah dianugerahi suatu kasih
karunia istimewa yang hebat untuk melihat banyak hal. Saya tahu, bahwa
kehormatan ini adalah untuk setiap orang, sehingga sebanyak yang mau melakukan
demikian akan percaya dan diselamatkan.
Kitab Injil hitam besar yang
saya lihat pada kunjungan sebelumnya ada tepat di depan saya. Ia bercahaya
dengan kuasa Roh Kudus yang berbicara kepada hati saya, “Segala tulisan yang diilhamkan Tuhan memang bermanfaat untuk mengajar,
untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang
dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Tuhan
diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” (2 Timotius 3:16-17).
Saya melihat, bahwa para
penulis yang diilhami untuk menulis Kitab Injil membawa buku catatan di tangan
mereka, dan kemudian saya sadar, bahwa Tuhan sedang menunjukkan adegan ini
kepada saya untuk kedua kalinya supaya saya akan mengerti dengan
sungguh-sungguh bagaimana pentingnya Firman Tuhan di dalam hidup saya. Saya tahu
Ia mau saya membaca dan belajar dan mencatat semasa saya mendalami Firman-Nya.
Tuhan dan Tuan saya
menghendaki supaya saya “menerima
ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Tuhan, dalam segala doa dan
permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh” (Efesus 6:17-18). Besarnya
Kitab Injil di depanku menjadi peringatan bagiku bahwa Kitab Injil harus
bertumbuh lebih besar di dalam hidup saya – ia harus menjadi dasar di mana
pelayanan saya akan didirikan dan dilancarkan.
SEBUAH TUBUH
YANG DIUBAH
Seorang malaikat menemani
saya kembali ke ruangan ganti di mana saya dapat melihat bayangan saya di dalam
kaca yang besar dan jernih. Saya telah berubah! Tubuh baru saya adalah seperti
waktu remaja saya. Saya masih muda, cantik, dan penuh semangat. Setiap kali
saya melihat perubahan ini saya sangat terkejut! Akan tetapi ini adalah suatu
peringatan bahwa waktu saya naik ke surga saya akan mendapat satu tubuh yang
baru.
Tubuh-tubuh baru surgawi
kita tidak akan menjadi tua. Tubuh ini tidak akan sakit. Tidak akan ada keriput
pada wajah kita. Gigi kita akan putih dan rata. Rambut putih tidak akan
ditemukan di dalam rambut kita. Cahaya remaja akan bersinar dari dalam mata
kita. Perawakan kita akan tegak dan lurus. Segala kekurangan yang kita alami di
bumi akan hilang. Kita akan menjadi baru sama sekali, dan ia akan sangat
menggembirakan!
AIR KEHIDUPAN
YANG MENGALIR
Kami berganti pakaian, lalu
berjalan menyeberang jembatan emas, melalui lembah yang hijau. Kami mengikuti
sebuah jalan yang bagus sekali dibatasi oleh sebuah pagar emas yang mempunyai
banyak pintu gerbang. Di sepanjang perjalanan saya melihat pohon-pohon buah
yang pernah saya lihat dan bunga-bunga berwarna kuning indah. Batu-batu yang
bagus-bagus bertebaran di seluruh lembah dan sungai yang airnya mengalir cepat
dan jernih bagai kristal di dekatnya.
“Air
itu air kehidupan,” Tuhan menunjuk. Ini kedua kalinya saya
melihat sungai yang luar biasa ini. Waktu sebelumnya, saya bahkan telah merasa
airnya yang murni dan manis.
Saya melihat sungai
kehidupan ini sempit, tetapi seakan-akan tidak ada ujungnya. Ketika kami
berjalan menuju gerbang yang terdekat, Tuhan bertanya apakah saya ingin minum
air dari sungai kehidupan lagi, tetapi saya menggelengkan kepala saya sebab
saya tidak mau memaksakan kebaikan-Nya pada saya, lagipula saya tak sabar ingin
melihat pemandangan selanjutnya, yang saya harapkan adalah rumah saya – yang telah
disediakan-Nya untuk saya.
Kami berjalan ke arah istana
saya, dan ketika kami tiba di sana, kami masuk. Tuhan duduk di atas kursi yang
telah diduduki-Nya pada kunjungan sebelumnya dan seakan-akan berhasrat sekali
supaya saya memeriksa rumah masa depan saya.
Saya pergi ke
ruangan-ruangan yang saya kunjungi sebelumnya, dan saya membayangkan bagaimana
rasanya hidup di sana. Kamar tidur perak dihias dengan batu permata dan kamar
berhias yang indah, tirai, dan permadani yang cantik, dinding-dinding yang
berkilau-kilau – semuanya mengingatkan apa yang telah Yesus lakukan untuk saya.
Ia menunjukkan semua ini
lagi supaya pengalaman ini melekat dalam ingatan saya – supaya saya
sungguh-sungguh percaya. Saya bertambah dipenuhi oleh ketakjuban dan harapan
tinggi lebih daripada kunjungan sebelumnya.
Kami meninggalkan rumah saya
dan kembali ke gedung yang putih di mana kami berganti pakaian kami sekali
lagi. Kemudian kamu pergi ke kolam yang tenang di mana Tuhan mengambil tempat
biasa-Nya di atas batu yang kokoh.
Ia duduk, tetapi saya tidak
dapat menahan diri saya. Saya mulai menari dan menyanyi dengan perasaan yang
luar biasa gembiranya yang tidak pernah saya alami sebelumnya. Dari tempat saya
di surga, saya dapat melihat tubuh jasmani saya, masih terbaring di atas tempat
tidur saya, sedang bergerak dan tangan saya sedang melambai-lambai.
Kelihatannya Tuhan begitu senang dengan saya, dan Ia memberi isyarat kepada
saya untuk datang dan duduk di sebelah Dia.
PEMULIHAN DAN
KESEMBUHAN
Saya tahu, bahwa Tuhan masih
mempunyai banyak hal untuk dikerjakan di dalam hidup saya sebelum saya siap
untuk memenuhi panggilan yang telah diberikan-Nya kepada saya. Hal-hal masa
lampau saya menyebabkan saya merasa rendah diri dan tidak berharga. Ia
kelihatannya mengutamakan membantu saya memperoleh keyakinan, pertama di dalam
Dia dan kemudian di dalam diri saya sendiri.
“PuteriKu, Aku telah memperlihatkan kepadamu bagian-bagian yang
penting dari kerajaan Tuhan, dan Aku mau engkau menceritakan setiap orang apa
yang telah kau lihat. Aku tahu Aku telah menunjukkan lebih banyak hal padamu
hari ini daripada yang sebelumnya. Apabila engkau melakukan pekerjaan yang
engkau telah Kupanggil untuk melakukannya banyak jiwa-jiwa akan diselamatkan.
Buku ini akan dibaca oleh seluruh dunia.”
“Tetapi,
Tuhan, saya ini bukan siapa-siapa. Mengapa Engkau memilih saya? Mengapa bukan
seseorang yang sudah terkenal?”
“Choo
Nam, Aku menciptakan engkau untuk pekerjaan akhir zaman. Aku akan membuatmu
terkenal. Aku tahu engkau sedang belajar apa yang Aku ajarkan padamu. Aku tahu
engkau akan setia pada-Ku.”
“Siapa
yang akan menulis buku itu?” saya bertanya. “Aku mencoba mencatat segala sesuatu yang
Engkau katakan dan menggambarkan hal-hal yang Engkau perlihatkan padaku, tetapi
aku tidak tahu betul bagaimana menulis sebuah buku.” (Sebenarnya, saya
merasa sangat takut atas semua gagasan ini!) “Tuhan, aku tidak mempunyai cukup pengalaman untuk menulis sebuah
buku.”
“Engkau
tidak perlu tahu bagaimana menulis buku itu. Catat saja apa yang Kuperlihatkan
dan ceritakan padamu, dan seorang penulis akan menulis buku itu untukmu.
Puteri, jangan khawatir. Aku akan membimbing seseorang untuk menulis kembali
apa yang telah engkau catat. Seorang penulis yang diurapi oleh Roh akan
melakukan kerja ini untukmu.”
Pernyataan sedikit yang baru
ini telah meringankan pikiran saya. Perlahan-lahan, dan selangkah demi selangkah,
saya mulai belajar untuk bersandar kepada Tuhan daripada kepada pengertian saya
sendiri. Sebuah ayat masuk ke pikiran saya : “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar
kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan
meluruskan jalanmu” (Amsal 3:5-6).
Masalah saya bukan dalam
mempercayai Tuhan. Ia telah membuktikan keyakinan-Nya pada saya dalam banyak
sekali cara yang sangat luar biasa. Masalah saya adalah percaya pada diri saya
sendiri. Sejak kecil saya selalu takut untuk maju ke depan, mengambil pimpinan
– dan sekarang saya dipanggil untuk menulis sebuah buku dan melancarkan suatu
pelayanan ke seluruh dunia! Sebetulnya saya takut.
Kemudian Tuhan menambahkan
satu pikiran baru dengan berkata, “Engkau
akan mendapat kekayaan yang besar, dan Aku ingin engkau menggunakannya untuk
membangun sebuah gereja bagi-Ku.”
“Tetapi
aku tidak dapat berkhotbah, Tuhan.”
“Engkau
tidak perlu berkhotbah.”
Rintihan yang dalam mulai
timbul dalam roh saya, dan saya tahu suatu urapan istimewa ada pada saya.
Kemudian sesuatu yang lebih terang daripada pemandangan alamiah muncul di depan
saya.
Itu adalah penglihatan dari
sebuah gereja – sebuah bentuk gedung gereja yang putih dengan sebuah menara
yang sangat tinggi. Pintu-pintu masuknya adalah pintu-pintu berganda yang
sangat bagus. Ruangan utama di mana altar berada dipenuhi oleh manusia, dan saya
melihat, bahwa beberapa dari mereka masuk gereja dengan kursi-kursi roda,
tetapi keluar dengan berjalan kaki. Wajah-wajah mereka memantulkan kegembiraan
luar biasa karena mereka telah disembuhkan sama sekali. Hanya dengan melihat
adegan ini telah membawa kesembuhan atas semua kepedihan hati maupun ketakutan
saya. Seperti mereka, Tuhan ingin saya menjadi utuh, dan Ia sedang melengkapi
saya untuk pelayanan yang mana saya telah di panggil.
“Apakah
engkau suka dengan apa yang engkau lihat?” Tuhan bertanya.
Saya melepaskan senyuman
yang berseri-seri kepada-Nya dan membalas, “Ya!”
Saya lebih bergairah daripada yang pernah saya alami dalam hidup saya.
Kemudian Ia mengulangi
sesuatu yang amat penting bagi Dia, “Sebelum Aku datang untuk orang-orang-Ku, separuh dari
orang-orang yang tidak percaya akan diselamatkan.”
“Kapan
Engkau akan datang untuk kami?” saya bertanya lagi, dengan
harapan mendapat jawaban yang lebih tepat dan pasti.
“Aku
telah mengatakan padamu bahwa ini akan terjadi segera. Bukankah engkau melihat
bahwa segalanya telah disiapkan untuk semua orang di sini?”
Dengan itu saya lalu
mengerti, mengapa Tuhan telah banyak kali membawa saya ke surga – supaya saya
menyaksikan, bahwa Ia hampir menyelesaikan tugas-Nya. Ini adalah pesan membara
yang harus diberitakan. Inilah tema buku dan kehidupan saya.
Yesus ingin semua orang tahu
bahwa saat-saat terakhir sudah tiba. Ia telah menyediakan satu rumah abadi
untuk semua orang yang percaya akan Dia. Tidak tepat lagi untuk mengatakan,
bahwa Ia sedang menyiapkan suatu tempat bagi kita karena tempat itu sudah siap!
Bukankah menggairahkan
sekali mengetahui bahwa setengah dari orang-orang yang tidak percaya di dunia
akan diselamatkan sebelum Tuhan segera kembali? Berjuta-juta orang akan
dihantar ke dalam gereja Yesus Kristus, dan gereja harus siap untuk menyambut
mereka.
Saya sudah tidak sabar untuk
mulai membangun gereja impian saya. Saya telah memeluk erat-erat penglihatan
yang diberikan Tuhan kepada saya, dan saya mulai bergerak bersamanya. Keyakinan
saya dibina, dan semua perasaan tidak aman, khawatir dan ketakutan di dalam
saya sedang ditampung oleh kasih Tuhan. Saya sadar, dan pasti sekali tanpa ada
keraguan sedikitpun, bahwa kasih Tuhan adalah kekal. Kerajaan-Nya adalah nyata
dan Ia akan memenuhi firman-Nya.
Melalui
pengalaman-pengalaman yang saya alami di surga, saya belajar, bahwa Tuhan
memberi kemampuan kepada mereka yang dipanggil-Nya. Ia memperlengkapi
bagian-bagian yang kurang dan memberi kekuatan di dalam kelemahan kita. Seperti
halnya orang-orang yang cacat yang saya saksikan dalam penglihatan saya tentang
gereja, kita semua terbatas atau cacat dalam satu atau lain hal.
Tetapi Tuhan dapat memberi
kekuatan baru kepada kaki-kaki yang lumpuh, dan sedang Ia menyembuhkan
kekurangan-kekurangan kita, kita dapat berjalan di dalam pembaharuan hidup – di
dalam kekuatan dan kuasa Roh Kudus-Nya. Pada pagi hari permulaan bulan Maret
itu saya belajar satu kebenaran baru yang menyeluruh: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku” (Filipi 4:13).
ISTIRAHAT YANG
DIPERLUKAN
Selama satu setengah bulan
Tuhan telah kerapkali membangunkan saya dari tidur saya pagi-pagi sekali untuk
membawa saya ke surga, sehingga Ia dapat menyiapkan saya untuk pekerjaan mana
saya telah dipanggil untuk melakukannya. Saya lelah, tubuh saya lemah.
Menyadari keperluan saya untuk tidur lebih banyak, Tuhan berkata, “Ini adalah kali terakhir Aku membawamu ke
kerajaan surga, dan Aku tidak akan membangunkanmu lagi.”
Saya mulai menangis. Hati
saya dipenuhi kesedihan. Saya ingin bersama Tuhan selamanya. Saya memprotes, “Tuhan, aku tak ingin meninggalkan-Mu.”
“Aku
akan bersamamu di manapun engkau berada. Engkau akan melihat Aku dan mendengar
suara-Ku.”
Ia kemudian memegang dan
merangkul saya sambil berkata, “Choo Nam,
Aku tahu engkau perlu istirahat.”
Saya mengakui bahwa saya
perlu istirahat, tetapi hasrat saya untuk bersama Dia melebihi keperluan
jasmani saya. Saya melihat keperluan rohani saya teramat lebih penting daripada
kebutuhan keperluan tubuh saya. Kami meninggalkan kolam dan kembali ke gedung yang
putih untuk berganti jubah kami yang biasanya. Kemudian kami diangkut kembali
ke pantai di mana kami duduk dan bercakap sebentar.
“Aku
tahu bagaimana letihnya engkau sekarang ini, jadi Aku tidak akan membangunkan
engkau dari tidurmu. Engkau harus istirahat sebentar.” Rasa
patah hati menyelinap untuk menguasai saya ketika Tuhan mengatakan kata-kata
yang tidak ingin saya dengar ini, tetapi kemudian Ia menjelaskan apa yang
dimaksudkan-Nya, “Aku ingin membawamu ke
kerajaan lagi, tetapi sekarang ini engkau perlu istirahat.”
Meskipun mendapat janji ini,
saya tidak dapat menahan tangis saya. Benar, perasaan saya hancur oleh
kenyataan bahwa Yesus akan pergi, dan bahwa Ia mungkin pergi untuk waktu yang
lama. Saya begitu cinta pada-Nya, dan pikiran tentang kepergian-Nya menyebabkan
saya merasa sangat kosong dan agak tidak tenteram.
Saya bayangkan bagaimana
perasaan rasul-rasul dahulu ketika harus mengucapkan selamat tinggal kepada
Tuhan dan Tuan mereka. Bagaimana perasaan ibunda-Nya, Maria, ketika ia melihat
Dia disalibkan, mati dan dimakamkan. Bagaimana perasaannya ketika Ia naik ke
surga? Suatu perasaan yang paling sepi di dunia.
Pada waktu ini setiap saat
terjaga saya, hidup saya dipenuhi dengan pikiran tentang Yesus dan surga. Saya
telah bersama Tuhan setiap hari selama lebih dari satu setengah bulan. Saya
telah ke surga dan melihat jalanan dari emas, rumah-rumah kediaman di atas
bukit, Sungai Kehidupan. Saya betul-betul telah merasakan air hidup yang manis.
Saya telah diiringi oleh
para malaikat dan telah bergaul mesra dan saling memuji dengan para orang
kudus, martir, rasul, dan nabi. Saya telah masuk ke tempat tinggal kekal yang
telah disediakan oleh Yesus bagi saya. Saya tahu saya tidak akan pernah menjadi
sama seperti dulu. Tak ada sesuatu pun di dunia ini yang dapat dibandingkan
dengan surga – rumah saya yang benar.
Saya telah melihat lubang
neraka – api yang membara karena kekejaman, korupsi, dan dosa yang memalukan. Saya telah menyaksikan tanda-tanda akhir zaman terbuka
di depan saya seperti sebuah video hidup tentang hal-hal yang akan datang.
Yang terpenting, saya telah bersama Yesus –
dan seluruh kehidupan telah berubah menjadi sesuatu yang sama sekali baru dan
penuh arti.
Saya mempunyai satu tujuan,
satu misi, satu panggilan. Saya telah melihat satu penglihatan atas beberapa
hal yang telah direncanakan oleh Tuhan untuk saya. Memikirkan bahwa saya akan
menggunakan waktu untuk tidur padahal sangat banyak hal yang harus dikerjakan
membuat saya tidak paham sama sekali. Saya sangat kecewa.
Tuhan meninggalkan pantai,
begitu juga dengan badan transformasi saya, dan goncangan badan saya pun
berhenti. Tangisan saya berhenti ketika saya menyadari apa yang telah
dikatakan-Nya. “Aku akan membawamu ke
kerajaan lagi.” Itu sudah cukup. Itu pun baik.
Lalu timbul dalam pikiran
saya, bahwa istirahat yang Dia inginkan untuk saya lakukan adalah sebagian dari
persiapan yang sedang dikerjakan-Nya dalam hidup saya. Tentu saja saya tahu
saya perlu istirahat, sebab adakalanya saya merasa bingung.
Satu ayat indah dari Alkitab
timbul dalam pikiran saya dan membuat saya tenang: “TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di
padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia
menyegarkan jiwaku” (Mazmur 23:1-3).
Tuhan, Gembala saya, telah
mengijinkan saya berbaring di atas padang yang berumput hijau supaya jiwa saya
dapat disegarkan – persiapan lebih lanjut untuk pelayanan yang akan datang!
“SETIAP ORANG AKAN MENGENALMU”
Keesokan paginya, 6 Maret,
sukar sekali sebab saya bangun pada jam 02.30 pagi, setelah mengharapkan Tuhan
ada di situ. Saya percaya akan apa yang dikatakan-Nya padaku, tetapi sebagian
daripada saya masih mengharapkan kalau-kalau Ia akan datang. Saya menunggu Dia
dari 02.30 hingga 06.30 pagi, lalu saya kembali tidur. Ketika saya terbangun
lagi pada jam 09.30 pagi, saya sadar Tuhan tidak ada di sana. Saya merindukan
Dia, dan saya mulai menangis.
Segera seluruh badan saya
mulai bergoncang, disertai dengan panasnya urapan. Saya mengeluh dalam roh
untuk lima belas menit lamanya. Kemudian, seperti yang telah seringkali terjadi
sebelumnya, Tuhan muncul. Ia sedang duduk dekat jendela tempat tidur.
Ia berkata, “Puteri-Ku terkasih, Choo Nam, Aku berkata
padamu Aku akan besertamu selalu. Engkau akan melihat-Ku setiap waktu engkau
mau, dan engkau akan mendengar suara-Ku. Aku mengunjungimu sekarang sebab Aku
tahu engkau menantikan Aku sepanjang pagi.”
“Tuhan,”
kata saya, “Saya ingin melakukan apapun
yang Engkau perintahkan padaku. Saya masih merasa saya tidak tahu apa-apa.”
“Tepat
sekali. Itulah sebabnya Aku memilihmu. Jangan lupa, bahwa Aku akan menjagamu.
Aku memberikanmu karunia istimewa ini sebab tiada seorangpun mengenalmu.
Segera, bagaimanapun juga, setiap orang akan mengenalmu.”
Saya merasa sangat susah
menerima kata-kata itu. Setiap orang akan mengenal aku? Seolah-olah mustahil,
tetapi Tuhan, dalam kemurahan serta kesabaran-Nya merasa patut untuk
mengunjungi saya lagi untuk memberi jaminan janji ini kepada saya. Ia
mengakhiri kunjungan-Nya sambil berkata, “Puteri,
Aku mau engkau istirahat.” Lalu Ia pergi dan goncangan badan saya pun
berhenti.
Selama sepuluh hari
selanjutnya saya menikmati tidur yang paling lelap dan istirahat yang paling
tenang yang pernah saya alami. Sekali lagi, Tuhan setia akan janji-Nya:
“Jadi
masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah. Sebab
barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti
dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya.
Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya
jangan seorangpun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga. Sebab
firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua
manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan
sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Dan tidak ada
suatu mahlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang
dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan
jawab.” (Ibrani 4:9-13)
Tuhan ingin saya
beristirahat sebab Ia sedang mempersiapkan saya untuk suatu pelayanan yang akan
menghantar tak terhingga banyaknya orang yang tak percaya ke dalam kerajaan
Tuhan. Tahu bahwa Ia akan kembali untuk mengiringi saya ke surga lagi telah
membawa kedamaian kepada jiwa saya sehingga saya benar-benar dapat menikmati
tempat perhentian-Nya.
Saya akhirnya mulai
mengerti, bahwa buku yang akan saya tulis, gereja yang akan saya bangun,
pelayanan yang akan saya mulai adalah pekerjaan-Nya, bukan milik saya. Ini
menyegarkan jiwa saya, menghapuskan kekhawatiran saya dan membawa keyakinan
mutlak di hati saya.
Kebenaran yang disampaikan
oleh si pemazmur berabad-abad yang lalu menggema di dalam saya: “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah,
sia-sialah usaha orang yang membangunnya” (Mazmur 127:1).
Yesus mengingatkan saya akan
undangan-Nya yang mulia kepada yang letih lesu dan berbeban berat, dari Matius
11:28-30: “Marilah kepadaKu, semua yang
letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk
yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati
dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan
beban-Ku pun ringan.”
Next Bagian Ketiga
(oleh Kristus Ministry)
No comments:
Post a Comment