Firman Tuhan

Mazmur 139 : 14,
"Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.''

Friday, June 9, 2017

Kesaksian – (Buku) Heaven Is So Real! – Choo Nam Thomas - (Bagian Kedua)






















BAGIAN KEDUA: BAB 5-8



BAB 5 – KERAJAAN-KU TELAH SIAP


“oleh karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di sorga. Tentang pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu Injil.” Kolose 1:5 (Tekanan Ditambahkan)

“Yang dapat datang ke sini adalah mereka yang hatinya semurni air,” Yesus meyakinkan saya setelah kami tiba di surga pada dinihari 29 Februari.

“Puteri-Ku, Choo Nam, pekerjaan yang mana engkau Kupanggil untuk melakukan adalah sangat penting bagi-Ku, dan itu perlu diselesaikan dengan segera.”

Saya berdiri di hadirat-Nya yang gilang-gemilang terpesona. Ia tiba di kamar tidur saya pada pukul 4.15 pagi. Kami pergi ke terowongan yang telah saya lihat sebelumnya. Kali ini lebih terang-benderang dan lebih bersinar, dan dinding terowongan berkilau-kilauan dengan berhiaskan warna-warni yang hebat. Terowongan ini seperti sebuah tambang permata yang berisi berlian, zamrud, batu nilam, dan batu delima. Terowongan yang sangat mempesona.

Perhatian selanjutnya adalah di tepi pantai, dimana saya melihat sekali lagi air yang kotor merah darah. Tepi pasir, dimana ombak-ombak berhenti juga kotor dan berwarna darah.

“Itulah darah-Ku,” Tuhan memberitahuku lagi.

Tuan saya adalah seorang guru yang sangat sabar. Ia seringkali mengulangi bagian yang paling penting dari kata-kata-Nya supaya saya betul-betul mengerti apa yang Ia sedang sediakan untukku. Setiap kali Ia memperhatikan darah yang ditumpahkan-Nya untuk anak-anak-Nya, termasuk saya, saya mulai menangis.

Melihat air mata saya, Yesus menghibur saya dengan berkata, “Kerajaan-Ku telah siap bagi anak-anak-Ku. Barangsiapa telah siap dan ingin datang akan diijinkan untuk kemari.”

“SAYA TIDAK PATUT MENERIMANYA!”

Kami berjalan melewati sebuah gerbang putih yang indah seakan-akan bertakhtakan gading murni dan mutiara-mutiara halus. Kemudian kami memasuki istana yang putih megah dimana seorang malaikat mengawal saya ke ruang hias dan saya mengenakan pakaian indah yang telah disediakan untuk saya.

Lalu, Yesus membawa ke sebuah sungai. Sebuah dinding batu warna kelabu tersusun sepanjang aliran sungai, dan tumbuh-tumbuhan hijau dengan megahnya melatarbelakangi. Saya melihat bagaimana jernih dan tenang airnya. Berkilauan seperti batu kristal terindah yang pernah saya lihat.

Tuhan mengulangi undangan yang disampaikan kepada semua orang yang ingin mengikuti Dia dan mendapat rumah yang abadi bersama Dia di surga, “Mereka yang dapat datang kemari adalah mereka yang hatinya telah dimurnikan semurni air.”

Saya kemudian melihat bangunan-bangunan menarik putih lainnya di dalam kawasan sungai yang indah itu, langsung di belakang pohon-pohon yang tinggi. Yesus membawa saya ke salah satu rumah kediaman itu. Sebuah rumah tinggal besar putih dengan susunan tanaman-tanaman yang serba mewah dengan bunga-bunga berwarna-warni dan pepohonan yang lebat. Bunga-bunga yang paling mempesona yang pernah saya lihat itu menyemarakkan pintu keluar masuk. Pintu-pintunya juga cantik, dihiasi dengan panel-panel kaca yang berwarna-warni.

Di dalam istana, semuanya warna-warni dan bercahaya. Ruangan besar itu dipenuhi oleh orang-orang yang memakai pakaian-pakaian yang indah dan setiap orang sedang memakai sebuah mahkota yang bertakhtakan bermacam-macam permata. Saya merasa seperti puteri Cinderella dalam suatu pesta dansa.

Banyak kaum pria hadir di ruangan itu, tetapi sangat sedikit wanita. Tuhan tidak menerangkan siapa orang-orang tersebut atau mengapa mereka disitu, tetapi Ia memberitahu saya, “Engkau akan seperti mereka.”

Saya menanggapi kata nubuatan ini dengan air mata. Setiap kali Tuhan memberi saya pengertian baru yang mendalam, saya akan menangis sebab saya merasa kecil sekali oleh kebaikan-Nya dan kasih karunia-Nya. Saya merasa begitu kecil, sehingga, saya mengatakan, “Saya tidak patut menerimanya!”

Suara Tuhan mengandung nada marah ketia Ia menegur saya, “Jangan mengatakan begitu lagi, puteri.”

SUMBER KEBAHAGIAAN

Setelah mengganti jubah dan mahkota surgawi kami, Tuhan dan saya berjalan dan bercakap-cakap dekat kolam yang tenang yang saya lihat sebe-lumnya. Ini adalah kunjungan saya yang ketiga ke tempat istimewa berhubungan akrab dengan Dia.

Saya memegang lengan Tuan saya dan berkata, “Aku tak mau meninggalkan tempat ini. Aku ingin tinggal selamanya bersama-Mu di sini.”

“Belum, puteri-Ku. Engkau mempunyai banyak pekerjaan untuk-Ku dahulu. Aku harus menunjukkan kepadamu banyak tentang surga, dan Aku akan membawa kemari lebih banyak kali. Aku ingin engkau bahagia, puteri kesayangan-Ku.”

Kami kembali ke istana dan ganti pakaian biasa kami. Kemudian kami pulang ke pantai di bumi dan duduk di tepi laut. Tuhan memegang tangan saya dan berkata, “Aku memberikanmu kuasa penyembuhan dan karunia rohani yang lain. Dimanapun engkau berada, Aku akan berada di situ untuk membimbingmu. Engkau akan melayani-Ku ke seluruh dunia.”

Pesan seperti itu sepatutnya memenuhi saya dengan hasrat ingin tahu sekali, tetapi sebelumnya membuat saya tergagap, “Tuhan, saya tidak tahu apa-apa.”

“Engkau tidak perlu tahu apa-apa. Aku akan melakukan semuanya untukmu. Juga, suamimu akan besertamu. Ia akan melayani bersamamu.”

Bagian pernyataan-Nya tadi membawa suatu kelegaan pada saya. Melegakan sekali mengetahui Roger akan menjadi sebagian dari pelayanan yang Tuhan sediakan untuk saya. Saya sering bersandar kepada suami saya untuk kekuatan dan dorongan, dan sangat menghibur hati sekali mengetahui, bahwa ia akan menjadi pasangan saya di dalam pelayanan. Pada waktu yang bersama, bagaimanapun, saya merasa Tuhan memanggil saya untuk bergantung sepenuhnya kepada Dia – bukan kepada Roger atau saya sendiri atau orang lain kecuali Dia.

Satu bagian Alkitab terlintas dalam pikiran saya, “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu” (Amsal 3:5-6). Saya memutuskan, bahwa untuk selanjutnya saya akan memegang janji ini. Saya juga tahu, bahwa Tuhan akan menuntun setiap langkah yang saya jalani. Saya juga tahu kebenaran Firman-Nya : “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mazmur 119:105). Saya menyerahkan diri saya untuk berjalan di dalam cahaya Firman Tuhan selalu.

Saya percaya, bahwa Yesus akan selalu bersamaku. Sebab itu, saya tidak perlu takut lagi akan siapapun atau apapun. Ia telah berkata pada saya. Ia telah memegang tangan saya. Ia telah menghibur saya. Ia telah berjanji sendiri kepada saya. Bagaimana mungkin saya dapat ragu-ragu akan hadirat-Nya, kenyataan-Nya, atau kebenaran-Nya?

Saya sudah bukan seperti dulu lagi. Yesus, Tuhan, dan Juruselamat saya, telah membawa saya ke surga untuk mempersiapkan saya bagi suatu pelayanan yang akan memberitakan kebenaran abadi kepada orang lain. Ia memanggil saya, dan menugaskan saya untuk pekerjaan yang penting ini.

Sewaktu saya membayangkan hal-hal yang menakjubkan ini, saya menyadari bahwa saya sungguh-sungguh bahagia untuk pertama kalinya selama hidup saya. Saya telah menemukan tujuan saya dan kesempurnaan saya di dalam Dia, dan segala yang ada pada-Nya indah bagi saya.

Walaupun kepercayaan dan iman saya bertumbuh, saya masih menanggapi kata-kata Tuhan dengan merendah.

“Tuhan, saya sangat pemalu, dan saya tidak begitu tahu bagaimana berdoa untuk orang lain di depan umum.”

“Aku akan melakukan segalanya,” Ia menjawab. “Aku akan selalu bersa-mamu. Aku mau engkau memberitahukan setiap orang apa yang Aku perlihatkan dan ceritakan padamu. Seluruh dunia akan tahu akan hal-hal ini dengan segera.”

“ENGKAU AKAN MENULIS SEBUAH BUKU”

Meskipun kadang saya ragu-ragu, Yesus selalu setia. Ia dengan sabar dan penuh sayang mengingatkan saya akan kuasa hadirat-Nya yang telah saya alami sendiri.

“Puteri-Ku, Choo Nam, Aku ingin engkau bersabar,” Ia melanjutkan, “sebab akan mengambil banyak waktu untuk menunjukkan dan mengatakan kepadamu semua yang akan Aku nyatakan. Banyak yang harus dikerjakan karena engkau akan menulis sebuah buku untuk-Ku.”

Pernyataan ini betul-betul berita yang mengejutkan. Saya tidak menjawab dengan keras, tetapi saya berpikir, Bagaimana aku dapat menulis sebuah buku, sedangkan aku tidak tahu apa-apa?

Sekarang saya tahu lebih baik dan tidak membantah-Nya. Saya belajar bahwa jika Ia menyuruh saya mengerjakan sesuatu, Ia akan memberi kecakapan kepada saya untuk melaksanakannya. Saya tidak pernah meminta karunia-karunia. Ia dengan murah hatinya melimpahi karunia-karunia itu ke atas saya, tetapi saya ingat saya memang berdoa untuk karunia penyembuhan dan pelayanan yang akan memampukan saya memimpin orang lain kepada-Nya. Sekarang Ia sedang menjawab doa-doa itu dengan cara yang lebih dari pada yang saya harapkan! Begitulah Tuhan yang kita layani.

Nabi Yeremia menulis, “Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kau ketahui” (Yeremia 33:3). Inilah salah satu doa janji yang membuktikan sendiri kebenaran dan dapat dipercaya di dalam hidup saya. Berulang-ulang Tuhan menghargai saya dengan berkat rohani yang melimpah yang tidak patut saya terima.

“Aku tidak mau engkau tertinggal sesuatupun yang Aku tunjukkan atau beritahukan padamu,” Ia memerintahkan. “Tidak lebih; tidak kurang. Semuanya harus tepat seperti yang Aku nyatakan padamu.”

SEBUAH JEMBATAN EMAS

Menjelang semarak musim semi tiba, saya menyadari, bahwa tiada suatu apapun di bumi ini dapat dibandingkan dengan kemuliaan keindahan surga. Pagi-pagi tanggal 1 Maret 1996, Tuhan mengunjungi saya sekali lagi, seperti biasa, berkata, “Puteri yang Kusayangi, kita punya pekerjaan yang harus dilakukan.” Ia mengingatkan saya akan beberapa hal yang harus dikatakan-Nya, “Aku memilihmu, puteri-Ku, karena ketaatanmu kepada-Ku. Aku suka akan kehendakmu yang kuat dan imanmu.”

Sejak menjadi orang percaya, saya belum pernah sekalipun meragukan Tuhan saya. Malahan, rasa takut karena menghormati Dia, bercampur dengan cinta saya yang dalam pada-Nya, telah memberi saya kesimpulan, bahwa jangan sampai saya mendukakan-Nya. Pendirian ini menjaga saya terus pada jalan ketaatan bersama Tuhan.

Tuhan berkata, “Aku harus menunjukkan lebih tentang kerajaan surga.” Ia memegang tangan saya dan kami kembali ke tepi laut. Kemudian badan saya mulai naik ke surga. Saya sadar kali ini perjalanan menuju ke atas lebih menyerupai terapung daripada terbang. Saya diangkat ke atas perlahan-lahan dari bumi.

Saya sering heran mengapa kami berangkat dari pantai, bukan dari tempat lain, dan saya menyimpulkan, bahwa tentunya disebabkan daerah itu biasanya sepi pada pagi-pagi sekali. Saya tertawa kecil waktu saya membayangkan apa yang akan terjadi sekiranya seseorang melihat kami ke surga. Kemungkinan besar mereka akan berpikir mereka sedang melihat suatu penculikan makhluk asing atau suatu mimpi.

Mereka mungkin tidak akan mengatakannya kepada siapapun; takut dikatakan gila.

Lalu saya berpikir bahwa beberapa orang bisa berpikir yang sama tentang saya waktu saya mulai menceritakan cerita saya. Namun demikian, pikiran itu begitu cepat hilang oleh perasaan tenteram yang dalam meliputi saya ketika saya sadar kecemasan begitu tak ada gunanya. Sebab saya tahu, bahwa Yesus telah menerima saya dengan sepenuhnya. Jadi, mengapa saya harus khawatir tentang apa yang dipikirkan oleh orang lain?

SEBUAH TAKHTA EMAS

Yesus memegang tangan saya ketika kami sedang terangkat dari planet ini. Kami mendarat di tempat yang sama seperti biasa, dan Ia memimpin saya ke kebun buah-buahan yang sedang berbuah banyak. Kebun itu sangat luas, dan setiap baris pohon buah-buahan teratur rapi sekali. Setiap pohon dipenuhi dengan buah-buahan yang masak dan lezat. Semuanya menghasilkan macam-macam buah-buahan. Kebun itu begitu luasnya seolah-olah tak ada batasnya.

Tuhan mengambil sebuah buah yang berwarna ungu dan berbentuk bujur telur dan memberikannya kepada saya. Lalu Ia berbuat yang sama dengan sebuah buah yang bulat dan berwarna merah tua. Saya memakannya, tetapi saya tidak dapat merasakannya dengan baik.

Saya membalas dengan memetik sebuah buah yang kecil, bulat, dan berwarna merah muda untuk dimakan oleh Tuhan. Meskipun saya tidak dapat melihat dengan jelas wajah-Nya, saya merasa, bahwa Ia tersenyum dan saya tahu Ia sangat senang dengan perbuatan saya.

Seterusnya, kami pergi ke istana putih yang sekarang sudah biasa kami kunjungi di mana kami berganti pakaian surgawi. Tuhan mengambil tempat di atas takhta emas-Nya. Sekali lagi, ruangan itu dipenuhi dengan orang yang memakai pakaian cantik dan mahkota seperti kepunyaan saya.

Suasana di dalam ruangan adalam tenteram dan menyembah. Orang-orang merendahkan diri mereka di hadapan Tuhan. Saya mencoba ikut serta, tetapi perasaan kagum dan takjub saya ketika telah menyebabkan saya tidak sadar untuk langsung ikut menyembah.

Sebelum saya sadari apa yang telah berlangsung, Tuhan telah kembali memakai pakaian-Nya yang biasa. Ia mengulurkan tangan memegang saya dan memimpin saya keluar. Pengalaman-pengalaman saya di kerajaan Tuhan berlangsung begitu cepat sehingga kadang-kadang hidup saya seperti pita video yang dimajukan cepat ke depan.

Tuhan membawa saya melewati sebuah jembatan emas yang bertapak di atas sebuah sungai yang deras alirannya. Kedua tepi sungai itu sangat subur, dan pohon-pohonan serta bunga-bunga yang indah tumbuh di kedua sisinya. Pohon-pohon dan bunga-bunga di surga banyak berbeda dari yang kita lihat di bumi. Lebih banyak jenisnya, ukurannya lebih besar, lebih sehat, lebih berwarna-warni, dan lebih indah dari tanaman yang pernah saya lihat.

Saya merasa seakan-akan saya ada di dalam dunia cerita dongeng seperti yang dilukiskan dalam buku-buku gambar yang saya bacakan kepada anak-anak saya – kecuali yang ini bukanlah khayalan.

“AKU AKAN MEMELIHARA BAYI-BAYI MEREKA!”

Setelah berjalan melalui jembatan emas yang bagus, Tuhan membawa saya ke sebuah tempat di mana bayi-bayi dan kanak-kanak yang masih kecil – banyak di antaranya yang kelihatan seperti mereka baru saja dilahirkan – dipelihara. Suatu ruangan yang sangat besar sekali, seperti sebuah gudang dan tidak menarik atau bagus. Ruangan ini dipenuhi oleh bayi-bayi yang telanjang dan berbaring dekat satu sama lainnya.

“Mengapa ada banyak sekali bayi di sini?” saya bertanya.

“Ini adalah bayi-bayi dari ibu-ibu yang tidak menghendaki mereka. Aku akan memelihara bayi-bayi mereka!” Tuhan menjawab.

“Apa yang akan Kau perbuat dengan mereka, Tuhan?”

“Jikalau ibu-ibu mereka diselamatkan, mereka dapat memilikinya kembali.”

“Apa yang terjadi kalau ibu-ibu mereka tidak diselamatkan? Lalu apa yang akan Kau perbuat?”

“Ibu-ibu yang lain akan memiliki mereka ketika semua anak-anak-Ku datang ke dalam kerajaan surga.”

Saya lalu mengerti bahwa bayi-bayi ini telah digugurkan dari kandungan ibu mereka, dan saya mulai menangis. Yesus berteriak, “Aku tidak suka aborsi!” Suara-Nya dan sikap-Nya menjadi keras dan marah, dan saya mengerti, seketika itu juga, bahwa ini adalah sebuah berita yang akan segera saya bagikan dengan semua orang yang mau mendengarnya.

Tuhan tidak suka pengguguran kandungan. Itu adalah salah satu dosa yang terburuk bagi-Nya. Yesus sendiri berkata, “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Tuhan” (Markus 10:14). Yesus menyayangi anak-anak, dan saya dapat melihat kasih-Nya yang lemah lembut akan bayi-bayi yang digugurkan pada waktu saya memperhatikan Dia dan mendengarkan Dia.

Hampir satu daripada setiap empat kehamilan di Amerika Serikat hari ini berakhir dengan pengguguran. Bagaimana ini tidak menyedihkan Tuhan? Amerika Serikat memilih hukum aborsi yang paling lemah dari semua demokrasi lain, dan jumlah pengguguran terus meningkat. Saya tak akan pernah melupakan apa yang saya lihat pagi itu di surga, dan saya tak akan pernah dapat tinggal diam tentang dosa pengguguran yang mengerikan lagi.

Sejak saat itu saya telah berdoa bagi kaum wanita bangsa kami, memohon kepada Tuhan untuk membuka mata-mata mereka akan kebenaran tentang pengguguran, menjaga mereka dari membuat pilihan yang salah. Saya sekarang tahu, bahwa memilih pengguguran mempunyai akibat yang kekal, dan saya berdoa bahwa pengerasan hati nurani Amerika terhadap pembunuhan seperti ini supaya dihapuskan. Saya masih terdengar suara Tuhan yang marah dan gemetar karena emosi ketika Ia berkata, “Aku tidak suka aborsi!”

“Surga lebih baik dari ini / Puji Tuhan / Alangkah gembira dan bahagia / Menyusuri jalan-jalan dari emas murni / Engkau akan masuk ke sebuah negeri dimana engkau tak akan pernah menjadi tua.”

SEBUAH TEMPAT UNTUK YANG SETIA

Tuhan membawa saya ke suatu tempat yang tandus di luar gerbang kerajaan dan memperlihatkan kepadaku banyak orang yang memakai jubah berwana piran pasir di kawasan ini, berdiri berdekatan satu dengan yang lain, dan kelihatan mereka sedih dan kesepian walaupun mereka berada di antara banyak sekali yang lain.

Saya tidak mengetahui siapa orang-orang ini, tetapi saya tahu Tuhan akan menjawab pertanyaan saya tentang mereka jika Ia memutuskan bahwa saya telah siap. Ia membawa saya ke atas suatu bukit kecil yang ditandai dengan bangunan-bangunan putih pada kedua sisinya. Sebuah aliran air memisahkan sisi yang satu dari yang lainnya, dan pohon-pohonan mengelilingi airnya.

Di depan bangunan-bangunan itu saya melihat banyak orang dewasa dan anak-anak memakai pakaian putih dan beberapa di antaranya gembira terpantul pada wajah-wajah mereka. Saya merasa Tuhan sedang menunjukkan kepada saya perbedaan yang begitu menyolok antara mereka yang gembira dan mereka yang sedih. Saya menyimpulkan yang gembira adalah orang-orang yang telah memberikan hati dan jiwa mereka kepada Tuhan Yesus Kristus.

Kata-kata-Nya begitu lembut dan memberi semangat, membuka sumber air mata jauh di dalam jiwaku. “Jangan menangis, puteri-Ku.” Ia melanjutkan. “Aku ingin engkau selalu ingat betapa berharganya engkau bagi-Ku. Aku akan bercakap-cakap denganmu lagi.”


Selanjutnya sejak hari itu saya merasa seperti saya lebih hidup di surga daripada di bumi. Kunjungan-kunjungan saya ke surga telah membuat perubahan-perubahan tetap di dalam kehidupan saya. Saya tidak memerlukan tidur sebanyak yang saya biasa, sebab saya merasakan diberi kekuatan ilahi oleh kuasa yang dari atas. Sungguh, saya tahu bahwa surga itu sangat nyata, dan inilah yang mempengaruhi segalanya di dunia ini.



BAB 6 - SUATU TEMPAT YANG DINAMAKAN NERAKA


“…Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya : “Bapak Abraham, kasihailah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam api ini.” ~ Lukas 16:23-24 (Tekanan Ditambahkan)

Pada tanggal 2 Maret 1996, Tuhan membangunkan saya pada pukul 3 pagi. Kunjungan-Nya berlangsung selama tiga jam. Seperti biasa, kami mulai perjalanan kami dari tepi laut. Kali ini Tuhan dan saya berjalan sebentar. Saya ingin tahu kemana Ia akan membawa saya.

Saya menyaksikan, bahwa bukit dengan banyak sekali pohon-pohonan serta semak-semak ada di sebelah kanan kami. Di kaki bukit, dekat dengan pasir, ada banyak batu karang yang besar dan kecil. Kami duduk di atas sebuah batu karang yang besar, dan terlihat oleh saya air yang jernih tiba-tiba berubah menjadi darah. Ingatan akan pengorbanan Tuhan selalu menggelisahkan hati saya, saya jadi mulai melihat ke atas, memalingkan kepala saya dari laut.

Barulah saya melihat bahwa gunung-gunung di dekat laut ini sedang menyala dengan nyala terang. Saya sangat terkejut dengan pemandangan ini. Terangnya nyala diganti oleh kabut asap yang tebal yang menutupi seluruh pemandangan.

Manusia melarikan diri dari tempat yang tak diketahui dan menuju ke arah pantai. Saya memperhatikan, bahwa beberapa di antara mereka telanjang, seolah-olah mereka telah meninggalkan tempat tidur mereka begitu tergesa-gesanya sehingga tidak punya waktu berganti baju. Rasa ketakutan nampak pada wajah-wajah mereka, dan mereka sedang lari secepat mungkin. Beberapa di antara mereka tersandung, dan gerombolan orang-orang yang berlarian melanggar dan menginjak mereka. Mereka seakan-akan sedang melarikan diri dari makhluk yang sangat mengerikan.

Sebentar saja pantai sekeliling kami dipenuhi oleh orang-orag yang ketakutan ini. Api yang menyebabkan mereka melarikan diri sekarang telah memenuhi daerah sekitarnya. Yang paling mengejutkan adalah nyala api itu mulai menyala dari lautan darah. Seolah-olah dunia sedang kiamat di depan saya.

Semburan nyala api meletup dari lautan seakan-akan dari gunung berapi miniatur, dan nyala api mulai menjalar menuju ke batas pantai. Sangat menakutkan sekali, dan saya mulai menangis ketika saya mendengar jerit kesakitan gerombolan orang di sekeliling saya.

Sebelumnya, saya masih duduk dengan tenteram di atas pasir di pantai ini. Adegan yang sedang berlaku di depan saya sangat mengerikan dan menakutkan. Saya tahu Tuhan mempunyai maksud dengan menunjukkan kejadian-kejadian ini kepada saya. Tiba-tiba adegannya kembali menjadi normal.

“Mengapa Engkau memperlihatkan ini kepada saya, Tuhan?” saya bertanya.

“Segala yang engkau lihat akan segera terjadi. Begitu banyak orang tidak percaya firman-Ku, jadi Aku memilihmu untuk menolong mereka melihat kebenaran. Apa yang Aku tunjukkan kepadamu, Aku ingin engkau menceritakannya kepada dunia.”

Ada nada kesal pada suara Tuhan.

Kami meninggalkan batu karang tempat kami sedang duduk dan berjalan di atas pasir. Yesus berkata sekali lagi.

“Aku harus menunjukkan lebih banyak tentang kerajaan padamu,” Ia berkata.

Kami melalui proses yang biasa untuk ke sana. Saya mendapat kehormatan sekali lagi berdiri di hadapan takhta Tuhan dengan banyak sekali orang lain yang merendahkan diri mereka di hadirat-Nya. Saya ikut serta dalam penyembahan yang kami semua sedang alami, dan sungguh waktu-waktu yang tenteram, sujud menyembah, sukacita, dan penuh berkat.

Kunjungan-kunjungan saya ke ruangan takhta Tuhan telah membuka mata saya betapa pentingnya penyembahan di dalam hidup kita. Untuk inilah kita diciptakan – untuk menyembah Tuhan dan menikmati hubungan bersama-Nya selamanya. Inilah cara kita akan menghabiskan waktu di alam kekal.

Pemandangan di depan saya tepat sekali seperti yang digambarkan di dalam buku Wahyu, dimana Yohanes menulis : “Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta berdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang. Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya” (Wahyu 4:2-3).

Betapa riangnya hati saya tahu bahwa saya sedang mengalami pengalaman yang sama dengan yang diberitakan oleh rasul Yohanes di dalam buku terakhir dari Kitab Injil. “Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini.” (Wahyu 4:1).

Saya tahu dari apa yang Tuhan telah beritahukan saya, bahwa manusia tidak mengindahkan kata-kata dari Wahyu, dan sekarang Ia mau saya mengulangi pesannya agar supaya sebanyak mungkin orang akan benar-benar percaya.

BUNGA-BUNGA, RUMAH-RUMAH BESAR, DAN ISTANA-ISTANA

Yesus memegang tangan saya dan membimbing saya keluar dari ruangan takhta ke dalam sebuah kebun bunga yang luas dan indah. Ada perbedaan yang begitu menyolok dengan kengerian yang telah saya lihat di tepi pantai, ketenteraman kebun yang sangat besar ini memenuhi saya dengan perasaan cinta. Saya mulai menyanyi dengan girang, dan sebuah senyuman ikut terukir pada wajah saya. Tuhan memetik sekuntum bunga, seperti sekuntum mawar, dan memberikannya kepada saya. Saya memegang terus bunga itu selama kunjungan ke kerajaan Surga ini berlangsung.

Kebun itu luas sehingga saya tidak dapat melihat di mana batasnya berakhir.

Betul-betul suatu taman Firdaus keindahan, kasih, kegembiraan, dan ketenteraman. Baunya lebih harum dari apapun yang saya ketahui. Jadi inilah surga, dan surga lebih indah daripada sebagaimana yang pernah saya bayangkan.

Kami berjalan keluar dari kebun melalui suatu jalan yang sempit dan berliku-liku sampai ke suatu pemandangan gunung di bawah mana ada sebuah lembah hijau yang subur. Saya dapat melihat segala jenis binatang berlari-lari dan bermain di antara pohon-pohon. Saya terutama sekali melihat seekor rusa yang menakjubkan kelihatannya begitu kuat dan sehat.

Saya lihat bahwa hewan-hewan ini, yang biasanya dianggap sebagai hewan liar, sedang bermain dengan yang lain. Keadannya seperti sebuah adegan dari film produksi Disney yang berjudul Bambi.

Pada saat saya menoleh ke arah lain. Saya melihat sebuah sungai yang bagus sekali. Ada dinding batu sepanjang sungai itu dan ada rumah-rumah yang hebat terletak di sebelah kiri sungai. Kebanyakan rumah itu kelihatan seperti istana di mana hanya orang-orang yang sangat kaya sekali dapat tinggal.

Tuhan berkata, “Ini adalah rumah-rumah untuk anak-anak-Ku yang istimewa.”

Saya ingin tahu benar tentang tempat ini, tetapi Tuhan tidak membawa saya untuk lebih dekat kepadanya. Ia hanya memperlihatkan kepada saya dari atas puncak bukit dan dalam jarak yang sangat jauh.

Setelah menikmati pemandangan itu, saya menyadari kebenaran firman-Nya : “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu. Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Dan kemana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ” (Yohanes 14:2-4).

Ada suatu waktu saya berpikir kalau-kalau ini hanya kiasan, simbolis dari hal-hal surgawi saja. Sekarang baru saya tahu rumah-rumah besar itu dan istana-istana adalah nyata, dan Tuhan telah menyediakannya untuk kita. Lebih penting lagi, Ia ingin kita bersama-Nya di sana untuk selamanya.

LUBANG NERAKA

Selanjutnya, Tuhan membawa saya ke daerah yang lain di luar gerbang kerajaan. Kami meneruskan dengan menaiki gunung, dan pada waktu kami naik lebih tinggi dan lebih tinggi lagi jalannya menjadi lebih kasar dan tidak rata. Kami naik melalui jalan yang sempit ini lama sekali, dan akhirnya membawa kami melalui sebuah terowongan yang gelap. Ketika kami muncul dari terowongan itu, saya menyadari, bahwa kami telah naik lebih tinggi dari tepi bukit. Agak aneh bagi saya bahwa surga mempunyai sebuah terowongan yang gelap dan sebuah jalan yang berbelok-belok dan tidak rata.

Ketika kami mencapai puncaknya dan saya memandang dari puncak gunung itu, saya melihat uap dan asap yang hitam keluar dari sebuah lubang yang dalam. Bentuknya seperti kawah sebuah gunung berapi, dan di dalamnya saya dapat melihat nyala api sedang membakar banyak orang yang menjerit-jerit dan menangis seperti dalam kesakitan yang amat sangat. Hanya yang merasakan terbakar hangus sendiri dapat mengeluarkan jeritan dan tangisan seperti itu.

Orang-orang itu telanjang, tanpa rambut, dan berdiri berdekatan satu sama lainnya, bergeliat-geliat seperti cacing, sementara nyala api sedang membakar tubuh mereka. Tidak ada jalan keluar bagi mereka yang terperangkap di dalam lubang itu – dinding-dindingnya terlalu tinggi untuk dipanjat, dan bara api yang panas mengelilingi tepinya.

Walaupun Tuhan tidak memberitahu saya, tapi saya tahu sedang berdiri di pinggir neraka. Keadaannya lebih mengerikan dari pada yang diberikan Kitab Injil: “Maka laut menyerahkan orang-orang mati di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Inilah kematian yang kedua : lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu” (Wahyu 20:13-15). Sepanjang kitab Injil dan kitab Wahyu, Yesus tidak lupa memberitahu kita tentang kengerian neraka.

Nyala api akan memercik keluar dengan tak terduga dari semua jurusan. Orang-orang itu mencoba menghindar diri, dan pada saat mereka mengira bahwa mereka selamat, nyala api lain tiba-tiba muncul. Tidak ada istirahat sama sekali bagi korban dosa yang malang ini, mereka dihukum untuk menghabiskan waktu mereka dengan dibakar dan hangus ketika mencoba menyelamatkan diri dari api neraka untuk selama-lamanya.

“Siapakah orang-orang ini?” tanyaku.

“Puteri-Ku, orang-orang ini tidak mengenal-Ku.”

Ia membuat pernyataan ini dengan suara yang pedih. Saya yakin, bahwa Tuhan tidak suka melihat pemandangan di depan kami; hal itu sangat menyusahkan ia. Saya tahu, bahwa Ia tidak boleh memaksakan nasib orang-orang yang dengan sengaja memilih untuk menolak Dia. Mereka orang-orang yang merintih dan menggeliat kesakitan dan menderita di dalam lubang neraka.

Saya tahu dua hal yang sama pentingnya yang harus saya ceritakan kepada orang lain. Yang satu adalah surga itu nyata; yang lainnya adalah neraka tidak kurang nyatanya. Saya tahu banyak orang yang tidak percaya kedua-duanya, dan saya tahu ini mejadi tugas saya untuk menunjukkan kepada mereka bagaimana nyatanya hidup yang akan datang.

Saya tahu orang tua saya tak pernah memberikan hati mereka kepada Yesus, jadi saya mulai bertanya-tanya tentang mereka.

“Tuhan, bagaimana tentang orang tua saya?” saya bertanya. “Saya tahu mereka tidak diselamatkan, tetapi mereka orang yang baik.”

“Maaf, puteri-Ku. Aku sudah tidak dapat berbuat apa-apa untuk mereka yang tidak mengenal Aku.” Suara Tuhan Yesus begitu sedih saat Ia mengatakan ini.

Pernyataan-Nya menusuk hati saya ketika saya teringat ibu dan ayah saya tentunya di antara orang-orang hukuman yang saya lihat di lubang neraka. Saya menangis terus ketika Ia menunjukkan adegan-adegan ini.

Tuhan menyentuh kepala saya, dan memegang tangan saya, memimpin saya turun ke sebuah terowongan yang gelap, dan kami muncul pada jalan lain yang tidak rata yang sangat panjang dan sampai ke pinggir lubang. Jalan gunung ini melalui pohon-pohon yang tinggi dan batu-batu yang besar sekali. Ketika kami sampai kepuncaknya, saya memandang sebuah lembah berwarna coklat dan mati. Semuanya serba coklat. Seluruh kawasan seolah-olah dipenuhi oleh rumput mati.

Saya melihat banyak orang yang memakai jubah berwarna pasir berjalan-jalan tak tentu arah dekat dengan lubang neraka yang menganga. Kepala mereka tertunduk, dan mereka kelihatan sedih dan tiada pengharapan.

“Siapakah orang-orang ini, Tuhan?” saya bertanya.

“Mereka adalah orang-orang Kristen yang tidak taat.”

“Beberapa lama lagi mereka harus tinggal di tempat yang tandus dan mati ini?”

“Selamanya, puteri Ku. Mereka yang akan masuk kerajaan-Ku adalah yang murni hati – anak-anakKu yang taat”

Ia terus menerangkan, “Banyak yang menamakan diri mereka “Kristen” tetapi tidak hidup menurut firman-Ku, dan beberapa di antaranya mengira bahwa pergi ke gereja seminggu sekali sudah cukup. Mereka tidak pernah membaca Firman-Ku, dan mereka mengejar hal-hal duniawi. Beberapa yang meskipun tahu Firman-Ku, hati mereka tidak pernah bersama-Ku.”

Seluruh rencana dan maksud Tuhan mulai menerangi pikiran saya. Saya ingat bagaimana Yesus memperingatkan bahwa adalah sukar untuk masuk kerajaan-Nya, dan sekarang saya baru sadar apa artinya.

“Puteri-Ku, Firman-Ku mengatakan bahwa adalah susah untuk masuk kerajaan surga, tetapi sedikit sekali yang mempercayainya dan mengerti betapa pentingnya ini. Aku memperlihatkan ini kepadamu supaya engkau dapat memperingatkan mereka,” Ia menerangkan.

Agaknya untuk mengulangi pentingnya pernyataan-Nya, Tuhan membawa saya ke istana-istana yang indah yang telah saya lihat sebelumnya. Ketika kami lebih dekat dengan rumah-rumah ini, saya dapat melihat jalan-jalan yang diratakan dengan emas yang berkilauan dan bahwa setiap istana dihiasi mewah dengan permata-permata yang terindah. Sungguh – jalanan surga dialasi dengan emas tulen!

Saya ingin masuk ke dalam salah satu istana itu, tetapi Tuhan melarang saya dengan berkata, “Aku akan membawamu nanti.” Saya kecewa, tetapi saya merasa mendapat keistimewaan telah dapat melihat kota ini di mana orang-orang kudus dari segala zaman akan tinggal bersama.

BARANGSIAPA MAU

Tuhan dan saya kembali ke ruangan ganti, mengenakan jubah dan mahkota yang terindah, lalu pergi ke kolam dan duduk di atas batu. Saya tidak dapat menikmati suasana ketenteraman di depan saya sepenuhnya sebab pikiran saya terganggu oleh ingatan tentang neraka.

Saya tidak dapat menghapuskan pikiran tentang orang tua saya – amat sangat memedihkan hati saya untuk mengetahui bahwa ibu dan ayah berada di neraka. Saya diliputi oleh kedukaan. Saya tahu dengan pasti bahwa orang tua saya tidak pernah tahu mengenai Yesus sebab tidak ada seorang pun yang pernah mengajar mereka.

Yesus melihat hati saya dan berkata, “Engkau tidak gembira.”

“Ya, Tuhan,” saya menjawab, sambil menyadari bahwa Ia tahu penyebab kemurungan saya.

Saat kediaman penuh suasana keprihatinan menyelimuti kami. Lalu saya berkata, “Tuhan, saya tidak akan pernah meninggalkan Engkau.” Hadirat-Nya merupakan satu-satunya jaminan yang pernah saya ketahui.

“Puteri-Ku, ada banyak pekerjaan yang harus engkau lakukan. Aku mau engkau menulis sebuah buku. Ini adalah sebuah buku yang penting untuk hari-hari terakhir dan buku ini akan diterjemahkan ke dalam banyak bahasa.”

“Aku memilihmu untuk pekerjaan ini sebelum engkau dilahirkan, dan karena inilah Roh Kudus-Ku selalu menggoncangkan tubuhmu – untuk mencurah-kan kuasa-Ku ke dalamnya. Jikalau engkau tidak mempunyai kuasa Roh Kudus, Aku tidak dapat mempergunakanmu.”

“Engkau harus ingat bahwa kuasa-Ku mulai bekerja pada saat engkau membuka hatimu untuk-Ku. Engkau adalah puteri yang Kupercaya untuk melakukan pekerjaan ini untuk-Ku.”

“Tuhan, saya tidak tahu apapun.”

“Engkau tak perlu tahu. Aku akan mengajar dan membimbingmu di dalam segala hal. Beritahu semua orang bahwa Aku siap untuk siapa pun yang telah siap dan menantikan Aku. Aku mencintaimu, puteri-Ku.”

Saya mulai menangis, dan Tuhan memegang tanganku dan berkata, “Aku akan membawamu pulang.”

Setelah kami menggantikan pakaian kami, kami kembali ke pantai dan duduk bersama sejenak. Tuhan berkata kepadaku, “Masih banyak yang akan Kuperlihatkan padamu, dan Aku ingin engkau menunggu-Ku.”

“Tetapi kami merencanakan untuk pergi ke tempat anak perempuanku minggu depan.”

“Jangan kemana-mana, puteri-Ku. Aku tidak ingin engkau pergi kemana- pun untuk sementara waktu. Apa yang akan Aku kerjakan bersamamu terlalu penting untuk-Ku dan semua anak-anak-Ku, jadi Aku mau engkau memusatkan perhatianmu kepada segala sesuatu yang Aku tunjukkan dan beritahukan padamu sehingga semuanya selesai. Sabarlah.”

“Saya akan melakukan apapun yang Engkau perintahkan padaku,” saya berkata.

“Tiada sesuatu pun yang lebih penting daripada pekerjaan-Mu.”

“Terima kasih, puteri-Ku. Aku masih ada banyak pekerjaan untuk engkau lakukan. Aku tahu engkau lelah, jadi beristirahatlah.”

Ia meninggalkan saya, dan badanku berhenti bergoncang. Kemudian, seperti biasa, saya menuliskan semuanya yang telah saya lihat dan dengar.

Sesungguhnya, kekristenan itu terlalu sederhana untuk dihindarkan oleh banyak orang. Manusia mempunyai kecenderungan untuk mempersulit segalanya, termasuk perkara-perkara yang menyangkut iman. Yesus hanya ingin orang datang kepada-Nya dengan iman supaya Ia dapat membimbing dan menolong mereka.

Sekarang saya mengerti lebih dari yang pernah saya ketahui, bahwa barang siapa mau dapat datang kepada-Nya dan menerima hidup yang kekal. Firman-Nya dengan jelas menyatakan : “Karena begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16).

SEBUAH LUBANG BERASAP

Keesokan harinya – tanggal 3 Maret 1996 – penuh dengan banyak pengalaman-pengalaman pemberian Tuhan yang baru. Dari pukul 2.30 sampai 4.50 pagi Tuhan beserta saya. Ia memulai kunjungan-Nya dengan berkata : “Puteri-Ku, inilah Tuhanmu. Aku tahu engkau lelah, tetapi Aku harus menunjukkan lebih banyak perkara padamu.” Selama lima belas menit sebelum kedatangan-Nya, badan saya bergoncang tak terkendalikan.

Ia meraih tangan saya dan kami berjalan sepanjang pantai bumi. Ini adalah suatu tempat yang baru dari kunjungan-kunjungan kami di tepi laut. Ada banyak pohon-pohon dan semak belukar. Kami naik melalui sebuah jalan yang sempit dan didereti oleh pohon-pohon dan semak-semak. Kami berjalan sepanjang jalur ini yang memutari sebuah gunung sehingga kami mendaki dengan cepat. Dekat puncaknya kami beristirahat di atas sebuah batu yang besar yang bentuknya menyerupai seekor beruang besar.

Saya memandang ke arah lautan. Kembali saya lihat pantai menjadi darah sekali lagi. Saya melihat manusia berlarian di pantai. Mereka bukan pejalan kaki biasa; mereka lari ketakutan dan panik. Pemandangan yang luas di depan kami membantu saya untuk mengerti mereka ini lari dari apa.

Di sebelah kiri saya gunung-gunung dan bangunan-bangunan yang terletak pada setiap sisi gunung sedang terbakar semuanya. Suatu lautan api jauh lebih buruk dari kebakaran hutan belukar yang terjadi setiap tahun yang mengganggu penduduk California Selatan.

Kemudian, saya melihat api-api besar muncul di mana-mana. Orang-orang sedang terbakar. Beberapa terjun ke dalam lautan untuk menyelamatkan diri, tetapi begitu mereka menginjak air, mereka akan jatuh karena api itu. Semua orang menjadi obor. Saya mulai menjerit kengerian dan kasihan kepada mereka yang saya lihat.

Lautan darah telah berubah menjadi sebuah lautan kawah api belerang yang menyala. Pasirnya terdiri atas alas batu bara yang panas menyala. Orang-orang itu berlari dari api yang mengejar mereka, mengelilingi mereka dan menjilat badan mereka dengan rakusnya. Beberapa di antaranya tidak berpakaian dan tidak berdaya sama sekali terhadap api itu.

Bagaimanapun, sia-sia saja sebab tidak ada jalan keluar dari musuh yang membakar itu yang mengancam untuk melahap mereka. Mereka tidak dapat lari ke gunung-gunung karena mereka di selubungi api. Tidak ada tempat yang selamat.

Saya menjerit terus, dan saya mulai tersedu-sedu : “Tuhan, apa yang terjadi?”

“Engkau harus ingat, Puteri-Ku, bahwa Aku memperlihatkan hal-hal ini kepadamu supaya engkau akan dapat memberitahukan kepada setiap orang yang akan segera terjadi.”

“Kapan ini akan terjadi, Tuhan?”

“Sesudah Aku membawa anak-anak-Ku pulang. Banyak orang tidak percaya Firman-Ku. Itulah sebabnya Aku mau engkau menulis sebuah buku yang menerangkan pengalaman-pengalaman bersama Aku. Aku ingin seluruh dunia melihat buku ini, dan Aku mau mereka sadar bahwa Aku telah siap untuk mereka.”

“Aku mencintai anak-anak-Ku, tetapi Aku tak dapat membawa mereka ke dalam kerajaan-Ku jika mereka belum siap untuk Aku. Aku tidak akan pernah memaksa anak-anak-Ku untuk melakukan sesuatu jika mereka tidak mencintai-Ku. Sudah lama Aku merencanakan bagimu untuk mengerjakan pekerjaan ini sebab kerajaan-Ku betul-betul siap sekarang.”

Tuhan harus terus mengingatkan saya dan meyakinkan saya akan rencana-Nya sebab saya masih tertegun bahwa Ia memilih saya untuk tugas yang begitu pentingnya. Adalah di luar kemampuan saya untuk mengerti luar biasanya semua ini.

Maksud kata-kata Tuhan kepada saya sangat penting sekali. Ada bagian pada diri saya yang ingin mundur dari tugas yang sangat berat ini, tetapi janji saya untuk taat kepada Tuhan di dalam segala hal menyebabkan saya pantang mundur. Saya tahu Ia sedang mempersiapkan saya untuk satu karya akhir zaman yang hebat, dan hati saya sangat tergerak meskipun agak takut. Saya tahu Ia masih mempunyai banyak pekerjaan untuk dilakukan dalam hidup saya.

“Aku akan membawamu ke surga lagi.”

Sesampainya kami di surga, kami tidak mengambil waktu melalui cara yang biasa. Tuhan langsung membawa kami ke lubang neraka yang telah kami lihat kemarin di luar gerbang kerajaan. Kali ini kami tidak mengganti pakaian kami. Untuk sampai ke sana, kami harus berjalan di sisi gunung, melalui sebuah terowongan yang gelap dan terus sampai ke puncak gunung. Ketika kami tiba di puncak, kami melihat ke bawah ke dalam lubang neraka yang menganga begitu lebar dan dalam sehingga kelihatan seperti tak ada akhirnya.

Pemandangan yang menakutkan dan menggelisahkan. Tuhan berkata, “Aku ingin engkau melihat lagi.”

Sangat sulit untuk melihat ke dalam lubang neraka, tetapi segera perhatian saya tertuju kepada sesosok yang sedang melambai kepada saya. Melalui kabut asap, saya dapat memastikan bahwa orang itu seorang wanita. Lalu saya mendengar suaranya. Ia sedang bercakap dalam bahasa ibu saya Korea, dan ia mulai menjerit,

“Panas! Panas!”

Saya kenal suara itu. Asap hilang, dan saya menatap mata wanita yang tersiksa itu. Saya langsung mengenali ibu saya! Ia mengulurkan tangan kanannya dan melambaikannya kepadaku, katanya, “Sangat panas, sangat panas!” Saya ingat begitu jelas matanya dan mata saya bertemu, dan cara matanya memohon saya untuk menolongnya.

Ibu kandung saya sendiri sedang menjerit minta tolong dari lubang neraka yang menganga. Jantung saya berhenti. Seperti sebilah pisau yang dingin tiada pengharapan menusuk hati saya. Ibu saya di neraka! Saya merasa seakan-akan batu besar yang sedang saya duduki menindih saya. Saya berusaha dengan mati-matian untuk mencapai dan memegang tangan ibu saya supaya saya dapat mengangkat dari jilatan-jilatan lidah api yang melingkarinya. Ini adalah saat yang paling buruk dalam hidup saya.

Tidak ada kata-kata dalam kamus yang dapat menerangkan dengan tepat perasaan saya pada saat itu. Campuran perasaan takut, putus asa, kesakitan, kengerian, kesedihan dan tiada pengharapan. Lalu saya sadar bahwa emosi-emosi seperti inilah yang harus dialami ibu saya sampai kekal.

Ibu saya meninggal ketika ia berusia empat puluh tahun, tetapi wajahnya kelihatan sama seperti yang saya ingat. Ia seorang wanita yang cantik, tetapi ekspresi wajahnya mencerminkan penderitaan yang sedang dialaminya di dalam lubang. Saya ingin menyentuhnya, merangkulnya, mengatakan padanya bahwa semuanya akan baik, tetapi saya tahu bahwa hal ini tidak mungkin karena pilihan-pilihannya dalam hidup. Saya tahu tidak dapat menolongnya – bahkan Tuhan tidak dapat menolongnya sebab ia tidak mengenal Dia.

Ia tidak tahu-menahu tentang Tuhan sebab tidak ada seorangpun yang pernah mengajarnya. Tidak mengenai Tuhan-lah yang membawa seseorang ke neraka, dan inilah sebabnya mengapa saya ingin memberitakan kepada seluruh dunia tentang lubang neraka yang saya lihat dan kerajaan surga yang indah.

Selanjutnya saya melihat ayah saya, ibu tiri saya, dan seorang sahabat yang telah meninggal ketika ia baru berusia sembilan belas tahun. Mereka semua ada di neraka! Mereka kelihatan sama sejauh ingatan saya mengenai mereka, tetapi wajah-wajah mereka berubah akibat penderitaan hebat dari hukuman mereka. Saya merasa tidak tahan lagi, dan saya memalingkan muka saya dari pemandangan di depan saya yang mengerikan.

Lalu saya mendengar suara lain yang saya kenal meraung keluar dari lubang. Ia adalah seorang teman yang telah lama meninggal sepuluh tahun yang lalu. Di sebelahnya, kemenakan laki-laki saya yang meninggal ketika ia berumur dua puluh tahun. Terakhir kali saya bertemu dia, ia hanya berusia sepuluh tahun, tetapi ia kelihatan sama seperti dalam ingatan saya, hanya lebih tinggi.

Saya mulai menangis sedalam-dalamnya. Sebab saya telah menangis terus, meratap seperti seorang anak kecil. Begitu banyak orang yang saya sayangi dan teman-teman telah membuat pilihan yang menyebabkan mereka dilemparkan ke dalam api neraka untuk selama-lamanya! Terlalu pedih, saya tidak tahan!.

Beberapa dari mereka, saya yakin, telah mendengar tentang Tuhan, tetapi saya merasa pasti bahwa tak ada orang yang pernah menerangkan siapa Yesus kepada mereka. Saya pasti bahwa jikalau mereka tahu siapa Dia sebenarnya, tentu mereka tidak membuat pilihan-pilihan yang telah mereka putuskan. Bagaimana saya berharap saya dapat menceritakan kepada mereka tentang Dia yang berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6).

Lubang neraka jauh sekali dari kami, tetapi pada waktu itu seperti saya mempunyai sebuah lensa potret jarak jauh yang membolehkan saya melihat orang-orang ini dekat sekali. Saya tak dapat mengendalikan air mata saya, dan Tuhan dengan sayang menghapus air mataku dan membelai rambutku. Waktu itulah saya baru sadar bahwa Tuhan sesedih saya, dan saya dapat merasakan bahwa Ia sedang menangis bersama saya. Ia memecahkan kesunyian.

“Sebabnya Aku menunjukkan ini kepadamu, puteri-Ku, agar supaya engkau mengerti sepenuhnya bahwa bagaimanapun baiknya orang, mereka akan masuk neraka jika mereka tidak menerima Aku.”

Saya menganggukkan kepalaku.

“Saya tahu orang tua dan teman-temanmu adalah orang yang baik dalam banyak hal, tetapi mereka tidak diselamatkan. Sebab itulah ini adalah satu-satunya tempat bagi mereka. Di sinilah mereka harus menghabiskan waktu mereka selama-lamanya.”

“Puteri, saya tahu sangat menyakitkan hatimu melihat mereka, tetapi engkau harus memasukkan pengalaman ini ke dalam buku yang akan kau tulis untuk-Ku. Inilah sebabnya Aku menunjukkan orang tuamu dan yang lain seperti dalam ingatanmu. Engkau harus memperingatkan orang-orang di dunia tentang kenyataan mereka. Aku ingin melihat sebanyak mungkin jiwa diselamatkan sebelum Aku kembali untuk mengumpulkan gereja-Ku bagi-Ku.”

“Bapa-Ku mencintai semua anak-anak-Nya, tetapi Ia telah memberi mereka hukum-hukum tertentu yang Ia harapkan mereka menaatinya. Ketika Aku melihat semua orang-orang yang kaukasihi, Aku merasakan kepedihan yang lebih dalam dari pada yang engkau rasakan, tetapi Aku harus hidup menurut Firman Bapa-Ku. Sekali seseorang masuk ke neraka, tidak ada jalan lain bagi mereka untuk pernah dapat keluar lagi. Aku ingin yang belum diselamatkan mengetahui ini – kenyataan bahwa neraka adalah kekal.”

“Aku mencintai semua anak-anak-Ku, tetapi Aku tak dapat memaksa siapa pun untuk mengasihi-Ku atau menaati-Ku. Apabila mereka mau membuka hati mereka kepada-Ku, Aku dapat membantu mereka untuk mempercayai-Ku dan mencintai-Ku. Aku ingin menyelamatkan jiwa-jiwa sebanyak mungkin. Saya mau orang-orang percaya di manapun mereka berada untuk memberitakan Injil. Inilah yang paling penting bagi-Ku.”

Sudah cukup. Sudah cukup yang saya lihat, dan sudah cukup yang saya dengar untuk mendorong saya ke dalam satu semangat pelayanan memberitakan Injil yang tak pernah padam. Bagaimana mungkin saya dapat berdiam diri setelah semuanya yang saya lihat dan dengar?

Saya akan bercerita kepada semua orang, bahwa saya melihat Yesus sehingga mereka dapat menerima kehidupan kekal di surga. Tak ada sesuatupun di dunia yang lebih penting daripada ini. Orang tua saya sendiri dan begitu banyak anggota keluarga lain dan teman-teman berada di neraka. Saya tidak dapat berdiam diri dan melihat siapapun masuk ke sana. Saya sangat gembira mengetahui, bahwa buku saya akan menemukan jalan sampai ke tangan banyak orang yang harus tahu bahwa neraka itu nyata sama nyatanya dengan surga.

Walaupun hal-hal yang saya lihat di neraka telah membuat saya sangat lemas, mereka telah menanamkan suatu keputusan di dalam roh saya, bahwa tiada sesuatupun yang akan dapat menghapuskannya. Saya memutuskan, bahwa tiada seorangpun dalam jangkauan saya akan dapat menyangkal kenyataan ke sana bersamaku. Saya tahu bahwa ini adalah keinginan Tuhan juga. Ia mengatakan di dalam firman-Nya :

“Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dengan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.” (2 Petrus 3:9-10)


Hari-hari akhir sungguh sedang berlaku dalam hidup kita sekarang. Kesabaran Tuhan tiada taranya sampai sekarang, tetapi Ia sudah siap untuk datang lagi untuk menerima anak-anak-Nya bagi Dia. Kemudian orang-orang yang tetap tinggal di bumi akan mengalami neraka di bumi sebelum mereka berakhir dalam kebinasaan kekal nyala api yang mengerikan. Tugas saya adalah untuk memperingatkan seluruh dunia tentang kejadian-kejadian ini yang sudah sangat dekat.


BAB 7 - MARANATHA !


“Ya, Aku datang segera!” (Wahyu 22:20)

Setelah penglihatan yang mengerikan tentang neraka, Tuhan dan saya menuruni gunung, melalui terowongan yang gelap, dan kembali ke suatu tempat yang mulai saya panggil sebagai “gunung hewan.” Ini adalah tempat yang indah yang saya gambarkan secara singkat dalam bab sebelumnya – sebuah tempat tenteram dan riang-ria di mana semua binatang hidup bersama dalam suasana yang rukun.

Kitab Injil menggambarkan tempat yang tenteram untuk hewan-hewan di dalam kitab Yesaya, di mana nabi menyatakan :

“Maka sebelum mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya; ketika mereka sedang berbicara, Aku sudah mendengarkannya. Serigala dan anak domba akan bersama-sama makan rumput, singa akan makan jerami seperti lembu dan ular akan hidup dari debu. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di segenap gunung-Ku yang kudus, firman TUHAN.” (Yesaya 65:24-25)

Sesudah melihat siksaan api neraka, pemandangan yang tenteram ini paling melegakan. Surga adalah tempat ketenteraman dan kegembiraan; sangat berbeda dengan kekejaman serta kesedihan neraka. “Gunung hewan” Tuhan adalah satu tempat kegembiraan dan kebahagiaan yang kekal.

Sangat menyenangkan untuk mengetahui bahwa binatang-binatang akan hidup bersama kita di taman Firdaus. Jadi banyak orang ingin tahu apakah binatang kesayangan mereka ada di surga, dan saya gembira untuk memberitahu mereka bahwa surga adalah suatu tempat dengan bunga-bunga yang indah, binatang-binatang tidak akan pernah mengalami kesakitan, kesusahan, kematian atau penderitaan.

ISTANA-ISTANA EMAS

Setelah kunjungan singkat kami ke taman Firdaus hewan, Tuhan dan saya kembali ke bagian berair di mana kami mengunjungi rumah-rumah besar yang berkilauan dan istana-istana di atas itu, dan Tuhan membuka pintu untuk saya masuk. Perbendaharaan kata-kata saya tidak dapat dilukiskan dengan tepat bagian dalam rumah tinggal yang sangat anggun ini. Dinding-dindingnya terdiri dari permata-permata indah yang berwarna-warni serta berkilau-kilauan dan memancarkan cahaya dengan cara yang menakjubkan.

Saya ternganga karena terpesona untuk seketika lamanya, sebab saya tidak menyangka akan melihat keindahan yang seperti itu. Untuk seketika saya menyangka ini hanya suatu mimpi, tetapi ini adalah betul-betul sebuah istana; tidak ada keragu-raguan mengenainya.

Tuhan beristirahat di atas sebuah kursi ketika saya naik tangga rumah yang memutar yang lebih besar dan hebat daripada yang ditunjukkan di perkebunan Gone with the Wind-nya Tara. Saya dipenuhi rasa kagum ketika saya membayangkan kehebatan kamar-kamar di atas.

Pada bagian teratas tangga, saya melihat bahwa permadaninya mewah putih. Saya masuk ke ruangan berhias yang sangat besar yang seluruhnya mempunyai cermin berkilauan besar sekali. Mereka memantulkan terangnya itu dan banyak warna-warna yang teratur dengan luar biasa pada setiap dinding. Suatu tempat yang lebih hebat dari istana fantasi manapun jika pernah ada.

Kegembiraan dan kekaguman yang menyesakkan nafas yang sedang saya alami segera berantakan oleh ingatan yang sangat menyakitkan. Gambaran ibu saya terlintas di depan saya, dan saya susah sekali lagi. Saya jatuh di atas permadani dan mulai tersedu.

Saya mendengar Tuhan memanggil saya dari bawah, jadi saya bangun, membereskan diri saya dan kembali turun tangga. Tuhan berdiri dan saya berjalan kepada-Nya. Ia mengulurkan tangan-Nya kepada saya dan bertanya, “Bagaimana, apa engkau suka rumah ini?”

“Rumah ini indah, Tuhan, tetapi saya tidak gembira sepenuhnya.” Sebelumnya, setiap saya mengunjungi surga saya penuh dengan kegembiraan dan biasanya saya menyanyi lagu-lagu rohani, tetapi kali ini tidak begitu. Tuhan mengangguk seolah-olah Ia mengerti, lalu Ia memegang tangan saya dan memimpin saya keluar dari rumah. Kami berjalan menyeberangi sebuah jembatan emas menuju gedung putih di mana kami biasanya mengganti pakaian. Di dalam bangunan putih, Tuhan memperkenalkan saya kepada seorang pria yang amat keren. “Aku mau engkau bertemu dengan Abraham,” Ia berkata.

SEBUAH KOTA MENANTI

Abraham! Pemimpin besar dari segala keimanan dan ketaatan – orang yang menentang seluruh dunia dengan memproklamirkan hanya ada satu Tuhan. Inilah pemimpin besar yang mendirikan agama Yahudi dan membuka jalan untuk Kristus. Sungguh suatu kehormatan untuk bertemu muka dengan orang yang baik ini tentang siapa penulis kitab Ibrani berkata:

“Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu. Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.” (Ibrani 11:8-10)

Sekarang saya tahu bahwa Bapa Abraham telah menerima anugerah yang dibenarkan oleh imannya. Ia tinggal untuk selamanya di “kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Tuhan,” dan saya di sana bersama dia! Terlalu ajaib untuk dimengerti sepenuhnya.

Abraham adalah orang yang paling bermartabat yang berambut panjang putih dan janggut putih terjuntai. Meskipun ia kelihatan tua, matanya bercahaya seperti masih muda dan riang. Ia meletakkan tangannya pada bahu saya sambil berkata, “Puteri.”

Senyuman pada wajahnya membuat saya mengerti, bahwa berkahnya ada dalam hidup saya, dan saya langsung mengasihi orang yang hebat ini kepada siapa saya dan setiap orang percaya di dunia sangat banyak berhutang padanya. Mungkin lebih dari siapapun, Abrahamlah yang mengajar kita bahwa “tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Tuhan. Sebab barangsiapa berpaling kepada tuhan, ia harus percaya bahwa Tuhan ada, dan bahwa Tuhan memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (lihat Ibrani 11:6).

Ia adalah salah satu dari pemimpin-pemimpin dan nabi-nabi yang besar yang mengenainya dikatakan :

Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik, yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka. Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal; walaupun kepadanya telah dikatakan : “Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu.” Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali. (Ibrani 11:16-19)

Untuk pertama kalinya dalam kehidupan saya, saya melihat banyaknya kebenaran dari ayat ini dengan jelas sekali. Tuhan telah menyediakan sebuah kota untuk Abraham dan kita semua yang percaya dan taat. Abraham, seperti halnya Tuhan, telah rela menyerahkan anaknya yang tunggal, dengan keyakinan yang kuat bahwa Tuhan dapat membangkitkan dari antara orang mati, kalau perlu.

Dengan cara yang sama, Bapa surgawi kita memberikan Anak-Nya yang tunggal – Yesus – sebagai korban bagi dosa-dosa kita. Ia disalibkan dan dimakamkan, tetapi pada hari ketiga, Tuhan membangkitkan Yesus dari antara orang mati, dan oleh kebangkitan-Nya tiada seorangpun dari kita takut akan kematian lagi!

Abraham memanggil seorang malaikat untuk menemani saya. Malaikat itu membawa saya ke ruangan berhias di mana saya berganti dengan jubah surgawi dan mahkota saya yang indah. Kemudian Tuhan membawa saya kembali ke kolam.

Setiap kali Tuhan membawa saya ke kolam, begitu kami tiba di sana saya mulai menyanyi dan menari, tetapi kali ini saya hanya ingin menangis. Tuhan tahu betapa sedihnya saya. Ia menyuruh saya duduk di samping-Nya dan Ia mulai berbicara.

LEMBAH KEKELAMAN

Yesus merasakan kesedihan yang saya simpan di dalam hati saya atas pengenalan yang jelas tentang orang tua dan orang-orang yang saya kasihi ada di neraka.

“Puteri-Ku,” Ia berkata, “Aku tahu bagaimana perasaan tentang orang-orang yang kau kasihi yang engkau lihat di dalam lubang neraka. Bagaimana inginnya Aku untuk tidak perlu menunjukkan hal-hal ini padamu, tetapi Aku ingin satupun dan anak-anak-Ku pergi ke tempat di mana orang-orang yang kau kasihi itu berada. Aku menunjukkan perkara-perkara ini kepadamu supaya barangsiapa mendengar peringatan-peringatan-Ku akan diselamatkan!”

Tuhan lalu memegang tangan saya dan kami kembali ke tempat di mana Abraham berada. Kami mengganti pakaian kami lagi, dan Ia membawa saya ke sebuah gunung tinggi yang lain dari mana saya dapat melihat ke bawah ke suatu lembah tanpa ujung lainnya, dimana banyak sekali orang berjubah warna kelabu sedang berjalan kian kemari tak tentu arah dalam keadaan jelas sedang patah hati. Jubah mereka mengingatkan saya pakaian yang dipakai oleh pasien-pasien rumah sakit.

Orang-orang itu kelihatan lemah dan putus asa, dan wajah-wajah kelabu mereka cocok dengan warna jubah yang mereka pakai. Mereka memandang ke tanah di depan kaki mereka ketika mereka jalan berkeliling, tanpa tujuan dan pengharapan. Tempat ini kebanyakan kaum lelaki dengan sedikit saja wanitanya.

“Siapa orang-orang ini, Tuhan?”

“Mereka adalah orang-orang “Kristen” yang berdosa.”

“Apa yang akan terjadi pada mereka?” saya berpikir keras.

“Kebanyakan mereka akan masuk ke danau api setelah hari pengadilan.”

Saya heran mengapa orang-orang ini di sini, kemudian saya teringat bahwa lembah mereka menuju ke lubang neraka yang menyala. Orang-orang yang dipanggil sebagai “orang-orang Kristen” ini adalah mereka yang sebetulnya tidak tahu Tuhan dan terus dan mau berdosa sendiri dan tidak bertobat sebelum mereka mati atau sebelum pengangkatan terjadi akan hilang selama-lamanya.

Roma 1:29-32, Galatia 5:19-21 dan Wahyu 21:8 semuanya adalah contoh bagaimana cara beberapa orang-orang Kristen hidup. Suatu kali seseorang menanyakan kepada saya bagaimana orang-orang Kristen yang berdosa dapat masuk surga. Kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus untuk memperoleh apa yang patut kita terima sesuai dengan yang kita lakukan selama hidup di bumi, yang baik ataupun yang buruk (lihat 2 Korintus 5:10).

“Puteriku, inilah sebabnya Aku terus memperingatkan engkau tentang pentingnya ketaatan serta kekudusan,” Yesus berkata.

Lalu saya ingat – setiap kali kami pergi ke tempat-tempat yang indah dari kerajaan surga kami menyeberangi jembatan emas, dari bangunan putih di mana kami biasa berganti pakaian. Bagaimanapun, jika Tuhan membawa saya untuk melihat tempat-tempat yang menakutkan, kami akan pergi ke jalan-jalan yang lain yang ada di luar gerbang kerajaan surga.

KESEDIHAN DAN KEGEMBIRAAN

Pengetahuan ini membantu saya mengerti beberapa persiapan-persiapan yang akan kami lalui sebelum bagian yang lain daripada kerajaan akan diperlihatkan kepada saya. Itulah sebabnya, kami tidak perlu mengganti jubah kami ketika Tuhan membawa saya ke pantai bumi. Pada kesempatan ini, kami duduk di atas pasir, dan saya membayangkan semua yang telah saya alami. Saya mulai menangis sewaktu teringat akan segala yang saya lihat di dalam lubang neraka dan lembah kekelaman. Tuhan mengambil tangan saya dan berkata, “Jangan menangis, puteri-Ku.”

Ini adalah perintah yang paling sukar untuk dipatuhi dari segala perintah-perintah, tetapi saya menguatkan hati terhadap ingatan-ingatan yang mengerikan itu, menahan air mata dan mulai menanyakan semua pertanyaan-pertanyaan yang membanjiri pikiran saya.

“Tuhan, saya tidak tahu apa-apa, dan siapa saya ini. Bagaimana Engkau dapat memakai saya?”

“Orang mungkin berpikir engkau bukan siapa-siapa, tetapi Aku ingin engkau mengerti bahwa engkau adalah puteri-Ku yang istimewa. Jangan khawatir tentang apapun. Aku akan menjaga segala sesuatunya untukmu.”

“Kapan Engkau akan datang untuk membawa kami pulang?”

“Engkau melihat kerajaan surga. Semuanya telah siap, dan sebab itulah Aku terburu-buru untuk setiap orang supaya siap bagi-Ku. Inilah sebabnya Aku mau engkau melakukan pekerjaan ini untuk anak-anak-Ku. Engkau telah diberi suatu urapan istimewa untuk mengerjakan pekerjaan ini. Jadi jangan mengatakan, bahwa engkau bukan seorang berarti. Aku akan memberkatimu lebih daripada yang penah engkau pikirkan.”

“Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mencintai-Mu, tetapi aku tidak dapat menghapuskan, paras ibuku ketika aku melihatnya berubah oleh api neraka. Aku tidak ingin mengingat apa yang telah aku lihat.”

Seketika Tuhan menyentuh mata saya, dan sejak saat itu selanjutnya saya tidak dapat mengingat wajah ibu saya. Bahkan ketika saya menuliskan kata-kata ini, saya tidak dapat melihat wajahnya. Apa yang dapat saya ingat ialah, bahwa saya melihat wajahnya sekali di dalam lubang neraka, dan itu merupakan suatu pengalaman yang mengerikan.

Yesus lalu berkata, “Aku tahu engkau letih. Kita akan bercakap-cakap lagi.”

Kami berdiri, dan Ia memeluk saya, lalu berpisah. Ketika Tuhan merangkul saya, badan saya bergoncang sangat kuat sehingga saya merasa seperti saya akan jatuh berantakan. Setiap kali Ia menyentuh badan transformasi saya, badan jasmani saya mengalami kuasa tenaga sentuhan-Nya, dan setiap urat syaraf dan otot dalam badan saya bergoncang dan bergetar. Kemudian saat Ia pergi, badan saya berhenti bergoyang.

Pada pagi itu, saya pergi ke gereja, dan saya mengalami hadirat Tuhan menggoncang badan saya sepanjang kebaktian. Saya dapat melihat Dia berdiri dekat pendeta. Ketika waktu pujian, Tuhan sedang berjalan di depan gereja. Menakjubkan melihat cahaya hadirat-Nya di gereja.

Sepanjang kebaktian saya mengeluarkan air mata kasih dan gembira. Hati saya berdebar di dalam dada saya ketika saya merenungkan kembali kemuliaan kerajaan surgawi yang telah saya kunjungi. Urapan-Nya begitu kuat atas diri saya sehingga saya tidak dapat berdiri. Bahkan saya tidak dapat mendengar khotbah pendeta ketika badan saya meresponi hadirat Tuhan dengan panas yang hebat dan bergoncang.

Orang-orang di gereja saya mengerti apa yang telah terjadi pada saya, dan mereka sangat membantu. Dahulu saya berpikir memalukan dan dipermalukan oleh manifestasi jasmani demikian di depan umum, tetapi saya gembira sebab saya tahu semuanya adalah karunia Tuhan dan Ia sedang mempersiapkan saya untuk melayani Dia dengan cara yang saya pikir mustahil. Saya tidak mau manifestasi hadirat-Nya yang kuat pergi dari dalam hidup saya.

MASA KESENGSARAAN BESAR     

Pada tanggal 4 Maret 1996, Tuhan mengunjungi saya dari pukul 2.30 pagi sampai 5.05 pagi. Badan saya bergoncang selama dua puluh menit, kemudian Tuhan membawa saya ke pantai, dan kami berjalan naik ke sisi gunung ke atas batu besar di mana akhir-akhir ini kami telah duduk.

Mula-mula semuanya kelihatan biasa untuk beberapa saat, tetapi tiba-tiba saya melihat, bahwa gunung-gunung di mana api telah terbakar pada hari sebelumnya, sekarang hanya sisa-sisa benda hangus, gundukan-gundukan abu yang hangus, dan reruntuhan. Seluruh tempat itu hanya sebuah lubang kehancuran yang besar dan hitam. Saya melihat bahwa pantai dimana manusia telah berlari dan jatuh pada hari sebelumnya, dinodai oleh bintik-bintik besar hitam, dan saya mengambil kesimpulan bahwa setiap bintik menunjukkan sisa-sisa manusia yang hangus yang telah mati dalam api waktu hari-hari terakhir.

Lautan, yang sebelumnya terisi dengan darah yang berkobar, sekarang adalah sebuah lubang bak yang sangat luas dan kosong-hangus tak dapat dikenal. Setelah beberapa saat melihat pemandangan yang penuh kesunyian, kegelapan, dan kehancuran, lautan dan daerah sekitarnya kembali menjadi normal.

Saya telah belajar firman Tuhan untuk melihat apa yang dikatakan tentang gejala-gejala ini. Dalam Wahyu 8:8, saya membaca kata-kata ini : “Dan ada sesuatu seperti gunung besar, yang menyala-nyala oleh api, dilemparkan ke dalam laut. Dan sepertiga dari lautan itu menjadi darah.” Wahyu 16:3 menunjuk kepada lautan menjadi seperti darah : “Dan malaikat yang kedua menumpahkan cawannya ke atas laut; maka airnya menjadi darah, seperti darah orang mati dan matilah segala yang bernyawa, yang hidup di dalam laut.” Tuhan telah menunjukkan kepada saya hal-hal yang persis yang telah digambarkan-Nya di dalam firman-Nya.

“Kapan semua ini akan terjadi?” saya bertanya Tuhan dengan rasa ingin tahu sekali.

“Pada zaman kesengsaraan besar.”

Tuhan, bilamana zaman kesengsaraan besar ini akan terjadi?”

Sesudah Aku membawa anak-anak-Ku ke kerajaan-Ku. Barangsiapa telah membaca kitab-Ku dan percaya nabi-nabi-Ku harus tahu tentang hal-hal ini mengenai hari kiamat. Semua yang Aku tunjukkan padamu di pantai akan segera terjadi.”  -  (yang berarti kejadiannya adalah Pre-Tribulasi).

Saya rasa Tuhan akan datang untuk kita dengan segera, dan sebab itulah banyak sekali kejadian-kejadian yang luar biasa sedang terjadi di dunia. Berita utama di surat kabar harian mengenai bencana alam serupa dengan penglihatan ini. Gempa bumi, bencana-bencana alam lain (termasuk angin ribut, taufan, taifun, kebakaran, banjir dan badai salju), keganasan, pelanggaran hukum, wabah penyakit, terorisme dan banyak gejala-gejala sedang terjadi dengan kekerapan lebih sering dan lebih hebat daripada sebelumnya, seperti yang diramalkan oleh Kitab Injil.

Yesus berkata kepada rasul-rasul-Nya :

“Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat. Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru. Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku, dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci. Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.” (Matius 24:6-14)

Inilah kejadian-kejadian yang telah diperlihatkan Yesus kepada saya. Betapa inginnya saya dapat memberikan kesan kenyataan dan realitasnya kepada semua orang dengan cara yang sama di mana pemandangan-pemandangan itu telah tercetak di dalam pikiran saya. Kata-kata Yesus adalah benar, dan nubuatan-nubuatan-Nya dengan cepat akan terpenuhi.

TEMPAT AIR KEHIDUPAN

Di dalam Kitab Wahyu, Kitab Injil berkata tentang “air kehidupan.” “Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir keluar dari takhta Tuhan dan takhta Anak Domba itu. Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas, tiap-tiap bulan sekali” (Wahyu 22:1-2).

Setelah Tuhan membawa saya ke surga, kami pergi ke gedung putih, dan seorang malaikat membawa saya ke ruangan berhias di mana saya berganti pakaian. Ketika saya keluar, saya melihat Tuhan juga telah berganti dalam pakaian surgawi. Ia membawa saya ke takhta-Nya dan mengarahkan saya untuk duduk di atas sebuah kursi di sebelah Dia. Ini adalah pertama kalinya Tuhan mendudukkan saya di sebalah-Nya.

Di sana saya melihat banyak orang memakai pakaian dan makhkota yang indah duduk di depan kami. Kelihatannya orang-orang ini bermartabat tinggi dan penting.

“Tuhan, siapa orang-orang ini?”

“Mereka adalah orang-orang yang Aku berikan firman-Ku, dan mereka dengan setia mencatatnya di dalam kitab-Ku.”

Ia menunjuk ke sebuah Kitab Injil yang hitam besar di sudut ruangan dan saya melihat, halaman-halaman Kitab Injil membalik dengan sendirinya seakan-akan angin sepoi bergerak melalui halaman-halamannya. Saya heran, tetapi kemudian saya mengerti bahwa angin Roh Tuhan sedang berdesar melalui halaman-halaman Firman suci.

Orang-orang mulai berjalan dengan perlahan, dan seorang malaikat membawa saya kembali ke ruangan berhias supaya saya dapat ganti pakaian biasa, dan badan saya mengambil bentuk seorang gadis remaja. Saya lalu ingat, bahwa surga adalah suatu tempat di mana kamu tidak akan pernah jadi tua, dan pikiran ini menggirangkan saya dan memenuhi saya dengan ketakjuban.

Kami menyeberangi jembatan emas lagi dan berjalan sepanjang sisi bukit dekat sebuah lembah yang indah. Sebuah pagar emas membentuk batas berkeliling seluruh daerah, dan pagar itu mempunyai beberapa pintu gerbang yang ditempatkan berdekatan satu dengan yang lain sekeliling seluruh batas. Pohon-pohon ditanam dekat dengan gerbang, dan bunga-bunga kuning cantik memenuhi tanah sekitar pohon-pohon. Ini adalah sebuah kebun batu yang hebat yang menuju ke sebuah sungai yang jernih seperti kristal.

Saya melihat pohon-pohonnya sarat oleh buah-buahan berwarna ungu. Tuhan meraih dan memberikan saya sebuah untuk dimakan sedangkan Ia menikmati sebuah yang lain yang telah dipetik-Nya. Sungai itu sempit, tetapi nampaknya tidak ada habis-habisnya ketika ia melewati lembah yang subur.

Tidak ada apapun yang ada di bumi ini – termasuk pegunungan Rocky yang megah atau dataran yang berbuah – dapat dibandingkan dengan taman Firdaus yang subur di depan saya.

“Tempat apakah ini, Tuhan?”

“Ini adalah tempat air kehidupan. Maukah engkau minum?”

“Ya, Tuhan.”

Ia membungkuk dan melekukkan telapak tangan-Nya, mengisinya dengan air yang bersih dan suci. Ia minum dari tangan-Nya dan memberi tanda supaya saya meniru-Nya. Saya menjangkau ke bawah dan mengisi telapak saya dengan air dan mengecap kesegarannya yang lezat. Ini adalah air yang termanis yang pernah saya rasakan.

“Apakah engkau suka air ini, puteri-Ku?”

“Sangat lezat, Tuhan.”

“Sekarang Aku akan membawamu ke satu tempat yang sangat istimewa.”

RUMAH YANG BESAR

Saya ingin tahu ke mana Ia membawa saya ketika Ia memegang tangan saya dan mulai berjalan. Ia membawa saya ke istana yang telah kami kunjungi sehari sebelumnya. Hati saya menyanyi sambil terpesona. Bagaimana mungkin ada rumah yang begini indah ?

Jalanan emas menakjubkan saya, dan saya merasa begitu gembira sewaktu kami berjalan sepanjang tempat yang disediakan oleh Tuhan bagi milik-Nya. Jalannya kelihatan licin sebab ia sangat mengkilat, tetapi biasa saja rasanya berjalan di atasnya. Disebabkan oleh kecermelangannya, jalannya menyerupai gelanggang bermain sepatu es. Cahaya matahari, seakan-akan, menembus seluruh tempat.

Apabila saya berjalan dengan Tuhan, saya merasa sangat bahagia sehingga tak ada satu katapun yang dapat melukiskannya. Ini suatu perasaan senang dan gembira tercampur dengan rasa aman tiada gangguan sedikitpun.

Kami berjalan melalui banyak rumah-rumah besar dan istana-istana, yang satu lebih elok dari sebelumnya. Di depan salah satu rumah-rumah ini, Tuhan berhenti.

Saya tahu ia akan membawa saya masuk ke dalam, dan saya bergairah tidak keruan. Jantung saya berdegup tak teratur ketika kami naik anak tangga depan rumah.

Mata saya tertarik melihat tombol pintu, yang terbuat dari emas. Lalu saya melihat pelat emas pada pintu depan. Ada sebuah nama tertulis di situ, saya cepat menyadari, bahwa itu adalah nama saya. Saya hampir pingsan karena terperanjat. Tertulis dengan tulisan yang indah adalah nama “Choo Nam.” Ini adalah tempat yang disediakan oleh Yesus untuk saya! Saya sangat takjub. Menakjubkan sehingga tak masuk di akal. Di sini saya, berdiri dekat pintu sebuah istana yang anggun di surga, dan nama saya ditulis dengan emas pada pintunya yang indah! Terlalu indah untuk dapat menjadi kenyataan! Kepala saya terhuyung karena sangat heran. Bagaimana ini mungkin?

Saya mengalirkan air mata terima kasih dan kegirangan sementara hati saya diliputi dengan cinta serta kasih yang mendalam untuk Tuhan. Saya sungguh tidak pernah menyangka menerima barang-barang yang begitu indah dari Dia. Saya selalu merasa bahwa sekalipun Ia hanya mengenal saya itu sudah cukup, tetapi sekarang Ia betul-betul melimpahkan berkat-berkat-Nya ke atas saya.

Saya telah mencicipi air kehidupan, dan saya tahu saya tak akan pernah dahaga lagi akan perkara duniawi. Saya telah merasakan buah taman Firdaus yang berwarna ungu, dan saya tak akan pernah lapar akan hal-hal duniawi lagi.

Saya telah bersama dengan Yesus – Tuhan dan Tuanku – dan Ia telah membawaku ke rumah yang dibuat-Nya untuk saya. Saya menangis tanpa malu waktu Tuhan menuntun saya ke dalam rumah. Ia berkata, “Jangan menangis, puteri-Ku. Aku ingin engkau bahagia.”

Ketika kami melangkah lewat ambang pintu rumah itu, lagu-lagu rohani memenuhi hati saya, dan saya lanjutkan dengan menangis air mata kegirangan dan syukur.

Saya kagum sekali permadani yang berwarna merah dan susu dengan pola-pola bulat. Kursi beludru merah – begitu klasik dan bermutu tinggi – seperti yang selalu saya inginkan untuk rumah saya. Tirai merahnya adalah yang paling bagus yang pernah saya lihat.

Tuhan mengambil tempat duduk-Nya di atas salah satu kursi-kursi beludru waktu saya jalan ke atas anak tangga yang megah, menikmati setiap saat di dalam rumah saya. Kamar tidurnya dialasi permadani putih bersih, dan saya melihat, bahwa ujung kepala tempat tidurnya dari perak dengan dihiasi batu-batu permata biru sekeliling pinggirannya.

Cermin pada lemari rias juga ada batu-batu permata biru menambah kecemerlangannya. Kamar mandinya mempunyai bak mandi perak yang dihiasi dengan permata indah yang warna-warni.

Saya menyanyi ketika saya berjalan sekeliling bagian dalam rumah saya. Saya merasa seperti seorang puteri didunia peri. Tetapi saya tahu, bahwa ini bukan khayalan – ini lebih nyata dari yang pernah saya bayangkan. Saya selalu percaya akan adanya sebuah Firdaus surgawi, tetapi saya tidak pernah pasti akan keadaannya. Sekarang saya tahu, tanpa merasa ragu-ragu, bahwa surga itu nyata, dan saya ingin setiap orang di dunia mengetahuinya juga.

Setalah beberapa saat kegembiraan yang tak terkatakan, saya turun ke bawah anak tangga ke tempat dimana Tuhan sedang duduk. Ia berdiri dan bertanya, ”Apakah engkau gembira, Choo Nam?”

Saya tahu Tuhan senang untuk memperlihatkan rumah saya kepada saya.

“Ya, saya senang sekali, dan sangat berterima kasih atas segala yang Engkau lakukan untukku,” saya menjawab, “tetapi saya masih merasa orang seperti saya ini tidak patut menerima berkat yang begitu hebat. Saya masih belum melakukan apa-apa pun untuk Engkau, Tuhan, tetapi saya selalu ingin melayani-Mu dan membuat-Mu gembira.”

“engkau telah membuat Aku gembira, puteri-Ku. Engkau adalah seorang puteri yang istimewa bagi-Ku, dan Aku ingin memberkatimu banyak sekali.”

“ANAK-ANAKKU BELUM SIAP UNTUKKU”

Waktu kami pergi dan berjalan melalui jembatan emas, kami kembali ke gedung putih, berganti pakaian, menyimpan mahkota yang cantik dan kemudian pergi ke kolam. Saya merasa begitu riang, saya bahkan sudah bernyanyi sebelum kami tiba di kolam.

Kami duduk dan bercakap-cakap sebentar, dan saya sadar bahwa saya adalah seseorang yang paling beruntung yang pernah hidup. Tuhan memecah lamunan saya dengan nada mendesak.

“Choo Nam, Aku telah menyiapkan segalanya untuk anak-anak-Ku. Aku mempercepat semuanya sebab kerajaan-Ku telah lama sekali siap, tetapi banyak sekali anak-anak-Ku belum siap untuk-Ku, karena mereka terlalu mencintai dunia.”

“Itulah sebabnya Aku ingin engkau menulis sebuah buku bagi-Ku. Aku tahu ini akan melelahkan untukmu, tetapi pekerjaan ini harus dilakukan segera.”

“Tuhan, aku sangat heran dengan segala yang telah Engkau perlihatkan kepadaku. Jika aku mendengar buku yang seperti itu, aku tahu aku akan sangat ingin membacanya karena aku sangat mencintai-Mu.”

“Aku tahu puteri-Ku,” Ia membalas, sambil tersenyum. “inilah sebabnya mengapa Aku dalam keadaan terburu-buru. Mengajarkan tentang Injil adalah hal yang terpenting di dunia. Aku ingin semua anak-Ku mengetahui, bahwa Aku segera datang.”

Pikiran saya kembali kepada beberapa kata-kata penutup dari kitab Injil, dan dengan sepenuh hati saya, aku berseru yang sama : “Kalau begitu, datanglah, Tuhan Yesus.”

Maranatha! Tuhan sungguh akan segera datang.


BAB 8 - PERSIAPAN UNTUK IBADAH


“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Tuhan aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai pesembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Tuhan: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Tuhan: apa yang baik, yang berkenan kepada Tuhan dan yang sempurna.” (ROMA 12:1-2)

Pengalaman-pengalaman saya yang luar biasa sangat menggairahkan tetapi di samping itu juga sedikit meletihkan, dan Tuhan tahu pengaruhnya pada badan dan kesehatan saya. Goncangan-goncangan yang harus dialami adalah bagian dari persiapan saya untuk beribadah. Perwujudan jasmani dari pekerjaan Tuhan yang ajaib dalam hidup saya, begitu juga keluhan-keluhan yang dalam yang keluar dari roh saya, mempengaruhi badan saya.

Sesudah badan saya tergetar begitu kuat selama dua atau tiga jam, saya menjadi terhuyung-huyung. Kepala saya merasa seakan-akan berputar, dan saya menjadi sangat pusing. Kadang-kadang perasaan ini begitu kuat sehingga saya hampir tak dapat berjalan.

Kuasa urapan Tuhan dalam hidup saya membuat saya kurang nafsu makan selama beberapa hari setiap kali. Terjaga pada waktu-waktu tidur dan kurang makan menyebabkan saya merasa lemah dan menjadi kurus. Kenyataannya, saya telah kehilangan dua setengah kilo. Saya sering merasa hendak muntah, dan saya sering mengalami sakit di perut dan sendi-sendi saya. Walau bagaimanapun, sebelum kembali setiap hari, Tuhan menyembuhkan saya dari sakit saya.

Ia akan memeluk saya, dan satu sentuhan saja dari tangan-Nya akan mengangkat derita saya dan menyebabkan goncangan berhenti. Biasanya Ia akan mengucapkan kata-kata lembut penuh perhatian dan kepedulian sehingga menolong saya mengetahui, bahwa Ia benar-benar mengerti bagaimana letihnya saya. Sangat menggembirakan sekali mengetahui bahwa Allah peduli tentang segala sesuatu yang menyangkut anak-anak-Nya – hasrat-hasrat kita, sakit-penyakit kita, kekuatiran kita, kelelahan kita, pengharapan-pengharapan kita, serta impian-impian kita.

Penulis kitab Ibrani menerangkan bagaimana ini mungkin:

“Karena kita sekarang mempunyai Imam Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Tuhan, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” (Ibrani 4:14-16)

Yesus menangis. Ia mengerti sakitnya kesepian dan penolakan. Ia menghadapi percobaan. Ia bergumul dengan kehendak Bapa. Ia mengalami rasa marah dan takut. Apapun yang kita hadapi, Ia juga pernah. Yang lebih penting, Imam Besar kita yang mulia ada di sana bersama kita. Ia berdoa untuk kita. Ia memikul beban-beban kita. Yesus sungguh-sungguh mengerti.

Ia tahu, bahwa banyak hal harus disembuhkan di dalam hidup saya yang paling dalam sebelum saya dapat dipakai dalam pelayanan yang saya telah dipanggil oleh-Nya secara efektif. Ia telah menerangkan kepada saya, bahwa Ia mengulangi berkali-kali sehingga saya betul-betul mengerti. Ia membawa saya ke beberapa tempat surgawi yang sama lebih dari sekali supaya saya dapat mengalami kenyataannya dengan sepenuhnya – dan mengingatnya. Ia menekankan penyebab badan saya tergoncang begitu kuat setiap kali saya berada di hadirat-Nya adalah karena Ia sedang melimpahkan kuasa-Nya atas saya.

Singkatnya, sebab itulah, saya sedang dipersiapkan untuk satu pelayanan mengabarkan Injil dan kesembuhan seluruh dunia yang akan mulai dengan buku yang sedang Saudara pegang di tangan Saudara.

KITAB INJIL HITAM YANG BESAR

Pada tanggal 5 Maret 1996, Tuhan membuat saya bangun dari pukul 1.50 pagi sampai 4.20 pagi. Di dalam proses, badan saya tergoncang selama dua puluh lima menit. Kemudian Tuhan membawa saya ke pantai dalam menyiapkan perjalanan seterusnya ke surga.

Kami mengunjungi lagi gedung putih dan kamar berhias. Kami berdua berganti jubah surgawi dan mahkota kami. Kemudian kami pergi ke ruangan takhta di mana Tuhan duduk di atas kursi-Nya dan menyuruh saya untuk duduk di kursi sebelah-Nya. Ada beberapa orang laki-laki di depan kami yang memakai mahkota mirip kepunyaan saya.

“Siapakah orang-orang ini?” saya bertanya.

Tuhan menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang menulis Firman-Ku.”

Saya memandang kepada setiap muka yang bercahaya dan saya mencoba menerka satu-persatu. Duduk di hadapan saya adalah rasul-rasul Yohanes, Matius, Lukas, Markus, Yakobus, Petrus, dan Paulus. Para nabi ada juga di sana, laki-laki, seperti Yesaya, Yeremia, Yoel, Mikha, Maleakhi, Daniel, Obaja, Hosea dan banyak lainnya.

Saya memperkirakan, Musa dan Yosua pasti ada dalam kelompok ini juga: dan Nehemia, Ayub, Daud, Salomo, Yehezkiel, Nahum, Yunus, dan Zakharia. Saya berharap saya ada waktu untuk berbicara dengan mereka semua. Saya akan bertanya Yunus bagaimana rasanya berada di dalam perut ikan paus. Saya ingin Daniel menceritakan kepada saya bagaimana rasanya berada di dalam gua singa. Saya ingin mendengar Daud menggambarkan pengalamannya dengan Goliat.

Lalu saya menduga: Suatu hari, dengan segera, saya akan mengambil rumah kediaman surgawi yang telah ditunjukkan Yesus kepada saya, dan saya akan dapat bergaul lama sekali dengan orang-orang kudus dari segala zaman! Kemudian saya dapat menanyai mereka. Lalu saya akan mengetahui. Lalu saya akan mengerti. Bukankah itu akan menggembirakan?

Paulus menulis, “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal” (1 Korintus 13:12). Masih di luar pengertian saya, bagaimana saya telah dipilih untuk menerima jauh lebih dahulu hari besarnya Tuhan bila kita akan tahu, meskipun waktu kita dikenal, tetapi saya betul mengerti bahwa saya telah dianugerahi suatu kasih karunia istimewa yang hebat untuk melihat banyak hal. Saya tahu, bahwa kehormatan ini adalah untuk setiap orang, sehingga sebanyak yang mau melakukan demikian akan percaya dan diselamatkan.

Kitab Injil hitam besar yang saya lihat pada kunjungan sebelumnya ada tepat di depan saya. Ia bercahaya dengan kuasa Roh Kudus yang berbicara kepada hati saya, “Segala tulisan yang diilhamkan Tuhan memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Tuhan diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” (2 Timotius 3:16-17).

Saya melihat, bahwa para penulis yang diilhami untuk menulis Kitab Injil membawa buku catatan di tangan mereka, dan kemudian saya sadar, bahwa Tuhan sedang menunjukkan adegan ini kepada saya untuk kedua kalinya supaya saya akan mengerti dengan sungguh-sungguh bagaimana pentingnya Firman Tuhan di dalam hidup saya. Saya tahu Ia mau saya membaca dan belajar dan mencatat semasa saya mendalami Firman-Nya.

Tuhan dan Tuan saya menghendaki supaya saya “menerima ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Tuhan, dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh” (Efesus 6:17-18). Besarnya Kitab Injil di depanku menjadi peringatan bagiku bahwa Kitab Injil harus bertumbuh lebih besar di dalam hidup saya – ia harus menjadi dasar di mana pelayanan saya akan didirikan dan dilancarkan.

SEBUAH TUBUH YANG DIUBAH

Seorang malaikat menemani saya kembali ke ruangan ganti di mana saya dapat melihat bayangan saya di dalam kaca yang besar dan jernih. Saya telah berubah! Tubuh baru saya adalah seperti waktu remaja saya. Saya masih muda, cantik, dan penuh semangat. Setiap kali saya melihat perubahan ini saya sangat terkejut! Akan tetapi ini adalah suatu peringatan bahwa waktu saya naik ke surga saya akan mendapat satu tubuh yang baru.

Tubuh-tubuh baru surgawi kita tidak akan menjadi tua. Tubuh ini tidak akan sakit. Tidak akan ada keriput pada wajah kita. Gigi kita akan putih dan rata. Rambut putih tidak akan ditemukan di dalam rambut kita. Cahaya remaja akan bersinar dari dalam mata kita. Perawakan kita akan tegak dan lurus. Segala kekurangan yang kita alami di bumi akan hilang. Kita akan menjadi baru sama sekali, dan ia akan sangat menggembirakan!

AIR KEHIDUPAN YANG MENGALIR

Kami berganti pakaian, lalu berjalan menyeberang jembatan emas, melalui lembah yang hijau. Kami mengikuti sebuah jalan yang bagus sekali dibatasi oleh sebuah pagar emas yang mempunyai banyak pintu gerbang. Di sepanjang perjalanan saya melihat pohon-pohon buah yang pernah saya lihat dan bunga-bunga berwarna kuning indah. Batu-batu yang bagus-bagus bertebaran di seluruh lembah dan sungai yang airnya mengalir cepat dan jernih bagai kristal di dekatnya.

“Air itu air kehidupan,” Tuhan menunjuk. Ini kedua kalinya saya melihat sungai yang luar biasa ini. Waktu sebelumnya, saya bahkan telah merasa airnya yang murni dan manis.

Saya melihat sungai kehidupan ini sempit, tetapi seakan-akan tidak ada ujungnya. Ketika kami berjalan menuju gerbang yang terdekat, Tuhan bertanya apakah saya ingin minum air dari sungai kehidupan lagi, tetapi saya menggelengkan kepala saya sebab saya tidak mau memaksakan kebaikan-Nya pada saya, lagipula saya tak sabar ingin melihat pemandangan selanjutnya, yang saya harapkan adalah rumah saya – yang telah disediakan-Nya untuk saya.

Kami berjalan ke arah istana saya, dan ketika kami tiba di sana, kami masuk. Tuhan duduk di atas kursi yang telah diduduki-Nya pada kunjungan sebelumnya dan seakan-akan berhasrat sekali supaya saya memeriksa rumah masa depan saya.

Saya pergi ke ruangan-ruangan yang saya kunjungi sebelumnya, dan saya membayangkan bagaimana rasanya hidup di sana. Kamar tidur perak dihias dengan batu permata dan kamar berhias yang indah, tirai, dan permadani yang cantik, dinding-dinding yang berkilau-kilau – semuanya mengingatkan apa yang telah Yesus lakukan untuk saya.

Ia menunjukkan semua ini lagi supaya pengalaman ini melekat dalam ingatan saya – supaya saya sungguh-sungguh percaya. Saya bertambah dipenuhi oleh ketakjuban dan harapan tinggi lebih daripada kunjungan sebelumnya.

Kami meninggalkan rumah saya dan kembali ke gedung yang putih di mana kami berganti pakaian kami sekali lagi. Kemudian kamu pergi ke kolam yang tenang di mana Tuhan mengambil tempat biasa-Nya di atas batu yang kokoh.

Ia duduk, tetapi saya tidak dapat menahan diri saya. Saya mulai menari dan menyanyi dengan perasaan yang luar biasa gembiranya yang tidak pernah saya alami sebelumnya. Dari tempat saya di surga, saya dapat melihat tubuh jasmani saya, masih terbaring di atas tempat tidur saya, sedang bergerak dan tangan saya sedang melambai-lambai. Kelihatannya Tuhan begitu senang dengan saya, dan Ia memberi isyarat kepada saya untuk datang dan duduk di sebelah Dia.

PEMULIHAN DAN KESEMBUHAN

Saya tahu, bahwa Tuhan masih mempunyai banyak hal untuk dikerjakan di dalam hidup saya sebelum saya siap untuk memenuhi panggilan yang telah diberikan-Nya kepada saya. Hal-hal masa lampau saya menyebabkan saya merasa rendah diri dan tidak berharga. Ia kelihatannya mengutamakan membantu saya memperoleh keyakinan, pertama di dalam Dia dan kemudian di dalam diri saya sendiri.

“PuteriKu, Aku telah memperlihatkan kepadamu bagian-bagian yang penting dari kerajaan Tuhan, dan Aku mau engkau menceritakan setiap orang apa yang telah kau lihat. Aku tahu Aku telah menunjukkan lebih banyak hal padamu hari ini daripada yang sebelumnya. Apabila engkau melakukan pekerjaan yang engkau telah Kupanggil untuk melakukannya banyak jiwa-jiwa akan diselamatkan. Buku ini akan dibaca oleh seluruh dunia.”

“Tetapi, Tuhan, saya ini bukan siapa-siapa. Mengapa Engkau memilih saya? Mengapa bukan seseorang yang sudah terkenal?”

“Choo Nam, Aku menciptakan engkau untuk pekerjaan akhir zaman. Aku akan membuatmu terkenal. Aku tahu engkau sedang belajar apa yang Aku ajarkan padamu. Aku tahu engkau akan setia pada-Ku.”

“Siapa yang akan menulis buku itu?” saya bertanya. “Aku mencoba mencatat segala sesuatu yang Engkau katakan dan menggambarkan hal-hal yang Engkau perlihatkan padaku, tetapi aku tidak tahu betul bagaimana menulis sebuah buku.” (Sebenarnya, saya merasa sangat takut atas semua gagasan ini!) “Tuhan, aku tidak mempunyai cukup pengalaman untuk menulis sebuah buku.”

“Engkau tidak perlu tahu bagaimana menulis buku itu. Catat saja apa yang Kuperlihatkan dan ceritakan padamu, dan seorang penulis akan menulis buku itu untukmu. Puteri, jangan khawatir. Aku akan membimbing seseorang untuk menulis kembali apa yang telah engkau catat. Seorang penulis yang diurapi oleh Roh akan melakukan kerja ini untukmu.”

Pernyataan sedikit yang baru ini telah meringankan pikiran saya. Perlahan-lahan, dan selangkah demi selangkah, saya mulai belajar untuk bersandar kepada Tuhan daripada kepada pengertian saya sendiri. Sebuah ayat masuk ke pikiran saya : “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu” (Amsal 3:5-6).

Masalah saya bukan dalam mempercayai Tuhan. Ia telah membuktikan keyakinan-Nya pada saya dalam banyak sekali cara yang sangat luar biasa. Masalah saya adalah percaya pada diri saya sendiri. Sejak kecil saya selalu takut untuk maju ke depan, mengambil pimpinan – dan sekarang saya dipanggil untuk menulis sebuah buku dan melancarkan suatu pelayanan ke seluruh dunia! Sebetulnya saya takut.

Kemudian Tuhan menambahkan satu pikiran baru dengan berkata, “Engkau akan mendapat kekayaan yang besar, dan Aku ingin engkau menggunakannya untuk membangun sebuah gereja bagi-Ku.”
                                                                          
“Tetapi aku tidak dapat berkhotbah, Tuhan.”

“Engkau tidak perlu berkhotbah.”

Rintihan yang dalam mulai timbul dalam roh saya, dan saya tahu suatu urapan istimewa ada pada saya. Kemudian sesuatu yang lebih terang daripada pemandangan alamiah muncul di depan saya.

Itu adalah penglihatan dari sebuah gereja – sebuah bentuk gedung gereja yang putih dengan sebuah menara yang sangat tinggi. Pintu-pintu masuknya adalah pintu-pintu berganda yang sangat bagus. Ruangan utama di mana altar berada dipenuhi oleh manusia, dan saya melihat, bahwa beberapa dari mereka masuk gereja dengan kursi-kursi roda, tetapi keluar dengan berjalan kaki. Wajah-wajah mereka memantulkan kegembiraan luar biasa karena mereka telah disembuhkan sama sekali. Hanya dengan melihat adegan ini telah membawa kesembuhan atas semua kepedihan hati maupun ketakutan saya. Seperti mereka, Tuhan ingin saya menjadi utuh, dan Ia sedang melengkapi saya untuk pelayanan yang mana saya telah di panggil.

“Apakah engkau suka dengan apa yang engkau lihat?” Tuhan bertanya.

Saya melepaskan senyuman yang berseri-seri kepada-Nya dan membalas, “Ya!” Saya lebih bergairah daripada yang pernah saya alami dalam hidup saya.

Kemudian Ia mengulangi sesuatu yang amat penting bagi Dia, “Sebelum Aku datang untuk orang-orang-Ku, separuh dari orang-orang yang tidak percaya akan diselamatkan.”

“Kapan Engkau akan datang untuk kami?” saya bertanya lagi, dengan harapan mendapat jawaban yang lebih tepat dan pasti.

“Aku telah mengatakan padamu bahwa ini akan terjadi segera. Bukankah engkau melihat bahwa segalanya telah disiapkan untuk semua orang di sini?”

Dengan itu saya lalu mengerti, mengapa Tuhan telah banyak kali membawa saya ke surga – supaya saya menyaksikan, bahwa Ia hampir menyelesaikan tugas-Nya. Ini adalah pesan membara yang harus diberitakan. Inilah tema buku dan kehidupan saya.

Yesus ingin semua orang tahu bahwa saat-saat terakhir sudah tiba. Ia telah menyediakan satu rumah abadi untuk semua orang yang percaya akan Dia. Tidak tepat lagi untuk mengatakan, bahwa Ia sedang menyiapkan suatu tempat bagi kita karena tempat itu sudah siap!

Bukankah menggairahkan sekali mengetahui bahwa setengah dari orang-orang yang tidak percaya di dunia akan diselamatkan sebelum Tuhan segera kembali? Berjuta-juta orang akan dihantar ke dalam gereja Yesus Kristus, dan gereja harus siap untuk menyambut mereka.

Saya sudah tidak sabar untuk mulai membangun gereja impian saya. Saya telah memeluk erat-erat penglihatan yang diberikan Tuhan kepada saya, dan saya mulai bergerak bersamanya. Keyakinan saya dibina, dan semua perasaan tidak aman, khawatir dan ketakutan di dalam saya sedang ditampung oleh kasih Tuhan. Saya sadar, dan pasti sekali tanpa ada keraguan sedikitpun, bahwa kasih Tuhan adalah kekal. Kerajaan-Nya adalah nyata dan Ia akan memenuhi firman-Nya.

Melalui pengalaman-pengalaman yang saya alami di surga, saya belajar, bahwa Tuhan memberi kemampuan kepada mereka yang dipanggil-Nya. Ia memperlengkapi bagian-bagian yang kurang dan memberi kekuatan di dalam kelemahan kita. Seperti halnya orang-orang yang cacat yang saya saksikan dalam penglihatan saya tentang gereja, kita semua terbatas atau cacat dalam satu atau lain hal.

Tetapi Tuhan dapat memberi kekuatan baru kepada kaki-kaki yang lumpuh, dan sedang Ia menyembuhkan kekurangan-kekurangan kita, kita dapat berjalan di dalam pembaharuan hidup – di dalam kekuatan dan kuasa Roh Kudus-Nya. Pada pagi hari permulaan bulan Maret itu saya belajar satu kebenaran baru yang menyeluruh: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13).

ISTIRAHAT YANG DIPERLUKAN

Selama satu setengah bulan Tuhan telah kerapkali membangunkan saya dari tidur saya pagi-pagi sekali untuk membawa saya ke surga, sehingga Ia dapat menyiapkan saya untuk pekerjaan mana saya telah dipanggil untuk melakukannya. Saya lelah, tubuh saya lemah. Menyadari keperluan saya untuk tidur lebih banyak, Tuhan berkata, “Ini adalah kali terakhir Aku membawamu ke kerajaan surga, dan Aku tidak akan membangunkanmu lagi.”

Saya mulai menangis. Hati saya dipenuhi kesedihan. Saya ingin bersama Tuhan selamanya. Saya memprotes, “Tuhan, aku tak ingin meninggalkan-Mu.”

“Aku akan bersamamu di manapun engkau berada. Engkau akan melihat Aku dan mendengar suara-Ku.”

Ia kemudian memegang dan merangkul saya sambil berkata, “Choo Nam, Aku tahu engkau perlu istirahat.”

Saya mengakui bahwa saya perlu istirahat, tetapi hasrat saya untuk bersama Dia melebihi keperluan jasmani saya. Saya melihat keperluan rohani saya teramat lebih penting daripada kebutuhan keperluan tubuh saya. Kami meninggalkan kolam dan kembali ke gedung yang putih untuk berganti jubah kami yang biasanya. Kemudian kami diangkut kembali ke pantai di mana kami duduk dan bercakap sebentar.

“Aku tahu bagaimana letihnya engkau sekarang ini, jadi Aku tidak akan membangunkan engkau dari tidurmu. Engkau harus istirahat sebentar.” Rasa patah hati menyelinap untuk menguasai saya ketika Tuhan mengatakan kata-kata yang tidak ingin saya dengar ini, tetapi kemudian Ia menjelaskan apa yang dimaksudkan-Nya, “Aku ingin membawamu ke kerajaan lagi, tetapi sekarang ini engkau perlu istirahat.”

Meskipun mendapat janji ini, saya tidak dapat menahan tangis saya. Benar, perasaan saya hancur oleh kenyataan bahwa Yesus akan pergi, dan bahwa Ia mungkin pergi untuk waktu yang lama. Saya begitu cinta pada-Nya, dan pikiran tentang kepergian-Nya menyebabkan saya merasa sangat kosong dan agak tidak tenteram.

Saya bayangkan bagaimana perasaan rasul-rasul dahulu ketika harus mengucapkan selamat tinggal kepada Tuhan dan Tuan mereka. Bagaimana perasaan ibunda-Nya, Maria, ketika ia melihat Dia disalibkan, mati dan dimakamkan. Bagaimana perasaannya ketika Ia naik ke surga? Suatu perasaan yang paling sepi di dunia.

Pada waktu ini setiap saat terjaga saya, hidup saya dipenuhi dengan pikiran tentang Yesus dan surga. Saya telah bersama Tuhan setiap hari selama lebih dari satu setengah bulan. Saya telah ke surga dan melihat jalanan dari emas, rumah-rumah kediaman di atas bukit, Sungai Kehidupan. Saya betul-betul telah merasakan air hidup yang manis.

Saya telah diiringi oleh para malaikat dan telah bergaul mesra dan saling memuji dengan para orang kudus, martir, rasul, dan nabi. Saya telah masuk ke tempat tinggal kekal yang telah disediakan oleh Yesus bagi saya. Saya tahu saya tidak akan pernah menjadi sama seperti dulu. Tak ada sesuatu pun di dunia ini yang dapat dibandingkan dengan surga – rumah saya yang benar.

Saya telah melihat lubang neraka – api yang membara karena kekejaman, korupsi, dan dosa yang memalukan. Saya telah menyaksikan tanda-tanda akhir zaman terbuka di depan saya seperti sebuah video hidup tentang hal-hal yang akan datang. Yang terpenting, saya telah bersama Yesus – dan seluruh kehidupan telah berubah menjadi sesuatu yang sama sekali baru dan penuh arti.

Saya mempunyai satu tujuan, satu misi, satu panggilan. Saya telah melihat satu penglihatan atas beberapa hal yang telah direncanakan oleh Tuhan untuk saya. Memikirkan bahwa saya akan menggunakan waktu untuk tidur padahal sangat banyak hal yang harus dikerjakan membuat saya tidak paham sama sekali. Saya sangat kecewa.

Tuhan meninggalkan pantai, begitu juga dengan badan transformasi saya, dan goncangan badan saya pun berhenti. Tangisan saya berhenti ketika saya menyadari apa yang telah dikatakan-Nya. “Aku akan membawamu ke kerajaan lagi.” Itu sudah cukup. Itu pun baik.

Lalu timbul dalam pikiran saya, bahwa istirahat yang Dia inginkan untuk saya lakukan adalah sebagian dari persiapan yang sedang dikerjakan-Nya dalam hidup saya. Tentu saja saya tahu saya perlu istirahat, sebab adakalanya saya merasa bingung.

Satu ayat indah dari Alkitab timbul dalam pikiran saya dan membuat saya tenang: “TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku” (Mazmur 23:1-3).

Tuhan, Gembala saya, telah mengijinkan saya berbaring di atas padang yang berumput hijau supaya jiwa saya dapat disegarkan – persiapan lebih lanjut untuk pelayanan yang akan datang!

“SETIAP ORANG AKAN MENGENALMU”

Keesokan paginya, 6 Maret, sukar sekali sebab saya bangun pada jam 02.30 pagi, setelah mengharapkan Tuhan ada di situ. Saya percaya akan apa yang dikatakan-Nya padaku, tetapi sebagian daripada saya masih mengharapkan kalau-kalau Ia akan datang. Saya menunggu Dia dari 02.30 hingga 06.30 pagi, lalu saya kembali tidur. Ketika saya terbangun lagi pada jam 09.30 pagi, saya sadar Tuhan tidak ada di sana. Saya merindukan Dia, dan saya mulai menangis.

Segera seluruh badan saya mulai bergoncang, disertai dengan panasnya urapan. Saya mengeluh dalam roh untuk lima belas menit lamanya. Kemudian, seperti yang telah seringkali terjadi sebelumnya, Tuhan muncul. Ia sedang duduk dekat jendela tempat tidur.

Ia berkata, “Puteri-Ku terkasih, Choo Nam, Aku berkata padamu Aku akan besertamu selalu. Engkau akan melihat-Ku setiap waktu engkau mau, dan engkau akan mendengar suara-Ku. Aku mengunjungimu sekarang sebab Aku tahu engkau menantikan Aku sepanjang pagi.”

“Tuhan,” kata saya, “Saya ingin melakukan apapun yang Engkau perintahkan padaku. Saya masih merasa saya tidak tahu apa-apa.”

“Tepat sekali. Itulah sebabnya Aku memilihmu. Jangan lupa, bahwa Aku akan menjagamu. Aku memberikanmu karunia istimewa ini sebab tiada seorangpun mengenalmu. Segera, bagaimanapun juga, setiap orang akan mengenalmu.”

Saya merasa sangat susah menerima kata-kata itu. Setiap orang akan mengenal aku? Seolah-olah mustahil, tetapi Tuhan, dalam kemurahan serta kesabaran-Nya merasa patut untuk mengunjungi saya lagi untuk memberi jaminan janji ini kepada saya. Ia mengakhiri kunjungan-Nya sambil berkata, “Puteri, Aku mau engkau istirahat.” Lalu Ia pergi dan goncangan badan saya pun berhenti.

Selama sepuluh hari selanjutnya saya menikmati tidur yang paling lelap dan istirahat yang paling tenang yang pernah saya alami. Sekali lagi, Tuhan setia akan janji-Nya:

“Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah. Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya. Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorangpun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga. Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Dan tidak ada suatu mahlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.” (Ibrani 4:9-13)

Tuhan ingin saya beristirahat sebab Ia sedang mempersiapkan saya untuk suatu pelayanan yang akan menghantar tak terhingga banyaknya orang yang tak percaya ke dalam kerajaan Tuhan. Tahu bahwa Ia akan kembali untuk mengiringi saya ke surga lagi telah membawa kedamaian kepada jiwa saya sehingga saya benar-benar dapat menikmati tempat perhentian-Nya.

Saya akhirnya mulai mengerti, bahwa buku yang akan saya tulis, gereja yang akan saya bangun, pelayanan yang akan saya mulai adalah pekerjaan-Nya, bukan milik saya. Ini menyegarkan jiwa saya, menghapuskan kekhawatiran saya dan membawa keyakinan mutlak di hati saya.

Kebenaran yang disampaikan oleh si pemazmur berabad-abad yang lalu menggema di dalam saya: “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya” (Mazmur 127:1).

Yesus mengingatkan saya akan undangan-Nya yang mulia kepada yang letih lesu dan berbeban berat, dari Matius 11:28-30: “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”



(oleh Kristus Ministry)

No comments:

Post a Comment

Artikel Lainnya