Firman Tuhan

Mazmur 139 : 14,
"Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.''

Friday, June 9, 2017

Kesaksian – (Buku) Heaven Is So Real! – Choo Nam Thomas - (Bagian Tiga)






















BAGIAN KETIGA: BAB 9-12


BAB 9 - KEKUATIRAN ADALAH DOSA


“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:6-7)

Sesudah sepuluh hari beristirahat dengan baik, tidur lelap setiap malam, saya tahu saya sudah siap untuk bertemu dengan Tuhan lagi dan pergi bersama-Nya ke surga. Pertengahan Maret – tepatnya 15 Maret 1996 – telah tiba, tetapi bukannya untuk menjadi tegang, memang, hari itu memberi saya saat yang sangat saya tunggu-tunggu sekali sejak Tuhan pergi hampir dua minggu yang lalu.

Dari jam 06.40 pagi sampai 08.40 pagi, saya menikmati kunjungan Tuhan dan perjalanan lain lagi ke surga. Seperti biasa, sebelum Ia tiba badan saya bergoncang, dan saya mengeluh selama tiga puluh menit. Kemudian Tuhan muncul di depan saya dan berkata, “Puteri-Ku, Aku perhatikan engkau cukup beristirahat sekarang. Kita masih ada banyak tugas untuk dikerjakan.”

Tuhan surga dan bumi prihatin terhadap saya, puteri serta pelayan-Nya. Ia memastikan saya sudah dapat mengejar kekurangan tidur saya sebelum Ia kembali untuk membawa saya beserta Dia. Ia mengerti terbatasnya badan dan jiwa saya, dan Ia betul-betul memperhatikan saya. Ia tahu apa yang baik untuk anak-anak-Nya, dan Ia akan menahan apa yang tidak baik bagi mereka yang mengasihi-Nya.

Sesudah dua kali terakhir saya pergi ke surga, badan saya merasa seolah-olah tidak dapat dikendalikan. Saya sangat letih karena goncangan, dan saya sering merasa pusing. Saya hanya tidur tiga jam satu malamnya untuk jangka waktu tiga minggu. Tidak mungkin bagi saya untuk tidur pada siang hari karena urapan Roh Kudus sangat kuat atas diriku.

Sedikit demi sedikit, saya belajar bagaimana mengendalikan keadaan dengan beristirahat lebih awal di sore hari untuk memastikan saya mendapat cukup tidur sebelum Tuhan tiba. Pada pagi ini, Tuhan membawa badan transformasi saya ke pantai di mana kami berjalan di pinggir laut sebentar sebelum Tuhan membawa saya ke surga. Hati saya dipenuhi keriangan dan pengharapan yang luar biasa waktu kami terbang.

Kami tiba ke tempat biasanya dan masuk ke gedung putih. Saat ini, saya sudah biasa dengan keadaan dan tata cara yang biasa kami ikuti. Kami berganti dengan pakaian surgawi kami, dan kemudian Tuhan memegang tangan saya ketika Ia memimpin saya turun ke sebuah jalan yang lebar yang menjurus naik ke suatu gunung yang sangat tinggi.

Serupa sekali dengan Pegunungan Cascade yang telah saya kunjungi di bagian barat laut Amerika Serikat, dan saya berkata surga seperti itu, dalam banyak hal, seperti bumi – tetapi ini jauh lebih indah daripada apapun yang pernah saya lihat di planet ini.

Banyak pohon-pohonan berdaun rindang dan semak-semak di tepi gunung. Dari puncak saya dapat melihat sebuah pantai. Itu adalah garis pantai yang berbatu, mirip sekali dengan gambar-gambar Pelabuhan Bar, Maine, yang telah saya lihat.

Segalanya berkilau keputihan yang cemerlang menakjubkan dan murni. Kami menuruni gunung dan berjalan di atas pasir diantara batu-batuan. Ini adalah pasir yang terputih dan terbersih yang pernah saya lihat, dan pantainya betul-betul terindah yang pernah saya temui.

Di dekatnya ada batu-batuan yang begitu besar sehingga saya tidak dapat melihat atasnya. Ketika kami berjalan mengelilingi salah satu daripadanya saya melihat sekumpulan besar orang yang memakai jubah putih. Tiap wajah seseorang jelas berbeda dengan yang lain, dan banyak anak-anak kelihatan sedang bermain di pasir. Beberapa anak kecil memegang tangan anak yang lebih remaja, dan setiap orang sedang berjalan-jalan dalam suasana bergurau dan bahagia. Sangat menggembirakan sekali melihat suatu tempat yang begitu cerah dan riang.

Tuhan dan saya duduk di atas salah satu batu yang besar untuk waktu yang singkat, sambil menikmati keindahan yang menggetarkan hati di sekeliling kami. Ia menoleh kepada saya dan berkata, “Aku telah membuat banyak hal di sini serupa dengan hal-hal di bumi sehingga anak-anak-Ku dapat menikmatinya apabila mereka datang ke kerajaan-Ku, tetapi banyak hal-hal yang tidak sama juga dengan hal-hal di bumi. Aku mempunyai banyak kejutan yang menggetarkan hati bagi anak-anak-Ku.”

Ia kedengaran sangat gembira – seperti orang tua yang telah menyediakan sebanyak mungkin hadiah untuk dibuka pada hari Natal oleh anak-anaknya. Tuhan seakan-akan ingin anak-anak-Nya bergembira – seperti mereka yang sedang bermain dengan riang gembira di pasir. Itulah sebabnya mengapa Ia menciptakan surga untuk menjadi tempat yang sangat indah. Ia akan menjadi rumah anak-anak-Nya selama-lamanya.

“Sukakah engkau dengan apa yang Kutunjukkan padamu, Choo Nam?”

“Ya, Tuhan. Saya telah melihat banyak pantai di bumi tetapi tidak ada satupun yang dapat menandingi pantai ini.”

Saya dapat merasakan, bahwa jawaban saya sangat menyenangkan hati Tuan saya.

Tidak lama sesudah itu kami meninggalkan pantai dan kembali ke gedung putih. Kami berganti dengan jubah dan mahkota yang agung, dan Tuhan membawa saya ke kolam di mana biasanya kami mengakhiri setiap kunjungan ke surga. Tuhan duduk di atas batu kegemaran-Nya sementara saya menyanyi dan menari penuh riang-ria dengan badan transformasi saya. Sementara itu, tangan-tangan badan duniawi saya sedang bergerak menurut irama musik surgawi.

“Aku masih mempunyai banyak hal untuk ditunjukkan kepadamu, puteri-Ku,” Tuhan berkata ketika saya mendekati Dia. “Engkau harus sabar.”

Ini berita yang baik bagi saya, sebab saya tahu yang Ia maksudkan, bahwa saya akan sering pergi ke surga dengan Dia lagi. Hati saya membubung tinggi karena senang dan girang ketika saya menari di tempat yang mengagumkan penuh kegembiraan dekat dengan kolam yang tenang. Saya ada di hadirat Tuhan, di tempat yang disediakan-Nya untuk saya, dan saya tahu saya semestinya adalah manusia yang paling bahagia yang pernah hidup.

“HENTIKAN KEKUATIRAN!”

Air mata sangat kegirangan mengalir turun dari wajah saya ketika saya berkata, “Terima kasih, Tuhan, karena membawaku ke surga bersama-Mu lagi.”

“Puteri-Ku, Aku melihat engkau kuatir tentang segala yang Aku minta engkau melakukannya. Aku telah memberitahumu banyak kali jangan kuatir, Nak, dan engkau tidak mematuhi Aku dalam hal ini.”

“Tuhan, maafkan aku. Sepertinya aku tidak dapat berhenti kuatir. Apa yang aku ingin kerjakan adalah pekerjaan di mana aku telah dipanggil oleh-Mu untuk melakukannya. Aku ingin melakukannya menurut cara yang Engkau perintahkan padaku, dan ini semua telah menyebabkan aku cemas.”

“Aku tidak mau engkau risau tentang apapun mulai sekarang dan seterusnya,” Ia memerintahkan. “Aku akan mengatur segalanya untukmu. Berhati-hatilah terhadap beberapa orang, sebab mereka akan memberimu nasihat yang salah. Karena itu, sementara engkau menulis buku, Aku tidak mau engkau keluar kota, dan Aku tidak mau siapa pun juga datang ke rumahmu, kecuali keluargamu.”

Perintah-perintah Tuhan lebih tegas daripada sebelumnya. Saya mendengarkan dengan sungguh-sungguh ketika Ia meneruskan.

“Sadarkah engkau bahwa tidak ada seorangpun datang mengunjungimu sejak Aku membawamu ke surga?”

“Oh, ya. Rupanya setiap kali saya mengundang seseorang untuk datang atau membuat janji untuk bertemu, selalu ada sesuatu yang terjadi yang mengubah rencana mereka.” “Sekarang engkau tahu kenapa, anak-Ku. Aku mau engkau memusatkan perhatianmu kepada buku tanpa gangguan-gangguan. Buku ini sangat penting bagi-Ku, dan ia akan menjadi berkat istimewa untuk anak-anak-Ku. Apapun yang engkau kerjakan, Aku mau engkau perbincangkan kepada-Ku terlebih dahulu. Segala sesuatu mengenai buku ini harus seturut kehendak-Ku.”

Perintah Tuhan yang jelas berbunyi di hati saya, ketika kami meninggalkan kolam, kembali ke gedung putih dan berganti dengan pakaian biasa kami. Sesudah itu kami kembali ke pantai di bumi, dan Tuhan berkata, “Anak-Ku, engkau lihat pantai ini sangat berbeda dengan pantai yang engkau lihat dalam kerajaan-Ku.”

“Tuhan, segala yang Engkau perlihatkan kepadaku dalam kerajaan-Mu begitu indah, kecuali hal-hal yang menyedihkan.”

“Inilah sebabnya mengapa Aku memilih engkau untuk mengerjakan pekerjaan ini. Aku tidak mau seorang pun daripada anak-anak-Ku harus pergi ke lubang neraka. Terserah kepada mereka mau percaya atau memilih untuk tidak percaya. Aku akan berbicara lebih banyak mengenai ini nanti, anak-Ku.” Ia lalu mengulurkan tangan-Nya dan merangkul saya. Ketika Ia pergi, goncangan badan saya berhenti.

Kuasa-Nya yang dilepaskan dalam tubuh saya mulai menyembuhkan tempat-tempat yang lemah dalam karakter saya yang masih tersisa dari masa kecil saya. Saya sedang belajar bagaimana menjadi lebih yakin, bagaimana bergantung dan sungguh-sungguh percaya akan Tuhan, tetapi saya masih bergumul dengan kecemasan tertentu dan ketakutan.

Pada 19 Maret 1996 Tuhan meluangkan waktu selama dua jam dengan saya, dari pukul 07.00 sanpai 09.00 pagi. Saya bergoncang selama satu setengah jam dan kemudian merintih dalam Roh selama lima belas menit lagi pagi itu. Kemudian saya mendengar bunyi yang menyukakan dan menggerakkan hati yaitu suara Tuhan berkata kepada saya. Ia memegang tangan saya dan kami kembali ke pantai.

Badan saya diubah kepada perwujudan yang ajaib, dan saya melihat saya sedang memakai jubah putih seperti yang telah dipakai Yesus. Kemudian kami naik gunung yang megah sepanjang jalan yang sempit. Saya melihat sebuah batu yang sangat besar di mana kami duduk untuk beristirahat.

Lamanya waktu tubuh jasmani saya harus menahan manifestasi-manifestasi yang mendahului kunjungan-kunjungan Tuhan lebih dari biasanya, jadi saya tahu kunjungan kali ini akan menjadi suatu kunjungan yang sangat istimewa. Pikiran saya berlomba-lomba dengan pengharapan-pengharapan serta kegembiraan. Apa yang akan ditunjukkan oleh Tuhan hari ini? Kemana Ia akan membawa saya?

Yesus memecahkan lamunan saya dengan berkata, “Aku tahu engkau masih cemas tentang hal-hal yang Aku beritahukan dan tunjukkan padamu. Aku memberitahukanmu untuk berhenti merasa kuatir.” Nada suara-Nya mengandung marah dan tegas.

“Engkau tidak percaya akan Firman-Ku.”

Saya seketika mengetahui apa yang Dia maksudkan. Saya masih kuatir tentang buku itu, bahkan sesudah apa yang dinyatakan-Nya kepadaku dulu. Ia telah memberitahu saya, bahwa setiap bagian terkecilpun akan ditangani-Nya dengan teliti, tetapi saya masih merasa gentar dengan proyek yang begitu pentingnya. Saya sungguh-sungguh merasa kecil oleh besarnya tugas ini.

Saya mulai menangis air mata malu dan bertobat atas teguran Tuhan. Saya menyatukan jari-jari tangan daya menundukkan kepala dan mulai memohon,

“Ampunilah saya, Tuhan. Bagaimanapun kuatnya saya mencoba untuk tidak kuatir, Tuhan, saya akhirnya masih risau tentang semuanya ini.”

“Mulai dari sekarang, Choo Nam, Aku ingin engkau berhenti kuatir. Aku tidak ingin engkau kuatir akan apa pun. Beberapa orang tidak akan mempercayaimu, tetapi engkau tidak perlu kuatir mengenai itu. Anak-Ku, Aku hanya memakai engkau untuk buku ini. Ini buku-Ku dan Aku yang mengurusnya.”

“Seperti yang telah Kukatakan dari permulaan, ia akan mengambil waktu sebentar untuk menyiapkan engkau bagi kerja ini, jadi jangan risau. Serahkan semuanya kepada-Ku. Jikalau engkau kuatir, engkau tidak membuat Aku bahagia.”

“Tuhan, minta maaf. Ampunilah saya.”

“Aku tahu engkau tidak tahu tentang banyak hal, tetapi Aku melihat, bahwa engkau berhati murni. Aku tahu engkau percaya segala sesuatu tentang Aku. Aku telah melihat ketaatanmu, dan Aku tahu engkau takut akan Firman-Ku.”

“Aku mau engkau memusatkan perhatianmu hanya pada pekerjaan-Ku dan tidak kepada yang lain. Aku gembira tentang segala sesuatu mengenai engkau, puteri-Ku. Setelah engkau menyelesaikan buku ini, Aku akan memberkahimu lebih dari pada apa yang pernah engkau inginkan.”

“Tuhan, aku memerlukan Roger untuk menolongku dengan sangat banyak-nya pekerjaan-Mu.”

“Suamimu akan melayani Aku melaluimu. Aku mempunyai banyak rencana untuk kalian berdua, jadi siapkan hatimu untuk melayani Aku. Semuanya akan mulai terjadi dengan segera. Sekarang Aku harus membawamu kembali.”

Kami berjalan turun dari gunung itu. Sewaktu kami berjalan di atas pasir saya merasa luar biasa bahagianya. Seolah-olah suatu beban yang sangat berat telah diangkat dari bahu saya. Benar Tuhan telah menunjukkan kepada saya banyak hal-hal yang baru dan penting – hal-hal yang membawa kesembuhan dan kemerdekaan pada jiwa saya yang takut-takut. Sesudah Tuhan meninggalkan saya pagi ini, saya merasa seperti seorang yang baru.

UTAMAKAN TUHAN DAHULU

Saya mulai menyelidiki di dalam Alkitab dan mencari apa yang dapat saya pelajari tentang dosa karena kuatir. Mata saya tertarik oleh kata-kata Yesus yang ditulis oleh Matius: “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Matius 6:33-34).

Isi ayat ini adalah Khotbah di bukit, di mana Yesus menyatakan rahasia-rahasia kemenangan rohani dengan murid-murid-Nya. Seperti saya, murid-murid itu resah tentang banyak hal. Mereka kuatir jikalau mereka tidak mempunyai makanan dan pakaian.

Yesus mengingatkan mereka:

“Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Tuhan mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?” (Matius 6:28-30)

Itulah kuncinya – iman! Roh Kudus lalu membawa saya ke satu ayat yang lain dari Alkitab yang menolong saya menjelaskan ini: “Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa” (Roma 14:23). Itulah sebabnya mengapa kuatir adalah dosa – ia bukan iman. Tuhan menghendaki kita berjalan di dalam iman, dan tetap dengan kemurahan kemuliaan-Nya Ia telah menunjukkan kepada saya begitu banyak hal. Saya telah melihat kenyataan adanya surga dan saya telah berjalan bersama Tuhan! Mengapa saya mesti kuatir lagi?

Musim semi dimulai dengan satu kunjungan lain ke pantai bumi. Dari jam 06.30 pagi sehingga 08.15 pagi pada tanggal 22 Maret 1996, Tuhan pergi dengan saya. Ia membawa saya ke pantai lagi, dan kali ini Ia kelihatan lebih diam daripada tiga hari sebelumnya. Akhirnya, Ia duduk di atas batu di sisi gunung di mana kami seringkali duduk, Yesus berkata, “Jangan sibuk dengan kesaksian di gereja, Choo Nam, pusatkan perhatian kepada pekerjaan-Ku.”

Ia tahu bahwa keinginan saya begitu meluap-luap untuk menceritakan pengalaman saya kepada semua orang yang saya jumpai. Meskipun saya seorang pemalu, saya pikir saya harus menceritakan kepada setiap orang apa yang saya lihat, dengar, dan alami. Kunjungan terakhir saya dengan Tuhan dan dilanjutkan dengan mendalami Firman telah memberi keyakinan dan keberanian kepada saya seperti yang belum pernah saya alami sebelumnya. Saya merasa sepertinya saya berani membagikan kesaksian saya pada jutaan orang!

Saya mengambil setiap kesempatan yang ada untuk bersaksi bagi Tuhan dan Tuan saya, dan saya menyangka Ia akan gembira sekali karenanya. Kenyataannya, hasrat saya sedemikian besar untuk bersaksi atas nama-Nya, sehingga saya telah mengulangi kesaksian saya berkali-kali dengan bantuan sebuah alat perekam.

Urapan Roh Kudus seakan-akan mendorong saya ke dalam pelayanan umum seperti ini.

Malahan waktu saya pergi berbelanja saya menceritakan kepada semua orang tentang surga. Beberapa orang memberi reaksi keheranan. Yang lain membalas dengan gembira dan ingin mendengar lebih banyak. Saya beritahu mereka untuk membaca bukunya apabila diterbitkan.

Ada orang-orang, seperti yang dapat saya lihat dari reaksi-reaksi wajah mereka, tidak mau mendengar tentang perjalanan saya ke surga, tetapi saya telah belajar, bahwa reaksi mereka yang ragu-ragu tidak penting. Saya tahu saya mempunyai sebuah kisah untuk diceritakan, dan reaksi manusia tidak akan dapat menahan saya daripada memberitakan kegairahan yang telah saya alami.

Saya menyadari bahwa kebanyakan orang percaya ingin mendengar lebih banyak. Banyak yang bertanya, “Kapan bukunya akan selesai?” Kebanyakan orang yang saya kenal adalah orang-orang yang percaya, termasuk anggota-anggota keluarga jauh saya yang semuanya telah memberikan sokongan mereka dengan mengatakan mereka percaya akan cerita saya. Ketika saya membagikannya dengan seorang kemenakan laki-laki, ia telah dijamah oleh Tuhan. Sekarang ia ikut belajar Injil dan ke gereja dengan tetap serta lapar sekali akan Tuhan.

Tuhan bukannya tidak suka, tetapi Ia dengan tegas mengulangi, “Aku ingin engkau memusatkan perhatianmu kepada buku; dengan itu engkau akan dapat memuaskan banyak gereja-gereja dan menjangkau orang-orang yang belum diselamatkan.”

Bunyi suara-Nya, kata-kata-Nya, pesan-Nya mengalirkan kegembiraan ke dalam roh saya. Saya mulai menyanyi dalam Roh, dan saya melihat Tuhan sedang memandang saya dan tersenyum. Dan saya dapat melihat wajah badan transformasi saya tersenyum kepada Tuhan selama saya menyanyi.

“Puteri-Ku, Aku menikmati waktu bersama kita,” Tuhan berkata sambil meletakkan tangan kanan saya ke bawah lengan-Nya. Lama Ia tidak banyak berbicara, tetapi akhirnya berkata.

“Aku ingin engkau menulis tentang bagaimana engkau hidup sebagai seorang percaya. Sangat penting sekali bagi orang-orang lain untuk mengetahui bagaimana engkau hidup bersama-Ku, untuk melihat bagaimana terbukanya hatimu kepada-Ku. Kejujuran serta ketaatan hidupmu sangat penting bagi-Ku, dan Aku tahu engkau selalu mengutamakan Aku di dalam hidupmu. Ketika engkau berdoa, engkau selalu berkata engkau akan mendahulukan Aku – bahwa Aku ini lebih penting bagimu daripada siapapun atau apapun di dunia.”

“Aku ingin engkau tahu bahwa Aku telah mendengar semua doa-doamu meskipun seakan-akan Aku belum menjawab satu-persatu. Aku tahu hati semua anak-anak-Ku. Aku tidak dapat memberkati setiap orang yang tidak mempunyai hati yang tulus, tetapi Aku sungguh ingin anak-anak-Ku diberkati.”

Setelah Ia meninggalkan saya, kali ini saya memikirkan kata-kata-Nya. Ia seolah-olah sungguh suka dengan saya, dan saya bergairah sekali mendengar Dia mengatakan, bahwa Ia telah mendengar semua doa-doa saya. Ia membawa saya ke sebuah ayat penting dalam Alkitab: “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya” (1 Yohanes 5:14-15). Tuhan mendengar dan menjawab doa-doa yang tulus dari anak-anak-Nya.

Ia menunjukkan kepada saya banyak sekali janji-janji doa yang berarti dan berharga, dan saya tahu Ia mau saya memohonnya satu-persatu:

“Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya. Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku.” (Mazmur 91:15-16)

“TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan.” (Mazmur 145:18)

“Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kau ketahui.” (Yeremia 33:3)

“Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.” (Matius 6:8)

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu, carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” (Matius 7:7-8)
                                                                                                  
“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dan dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.” (Matius 21:22)

Ini hanya beberapa daripada janji-janji doa yang berkuasa dari Firman Tuhan yang diperlihatkan oleh Roh Kudus pada saya. Pada 23 Maret 1996 saya sedang berdoa dengan khusyuknya di bawah satu urapan Roh Kudus yang kuat. Badan saya menggetar dengan hebat, dan keluhan-keluhan dari dalam roh saya keluar dengan kerasnya seperti yang belum pernah saya alami sebelumnya.

Tuhan datang ke kamar tidur saya dan duduk dekat jendela. Kemudian saya melihat badan transformasi saya sedang duduk di sebelah Tuhan, dan saya sangat terkejut. Tubuhnya seperti saya sedang mengalami keluar dari badan saya sama sekali – saya betul-betul roh. Suara Yesus yang lembut berkata kepadaku: “Engkau menyerahkan seluruh hidupmu untuk-Ku. Hatimu dengan tulus membuang semua perkara duniawi untuk-Ku. Sekarang Aku tahu bahwa tidak ada sesuatupun dapat membawa kepuasan kepadamu lebih daripada berada di hadirat-Ku. Sebab itu, Aku tidak mau engkau berkata bahwa engkau kurang baik untuk-Ku. Kesetianmu sangat penting bagi-Ku.”

Suatu suara luar biasa, suara surgawi keluar dari roh saya. Gejala ini biasanya terjadi bersamaan dengan penglihatan-penglihatan yang diberikan Tuhan kepadaku.

Kemudian Tuhan menunjukkan kaki dan tangan-Nya kepada saya. Saya dapat melihat bekas luka-luka dari paku pada kaki-kaki dan tangan-tangan-Nya. Pada mulanya Ia duduk dengan kaki-kaki-Nya tersilang, tetapi kemudian Ia meluruskan kaki-kaki-Nya. Saya melihat, bahwa pada bagian atas kedua belah kaki-Nya ada bekas luka yang bulat dan dalam. Kemudian saya melihat ke dua belah tangan-Nya – ada bekas-bekas luka yang bulat dan putih. Sangat dekat pergelangan tangan-Nya.

Hati saya tersayat untuk Tuhan dan Tuan saya. Saya menyentuh tangan-tangan-Nya dan kaki-kaki-Nya. Lalu saya membenamkan wajah saya ke dalam tangan-tangan dan kaki-kaki-Nya dan mulai menangis tersedu-sedu. Saya menangis seperti seorang bayi ketika saya sadar akan semua yang telah dialaminya. Saya bertanya dalam hati, apakah seluruh rumah dapat mendengar tangisan saya. Saya dapat melihat badan transformasi saya dengan mukanya dalam tangan dan kaki Tuhan, membelainya dengan lembut dan saya tahu saya sedang menangis dalam badan transformasi saya. Tuhan mulai berbicara.

“Ketika Aku masih di bumi Aku hidup untuk Firman Bapa-Ku, dan Aku tahu apa yang harus Aku hadapi, tetapi Aku hidup untuk Firman Bapa-Ku. Itulah sebabnya mengapa seluruh surga dan bumi adalah milik-Ku sekarang.”

“Sangat banyak anak-anak-Ku yang tahu apa yang Aku inginkan mereka berbuat, tetapi mereka masih lebih cinta akan perkara dunia ini daripada firman-Ku. Anak-anak yang hidup dalam Firman-Ku, sesuai dengan Firman-Ku, adalah mereka yang hatinya kudus. Mereka adalah satu-satunya yang akan masuk rumah-rumah yang telah Kusediakan bagi mereka, seperti yang engkau lihat dengan namamu pada pintu. Tak seorang pun dapat melihat keduanya: kerajaan dunia ini dan kerajaan-Ku. Jikalau seseorang mencintai dunia lebih daripada mencintai-Ku, ia tidak dapat masuk ke dalam kerajaan-Ku.”

Ini adalah pesan Tuhan yang paling tegas yang pernah diberikan kepada saya selama ini. Saya tahu, bahwa saya harus mencatatnya dengan teliti dan cermat supaya dunia tahu bahwa Ia mau menjadi yang Pertama di dalam segala segi kehidupan kita. Ia menciptakan kita dan mati untuk kita supaya kita tidak binasa dalam neraka. Ia melanjutkan :

“Ketika Aku masih di dunia ini, Aku menderita sehingga akhir. Aku serahkan hidup-Ku untuk anak-anak-Ku. Aku ingin mereka hidup dengan Firman-Ku sehingga mereka mendapat kehidupan yang kekal bersama-Ku. Kehidupan duniawi ini tidak akan pernah dapat dibandingkan dengan kerajaan-Ku.”

Ketika Ia mengucapkan kata-kata ini nadanya sedih dan pedih.

Saya tidak akan pernah melupakan kata-kata itu – dan saya tahu kata-kata itu sangat benar. Dalam hidup ini tidak ada sesuatu yang dapat dibandingkan dengan kerajaan Tuhan. Saya telah melihatnya, dan saya tahu kerajaan-Nya disediakan untuk kita.


BAB10 - YERUSALEM TELAH TERSEDIA


“Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu. Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-Ku, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari surga dari Allah-Ku, dan nama-Ku yang baru.” (Wahyu 3:11-12)

Musim semi – musim di mana bunga-bunga sangat indah, angin sepoi hangat dan pohon-pohon bertunas. Di Negara bagian Washington, dimana saya tinggal, inilah waktu yang paling mengagumkan setiap tahun. Di surga, seolah-olah tak habis-habisnya musim semi – kehangatan, keindahan, kedamaian, dan kegembiraan dimana-mana. Di dalam hati saya, saya telah merayakan musim semi sepanjang penghabisan musim dingin disebabkan oleh kunjungan-kunjungan saya dengan Tuhan. Dan perjalanan-perjalanan saya yang penuh gairah ke surga.

Pada 24 Maret 1996, Roger dan saya mengikuti kebaktian gereja. Pendeta kami berkhotbah tentang penderitaan Yesus sebelum disalibkan. Masa menjelang perayaan Paskah – waktu orang-orang Kristen mempersiapkan penyaliban dan kebangkitan Yesus Kristus. Waktu pendeta menggambarkan penderitaan Tuhan dan membaca ayat suci yang berhubungan dengan penderitaan-Nya, saya mulai menangis. Tidak mengherankan bagi saya bergoncang waktu penyembahan kami, tetapi kali ini badan saya bergoncang begitu kuat sehingga hampir membuat saya terjatuh dari kursi saya. Urapan Roh Kudus sangat melimpah ke atas saya.

TANGAN-TANGAN DAN KAKI-KAKI YANG BERBEKAS LUKA

“Puteri-Ku, Aku ingin engkau melihat tangan-tangan-Ku lagi,” dan Ia menunjuk kepada bekas luka-luka di kedua tangan dan kaki-Nya. Suara aneh yang biasa saya suarakan ketika penglihatan-penglihatan rohani datang kepada saya kali ini tidak keluar. Saya duduk di hadirat Tuhan, sama sekali diam waktu Ia meneruskan berkata kepada saya.

“Aku ingin engkau terus menulis apa yang Aku tunjukkan padamu,” Ia berpesan. Saya mengangguk tanda setuju.

Tak terhingga gembiranya dapat mengunjungi secara pribadi dengan Tuhan selama ibadah kebaktian umum kami. Saya ingin berdiri dan memberitahu setiap orang bahwa saya baru saja melihat Tuhan dan bahwa Ia memperlihatkanku bekas-bekas luka-Nya, tetapi Roh di dalam diri saya mencegah saya untuk berbuat demikian, jadi saya duduk dengan sabar sampai kebaktian selesai. Saya percaya ini adalah “suara kecil, tenang” Roh Kudus Tuhan yang meminta saya untuk tidak berbicara.

Sejak itu saya telah belajar bahwa seperti yang ditulis oleh Salomo, ada waktu untuk berbicara dan ada waktu untuk diam (lihat Pengkhotbah 3:7). Yesus sedang melatih saya untuk menjadi peka atas bimbingan Roh di dalam hidup saya, dan saya tahu, bahwa sampai Ia menyuruh saya, sebaliknya saya terus menerima bukan memberi.

Selama kebaktian saya menangis di bawah urapan Roh Kudus yang indah. Goncangan mereka ketika Tuhan pergi, tetapi air mata tidak. Saya mendengar kata-kata pendeta, tetapi pikiran dan roh saya berpusat kepada sesuatu yang lain – bekas luka-luka Tuhan yang sampai sekarang telah dua kali diperlihatkan pada saya.

Saya mulai mendalami beberapa ayat Alkitab yang saya ingat dari pelajaran saya dan kebaktian gereja lainnya : “Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpa kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh” (Yesaya 53:5). “Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya : Tempat Tengkorak. Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya. Sesudah menyalibkan Dia mereka membagi-bagi pakaian-Nya dengan membuang undi” (Matius 27:33-35).

Saya dapat melihat Tuhan dan Tuan saya yang saya kasihi tergantung pada kayu salib dari Kalvari, di atas bukit Golgota. Paku-paku yang tajam merobek daging kedua telapak tangan dan pergelangan kaki-Nya ketika Ia tergantung di sana sangat lemah dan letih lesu. Tombak serdadu Romawi membuat luka yang menganga pada lambung-Nya, dan aliran darah dari mahkota duri yang ditekan masuk kepala-Nya turun melalui wajah-Nya

Ada satu genangan darah pada kaki kayu salib, dan orang-orang menginjak darah-Nya ketika mereka memanjat, mencoba mengambil jubah-Nya tak ada jahitan tepinya. Langit di atas berwarna kelabu suram, dan kilat memancar dari jauh.

Orang-orang menghina Dia, meludahi Dia, dan menyumpahi Dia. Mereka sedang merayakan pesta jahanam atas pengorbanan Tuan saya. Kemudian, terbayangkan oleh saya, ibu-Nya, Maria, tertunduk dekat kayu salib, badannya gemetar dan air mata mengalir deras dari wajahnya.

Oh, bagaimana saya mengerti perasaan pada hari Jumat suci yang pertama – ia harus memandang puteranya yang telanjang, orang yang sangat disayanginya, disiksa dan dibunuh di depannya – dan tidak ada apa yang dapat diperbuatnya untuk menghentikan itu. Yesus dapat memanggil selaksa malaikat untuk datang menolong-Nya, tetapi ia bahkan memilih mati disalibkan dengan kejam dan memalukan supaya kita dapat menemukan jalan kehidupan.

Saya bersyukur kepada Tuhan untuk penglihatan-penglihatan yang diberikan-Nya kepada saya, sebab sekarang saya benar-benar mengerti segala yang dialami oleh Yesus untuk orang-orang yang sangat dicintai-Nya. Ia digantung di atas kayu salib yang kejam, di antara surga dan bumi, supaya kita akan memperoleh hidup yang kekal. Ia tidak pernah berdosa, akan tetapi Ia dengan rela menanggung sendiri semua dosa kita. Alangkah mulianya Juruselamat kita!

Bekas luka-luka pada tangan dan kaki-Nya nyata. Saya telah melihatnya. Itu adalah tanda penderitaan yang hebat – kesakitan yang dialami-Nya untuk Saudara dan saya.

IKAN DI SURGA ?

Pada 25 Maret 1996 Yesus mengunjungi saya dari jam 06.35 pagi sampai 08.50 pagi. Kami berjalan dan bercakap bersama seperti biasa – di pantai, diatas jembatan emas, sepanjang jalan yang berliku. Sesudah berjalan di jalan yang biasa sebentar, Tuhan mengiringi saya ke jalan yang lain, sepanjang sebuah jalan yang lebar dan putih. Kelihatannya seperti sebuah jalan raya di Amerika yang dibarisi oleh pohon-pohon pada kedua sisinya.

Pohon-pohon ini sangat tinggi dan daun-daunnya paling menarik yang pernah saya lihat. Ketika kami berjalan, saya melihat, bahwa pohon-pohon itu mulai berubah warnanya. Seperti berjalan sepanjang deretan pelangi – susunan warna-warnanya luar biasa!

Jalan ini menuju ke sebuah bukit yang lebih kecil dari jangkauan yang biasa kami daki. Dari puncaknya lambat laun saya melihat sebuah sungai perak berkilauan oleh cahaya matahari surga. Deretan gunung-gunung dipenuhi pemandangan yang keindahannya hanya dapat dihasilkan oleh surga. Gunung-gunung kelihatan seperti berhutankan pohon-pohonan yang selalu menghijau.

Kami menuruni sisi bukit dan berjalan menuju ke air di mana kami melihat segala macam ikan berenang di sungai yang berbatu dasarnya. Sangat mengagumkan, saya melihat ikan di surga, dan saya mulai tertawa. Saya sangat menikmati saat ini sehingga saya melangkah dan mulai berjalan di dalam air.

Saya mengulurkan tangan saya ke bawah dan menangkap seekor ikan berbelang merah dan mengangkatnya keluar dari air. Saya tak dapat menahan tertawa saya, jadi ikan itu meloncat keluar dari tangan saya dan berenang ke tempat yang aman. Memperhatikan tangkapan saya berenang pergi ke dalam kebebasan mutlak, melompat-lompat dengan ikan-ikan lainnya, menyebabkan saya tertawa geli sampai keluar air mata. Saya menangkap seekor ikan yang lain – yang ini warnanya berbeda – dan ia melompat keluar dari tangan saya juga. Ini adalah waktu yang penuh dengan riang-ria, dan Tuhan mulai tertawa bersama saya.

Ia mulai ikut serta dalam perbuatan saya, mengulurkan tangan dan menangkap seekor ikan yang sangat besar berwarna seperti “lapisan berwarna-warni”. Ia melihat kepada ikan itu dengan kagum dan kemudian melemparkannya kembali ke dalam sungai, masih dengan tertawa. Sungguh menyenangkan sekali melihat Tuhan menikmati waktu bersama saya.

Saya terus tertawa – bebas, tertawa terbahak-bahak – dan rasanya begitu bahagia. Semakin saya mendengar tertawa Tuhan, semakin kuat saya tertawa. Akhirnya, saya dipenuhi oleh tawa, tetapi merasa sangat tenteram.

Yesus berkata, “Anakku, engkau tentunya sangat menikmati ini. Sukakah engkau memancing ikan?”

“Aku hanya menikmati keadaan di sini, Tuhan.”

“Aku mempunyai lebih banyak ikan untuk ditunjukkan padamu nanti. Apakah engkau mau menangkap lebih banyak ikan?”

“Aku terlalu sibuk tertawa untuk dapat menangkap seekor ikan pun, Tuhan,” kata saya ditengah-tengah gelombang tawa.

“Lebih baik kita kembali sekarang, puteri-Ku. Aku harus membawamu ke suatu tempat yang lain.”

Kami meninggalkan sungai, dan saya merasa sangat dibersihkan oleh saat-saat tawa yang menggembirakan sebelumnya. Ikan-ikan sangat menyenangkan, dan saya ingat, “Hati yang gembira adalah obat yang manjur” (Amsal 17:22). Saya merasa saya telah minum obat kegembiraan yang tidak akan habis selamanya!

Alangkah bahagianya melihat Tuhan saya jelas sekali merasa senang dengan kegirangan dan kebahagiaan saya. Pengalaman ini menolong saya mengerti ayat : “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa” (Mazmur 16:11).

Saya telah menjalani jalan kehidupan di surga, dan saya telah minum dari sungai sukacita-Nya seperti yang digambarkan oleh si pemazmur : “Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayap-Mu. Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah-Mu; Engkau memberi mereka minum dari sungai kesenangan-Mu. Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang” (Mazmur 36:8-9).

Kegembiraan saya meluap-luap seperti air mancur dan melimpah ruah seperti air terjun.

TERBANG MELINTASI SURGA

Kami kembali ke jalan sama yang telah kami lalui untuk sampai ke sisi gunung. Lalu Tuhan membawa saya ke sebuah gunung yang tinggi melalui sebuah jalan yang sangat yang dibatasi oleh pohon-pohon yang tinggi besar dan semak-semak. Kami berjalan sepanjang jalan ini beberapa waktu lamanya. Ini menyebabkan saya ingin tahu kemana kami pergi. Saya juga ingin tahu mengapa jalan ini sangat sempit.

Akhirnya kami sampai ke ujung jalan di mana saya melihat melalui bukit dan melihat sebuah pagar putih mengelilingi banyak bangunan-bangunan putih. Bangunan-bangunan itu berkilauan oleh warna putih yang terputih – suatu putih yang lebih cemerlang daripada putihnya salju yang baru jatuh. Saya ingin lebih dekat dengan pemandangan di depan saya, tetapi seperti biasanya seringkali Yesus menunjukkan adegan ini kepada saya dari jauh. Saya tidak mengerti mengapa.

Ia berkata kepada saya, “Puteri-Ku, Aku ingin engkau melihatnya dengan jelas, jadi kita harus turun ke sana.” Ia menjangkau, memegang tangan saya, dan kami mulai terbang. Suatu pengalaman yang mendebarkan hati, dan keluhan yang keras keluar dari badan jasmani saya.

Ketika kami mendarat di lembah yang subur, Yesus membawa saya ke jalan yang putih murni ini. Lalu saya nampak bahwa ada rumah-rumah putih yang indah di kedua sisinya. Jalannya putih dan bercahaya seperti kaca. Kesemuanya serba putih disana. Pagarnya kelihatan seolah-olah lebih tinggi daripada rumah-rumah yang saya nampak dari puncak bukit.

Rasanya tidak mungkin, pada waktu ini, untuk saya menerangkan, atau bahkan mengusulkan, mengapa Tuhan menunjukkan kepada saya beberapa hal yang dimiliki-Nya. Seringkali Ia menunjukkan hal-hal yang sama pada dua kesempatan yang berlainan. Kami biasanya tidak menghabiskan banyak waktu pada setiap tempat, dan Ia memberikan sedikit penjelasan tentang artinya, tetapi bagi saya tak mengapa sebab saya tahu waktunya akan tiba saat saya akan mengenal dengan sempurna, seperti saya sendiri dikenal (lihat 1 Korintus 13:12).

Tuhan mengatakan, bahwa Ia harus menunjukkan ini kepada saya ini, jadi kami mendekati salah satu rumah-rumah itu. Ia mempunyai dua belah pintu dengan bingkai emas. Pintunya dihias dengan kaca berwarna. Saya terutama sekali melihat tombol pintu dari emas murni!

Ketika kami masuk rumah itu, saya melihat, bahwa semua jendelanya terbuat dari kaca berwarna. Permadaninya berwarna-warni – suatu campuran warna-warna yang lembut dan memberi kesan bagian dalam rumah sangat klasik. Batu permata yang menghiasi dinding-dinding bercahaya dan bersinar. Saya merasa seperti sedang melangkah ke dalam sebuah lukisan dan bukan sebuah rumah. Saya berjalan menaiki anak tangga emas yang mempunyai pola sketsa yang berbelit-belit di permukaannya. Pada bagian atas anak tangga, saya berjalan ke dalam sebuah kamar tidur di mana sebuah tempat tidurnya berdiri lebih hebat dan lebih besar daripada tempat tidur ukuran raja manapun di bumi. Saya mengelilinginya dan masuk ke kamar hias. Semuanya dipenuhi dengan emas dan batu permata berharga pada dindingnya kecuali satu. Dinding itu mempunyai kaca ukuran satu badan untuk memantulkan keindahan yang luar biasa dari suasana sekeliling secara langsung.

Saya memperhatikan, bahwa semua ruangan dalam rumah itu besar sekali, termasuk kamar berhiasnya. Kenyataan, setiap rumah yang Tuhan perlihatkan pada saya mempunyai kamar-kamar yang luas dan indah sekali diluar perkiraan.

Saya mulai bernyanyi dengan gembira sewaktu saya berjalan sepanjang gang, masuk setiap kamar dan menikmati tempat tinggal yang begitu menyenangkan. Sesudah pesiar saya diatas selesai, saya turun ke bawah, di mana Tuhan sedang berjalan mengelilingi sebuah ruangan yang sangat menyerupai kamar tamu. Ia mendengar saya, menoleh, memandang saya, dan berkata, “Sukakah engkau akan tempat ini?”

“Ya, Tuhanku. Rumah ini cantik. Siapakah yang akan tinggal dalam rumah-rumah yang Engkau tunjukkan padaku ini?”

“Semua anak-anak-Ku akan tinggal dalam rumah-rumah ini. Aku telah menyediakan untuk mereka. Mereka akan tinggal di sini lebih cepat dari apa yang mereka duga.”

KOTA KUDUS

Tuhan memegang tangan saya dan kami meninggalkan lembah yang cantik itu. Selanjutnya, kami berjalan atas sebuah jalan yang terpisah yang sama warnanya seperti jalan berbata kuning di film The Wizard of Oz. ada rumah-rumah berwarna putih pada kedua sisi jalanan itu. Pulau di tengah-tengah jalan itu dihiasi dengan pohon-pohon buah-buahan yang telah diletakkan teratur sepanjang sebuah aliran yang jernih dan berwarna biru yang tak terkatakan panjangnya. Ada banyak batu-batu cantik pada ke dua sisi aliran air.

Kemudian Tuhan memegang tangan saya dan berkata, “Kita naik ke atas, puteri-Ku.” Kami terangkat dari atas tanah lurus ke atas, seperti sebuah helikopter, dan kemudian kami mulai terbang. Ia membawa saya ke gunung yang sama di mana kami memulai perjalan khusus ini.

Ketika kami sedang terbang, badan duniawi saya, terbaring di atas tempat tidur, menjerit karena panik. Dalam badan transformasi saya bagaimanapun juga, saya mulai biasa dengan hal-hal luar biasa yang saya alami di surga. Kami berjalan kembali ke jalanan yang sempit dan pergi ke bangunan putih dimana kami selalu berganti pakaian kami. Seterusnya, kami pergi ke kolam yang tenang.

Saat kami tiba di kolam saya mulai menyanyi dan menari. Hati saya masih melayang dengan gembira. Tuhan berkata, “Mari, Choo Nam, duduk dekat-Ku.” Saya menurut dan mengambil tempat di atas batu di sebelah-Nya sambil memegang tangan-Nya.

“Anak-Ku, Aku menunjukkan sungai dan Yerusalem Baru kepadamu. Rumah-rumah itu ada di Yerusalem – Kota Kudus. Kita semua akan tinggal di Yerusalem ketika Aku membawa pulang anak-anak-Ku. Aku ingin semua anak-anak-Ku mengetahui bahwa Yerusalem sudah tersedia bagi mereka.”

“Engkau melihat tidak ada jalan untuk masuk ke dalam Yerusalem. Karena itu, kita harus terbang untuk ke sana. Kita semua akan segera terbang ke sana – itulah sebabnya pekerjaanmu sangat penting.”

“Aku tak ingin engkau tertinggal apapun yang telah Aku tunjukkan atau ceritakan padamu,” Tuhan meneruskan. “Aku tahu beberapa orang tidak akan percaya banyak hal yang Kutunjukkan padamu – yang ragu-ragu dan mereka yang tidak mengenal Firman-Ku – tetapi Aku tahu betapa kerasnya engkau berusaha menyenangkan Aku.”

“Setelah engkau menyelesaikan kerja ini, hidupmu akan menjadi gembira selalu – lebih indah daripada yang telah engkau alami. Engkau akan diberkati. Barangsiapa percaya padamu dan menolong akan diberkati juga.”

“Engkau akan menjadi suatu keajaiban kepada semua gereja, suatu kegembiraan bagi mereka yang siap dan menantikan-Ku, dan suatu berita buruk bagi mereka yang mencintai dunia lebih daripada mencintai Aku. Buku ini akan membantu melepaskan banyak orang yang sedang dalam kegelapan rohani.”

“Anak-Ku, engkau tak usah peduli dengan apa yang akan orang pikir atau katakan; tulis saja apa yang Kuperlihatkan dan kuceritakan padamu. Aku percaya sepenuhnya akan ketaatanmu. Engkau selalu takut dan percaya Firman-Ku sejak engkau mengenal-Ku. Aku melihat, bahwa engkau tidak pernah dengan sengaja tidak taat sejak engkau memberikan hatimu kepada-Ku, dan engkau selalu mengutamakan Aku di dalam hidupmu. Karena itulah Aku memilihmu sebagai puteri dan teman-Ku yang istimewa.”

Kata-kata-Nya begitu rendah hati dan meyakinkan. Menyebabkan saya merasa girang. Satu hal yang saya tahu dengan pasti – sejak saya menjadi seorang percaya saya selalu berusaha untuk menyenangkan Tuhan saya, meletakkan Dia sebagai yang pertama dalam setiap keadaan dan keputusan. Ia memberkati ketaatan saya.

“Akan mengambil waktu yang lama menyiapkanmu untuk pekerjaan ini,” Ia berkata. “Sekarang engkau tahu bagaimana istimewanya engkau untuk-Ku. Engkau berkata bahwa engkau telah memberikan hidupmu pada-Ku, dan Aku tahu hatimu. Jangan sekali-kali menyimpang dari tanggung jawab ini, Choo Nam.”

Apapun yang harus engkau korbankan, atau lepaskan, di dalam kehidupan duniamu akan dipulihkan kepadamu di surga. Di surga, engkau akan bersama-Ku selamanya.”

Bagi saya, itu adalah kata-kata yang terpenting dari segalanya. Janji inilah yang membuat saya berjalan terus, sebab saya tahu bagaimana tak terperikan indahnya bersama dengan Dia. Menggairahkan mengetahui, bahwa saya akan di hadirat-Nya selama-lamanya adalah pikiran yang paling terberkati dari semuanya.

“Tuhan, aku tidak begitu pandai,” saya menangis. “Hanya karena aku mencintai-Mu lebih daripada hidupku sendiri. Aku tidak bahagia dengan siapapun atau apapun kecuali ada Engkau. Aku merasakan sangat gembira.”

Barang siapa mengijinkan Aku mengatur hidupnya akan diberkati. Mereka adalah anak-anak-Ku yang taat. Engkau adalah anak-Ku yang istimewa.”

Ketika kunjungan selesai saya merenungkan hal-hal yang telah diberitahukan Yesus kepada saya. Yerusalem Baru datang dari Surga. Ia sudah siap sekarang. Tuhan ingin anak-anak-Nya menikmati kemuliaan kekal bersama Dia. Ia telah memilih saya untuk membagikan semuanya ini dengan siapa saja yang mau mendengar.

Sepanjang hari saya mempelajari apa yang dikatakan Alkitab tentang Yerusalem Baru. Ketika saya membaca pasal ke dua puluh satu dari Wahyu, saya sadar bahwa rasul Yohanes telah mengalami peristiwa yang sama dengan Tuhan yang mana baru saja saya nikmati.

“Lalu di dalam roh Ia membawa saya ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan Ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu. Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah. Kota itu penuh dengan kemuliaan Tuhan dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.” (Wahyu 21:10-11)

Saya sangat terpikat oleh penggambarannya tentang kota sorgawi, karena saya telah melihat sangat banyak hal-hal yang ditulisnya. “Dan aku tidak melihat Bait Suci di dalamnya : sebab Allah Tuhan Yang Mahakuasa, adalah Bait Sucinya, demikian juga Anak Domba itu. Dan kota itu tidak memerlukan matahari dan bulan untuk menyinarinya, sebab kemuliaan Allah meneranginya dan Anak Domba itu adalah lampunya.” (Wahyu 21:22-23)

Saya telah berjalan dalam gerbangnya tidak akan ditutup pada siang hari, sebab malam tidak akan ada lagi di sana; dan kekayaan dan hormat bangsa-bangsa akan dibawa kepadanya. Tetapi tidak akan masuk kedalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dosa, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu. (Wahyu 21:25-27)

Inilah yang telah diberitahukan Yesus kepada saya – surga disediakan untuk mereka yang patuh. Hanya yang hatinya tahir akan dapat masuk dan hidup disana. Saya meneruskan bacaan saya, ke pasal 22, dan saya betul-betul tercengang oleh penegasan tentang kenyataan surga yang telah saya alami ini.

“Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir keluar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu. Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.” (Wahyu 22:1-2)

Saya telah mengecap air sungai itu, dan saya telah berjalan di jalan-jalannya. Saya telah melihat pohon-pohonnya dan bahkan telah merasakan buahnya dari beberapa pohon.

Pesan yang diberikan Yesus kepada Yohanes adalah sama dengan yang diberikan-Nya kepada saya. Inilah pesan yang Tuhan ingin saya beritahukan setiap orang yang mau mendengarkan: “Sesungguhnya Aku datang segera. Berbahagialah orang yang menuruti perkataan-perkataan nubuat kitab ini” (Wahyu 22:7).

Tuhan adil, dan Ia ingin semua orang tahu : “Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir” (Wahyu 22:12-13).


BAB11 - MAKANAN SURGAWI KENIKMATAN SURGAWI


“…Berbahagialah mereka yang diundang ke Perjamuan kawin Anak Domba…”. (Wahyu 19:9) (Tekanan Ditambahkan)

Seluruh badan saya bergetar dengan kuat selama tiga puluh menit sebelum kedatangan Tuhan pada tanggal 27 Maret. Saya dapat bersama-Nya dari jam 06.30 pagi sampai 08.45 pagi. Setelah bergoncang 30 menit, Tuhan datang dan memegang tangan saya.

Di dalam badan transformasi saya, saya berjalan dengan Tuhan di pantai dan kemudian Ia mengiringi saya ke surga. Kami berjalan melalui gerbang-gerbang mutiara dan pergi ke gedung putih untuk mengganti pakaian kami. Setelah berganti, kami berjalan menyeberang jembatan emas.

Semuanya menjadi begitu biasa untuk saya. Setiap orang percaya, saya yakin, akan mengalami prosedur yang sama waktu ia pergi ke surga. Saya berbagi kesempatan yang istimewa mengunjungi surga sebelum mati. Rasul Paulus menulis mengenai salah satu daripada jiwa-jiwa yang beruntung di pasal ke 12 dari 2 Korintus.

“Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas yang lampau – entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Tuhan yang mengetahuinya – orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. Aku juga tahu tentang orang itu, – entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Tuhan yang mengetahuinya – ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus, dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tak boleh diucapkan manusia.” (2 Korintus 12:2-4)

Saya tahu dengan tepat apa yang dialami rasul itu, sebab banyak hal yang saya lihat dan dengar di surga, dilarang untuk saya beritahukan kepada orang lain.

KUNJUNGAN-KUNJUNGAN KE SURGA SESUAI ALKITAB

Rasul Yohanes, seperti yang telah ditulis di dalam kitab Wahyu, juga pergi ke surga. Kunjungannya di dahului oleh kunjungan pribadi Tuhan Yesus, yang mengatakan,”Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa” (Wahyu 1:8). Seperti Yohanes, kunjungan-kunjungan saya ke surga selalu di dahului dengan kunjungan Tuhan.

Nabi Elia pergi ke surga juga. Bagian yang mencatat tentang pertemuan surgawinya mengatakan : “Sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai” (2 Raja-raja 2:11). Elia terbang ke surga dengan jalan melalui angin badai, dan saya percaya penerbangan-penerbangan saya ke surga dapat digambarkan dengan cara yang sama.

Tuhan telah bermurah hati kepada banyak yang lain sebelum saya – orang-orang yang diangkat-Nya ke surga sebelum mati. Dalam setiap kejadian, ada maksud tertentu yang berhubungan dengan waktu itu untuk kunjungan-kunjungan ke surga. Selalu, Tuhan prihatin mengenai menyadarkan orang-orang-Nya, bahwa Ia mau mereka hidup bersama Dia selama-lamanya.

Betapa istimewanya saya ada di antara sedikit orang-orang yang terpilih yang mendapat kehormatan dengan cara ini. Semakin saya memikirkan mengenainya, ini bukan karena saya sangat istimewa tetapi hanya karena saya mau mengikuti dan melayani Tuhan saja selama-lamanya. Hati saya berdebar ingin memberitahukan orang lain untuk mengetahui tentang kunjungan-kunjungan saya ke surga.

MAKANAN UNTUK KERAJAAN

Tuhan dan saya berjalan sepanjang jalan lama sekali, kemudian kami membelok ke kanan, berjalan ke sisi bukit turun ke tangga dari batu. Saya melihat sebuah danau yang kelihatan seperti sebuah sungai yang sempit dan sangat panjang.

“Apa yang akan Aku perlihatkan padamu, puteri-Ku, akan menjadi sangat berharga bagi anak-anak-Ku.”

Ada pohon buah-buahan yang bagus sekali pada kedua tepi sungai. Pada satu tepi, pohon-pohonnya menghasilkan buah berwarna ungu; pada tepi yang lain, pohon-pohonnya sarat dengan buah berwarna merah indah. Buah-buahan ini begitu menarik, dan saya ingin sekali mencobanya. Buah yang merah berbentuk seperti titik-titik air mata yang besar.

Tuhan tentu tahu keinginan saya untuk mencoba buah-buahan ini, jadi Ia mengulurkan tangan, memetik satu dan memberikannya kepada saya untuk dimakan. Ini tidak seperti buah yang pernah saya makan. Sedemikian lezatnya sehingga dari mulut badan jasmani saya keluar air liur turun ke sisi wajah saya.

“Mengapa Engkau tidak makan, Tuhan?”

“Aku tidak lapar, tetapi aku girang melihat engkau menikmatinya.”

Kami berjalan lama sekali, kemudian saya melihat sebuah jembatan yang sangat indah berbuat dari kayu merah. Ketika kami melaluinya, saya melihat ke bawah dan kelihatan airnya dipenuhi dengan banyak sekali jenis ikan yang berlainan.

“Apa gunanya ikan-ikan ini?” saya bertanya

“Inilah makanan untuk kerajaan,” Tuhan menjawab.

Saya girang mengetahui, bahwa kita akan makan buah dan ikan di surga. Kenyataan, bahwa ini adalah makanan utama kerajaan memberi kesan, bahwa kita harus memakannya lebih banyak di bumi. Saya selalu berpendapat, bahwa ikan dan buah adalah makanan sehat yang sangat berkhasiat, dan kunjungan ke surga menguatkan pendapat saya.

Melihat ikan berenang dengan leluasanya di dalam air selalu membuat saya tertawa. Saya mulai tertawa kecil dan kemudian saya bertanya, “Tuhan, dimana kita dapat memasaknya?” Sebelum Ia menjawab, saya teringat akan suara yang mengiringi penglihatan-penglihatan ajaib saya timbul. Sebab itu saya tahu Tuhan ingin memperlihatkan sesuatu kepada saya.

Saya melihat ke sebelah kanan air, dan saya melihat dinding batu yang besar dan tinggi sekali terbentang sangat jauh sehingga tak kelihatan oleh saya ujungnya.

Begitu tingginya saya tidak dapat melihat puncaknya. Saya dapat melihat pasir putih murni terbentang dari jalan sampai jauh ke dinding batu. Tidak ada pohon di sekitar tempat yang khusus ini, tetapi pasirnya begitu putih dan bersih. Pemandangan yang diberikan kepada saya melalui penglihatan ajaib ini sangat cantik.

Segera Tuhan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dengan masuk ke dalam air dan menangkap seekor ikan yang berwarna putih besar dan datar. Ukurannya sebesar kedua belah tangan saya. Saya senang melihat Tuhan melakukan ini untuk saya, dan saya merasa adegan ini sangat menggirangkan. Saya mulai ketawa kecil sambil mengamati-Nya.

Selanjutnya, saya berjalan dengan-Nya melampaui batu-batu, dimana saya melihat banyak tempat-tempat untuk memasak yang mempunyai kompor-kompor berwarna perak di pasang pada batu. Diatas kompor adalah tempat memanggang dengan piring-piring berbentuk bujur telur dan garpu-garpu perak. Tuhan hanya menekan sebuah tombol pada sisi salah satu kompor dan api mulai menyala.

Ia kemudian mengambil peranan sebagai seorang tukang masak, tepat di depan saya. Ia memanggang ikan itu sehingga kedua sisinya berwarna coklat. Ia kelihatan sangat gembira mengerjakan ini untuk saya.

Entah mengapa, saya ingin makan bagian ekor ikan itu, jadi saya menunjuk padanya dan Tuhan memberikan saya setengah dari ikan itu. Ia makan yang setengahnya lagi sambil saya melahap habis bagian yang diberikan-Nya pada saya. Ia sangat lezat. Sesungguhnya, saya tidak pernah mengecap ikan yang begitu empuk dan lezat sebelumnya. Tuhan mengawasi ketika saya menikmati makanan surgawi saya.

Ketika kami habis makan, Ia mengambil piring dan garpu saya dan menyimpannya ke dalam sebuah wadah perak. Lalu Ia berkata, “Puteri-Ku, seperti yang dapat engkau lihat, Aku telah menyediakan segalanya untuk anak-anak-Ku.”

Saya tersenyum dengan girang sekali.

Kemudian kami kembali ke jalan dan ke gedung putih dimana kami selalu berganti. Seorang malaikat mengiringi saya ke kamar rias, dan sesudah saya memakai jubah dan mahkota yang indah, Tuhan sedang menanti saya.

Ia memegang tangan saya, dan kami keluar ke kolam. Di sana, saya istimewa sekali, dipenuhi kerendahan hati mengenai apa yang telah dilakukan oleh Tuhan ke atas saya; jauh lebih daripada hari-hari lainnya sejak Ia mulai membawa saya ke surga.

Tapi ini bukan karena saya makan itu; ini adalah karena Tuhan dan Juru Selamatku memasak ikan itu dan kami memakannya bersama. Ia menunjukkan kasih sayang-Nya seperti yang dilakukan-Nya kepada rasul-rasul-Nya sebelum Ia naik ke surga. Semua pikiran ini timbul ketika saya sedang menari.

Kemudian Tuhan memanggil saya untuk duduk di sebelah-Nya. Saya menyisipkan tangan saya di bawah lengan-Nya, dan wajah saya di atas bahu-Nya, lalu saya mulai menangis. “Biarlah aku tinggal di sini bersama-Mu, Tuhan. Aku tidak mau meninggalkan-Mu. Ini adalah saat yang terbahagia dalam hidupku.”

“Puteri, engkau harus melakukan pekerjaan ini untuk-Ku. Aku tidak mau engkau kehilangan sedikitpun apa yang telah Kutunjukkan atau beritahukan padamu. Aku tahu engkau tidak mempunyai waktu untuk dirimu sendiri, tetapi setelah semuanya selesai, engkau akan diberkati.”

“Tuhan, hanya Roger yang dapat membantuku menulis, dan ia telah berbuat banyak untukku.”

“Beritahu dia, bahwa Aku mencintainya. Aku akan memberkati dia lebih dari apa yang diharapkannya. Beritahu dia juga untuk meluangkan waktu lebih banyak bersama-Mu. Setiap orang yang mencintai-Ku harus meluangkan banyak waktu bersama-Ku.”

Saat-saat yang indah berhubungan dengan Tuhan secara intim. Ketika percakapan kami selesai, kami kembali ke gedung putih dan berganti dengan jubah putih kami, lalu kami kembali ke bumi dan berjalan sepanjang pantai. Kami duduk di tepi laut, dan saya meletakkan lengan saya di bawah lengan-Nya dan berkata, “Aku mencintai-Mu, Tuhan.”

“Aku mencintaimu, anak-Ku sayang,” Ia membalas dengan suara yang penuh dengan kegembiraan. “Beritahu setiap orang, bahwa ada banyak sekali makanan di kerajaan-Ku. Apapun yang ada di sini akan terasa lebih lezat sangat lebih baik daripada makanan duniawi. Sukakah engkau akan ikan itu?”

Saya mengangguk tanda menyetujui. Waktu kami berdiri, Tuhan merangkul saya lalu berangkat. Tuhan lebih ramah dan mengasihi setiap kali saya bertemu Dia. Saya ingat pertama kali, Ia tidak memeluk atau memanggil saya puteri-Nya atau menggunakan kata-kata manis yang lain. Sekarang Ia memanggil saya dengan banyak nama-nama yang manis. Saya pikir Ia sangat akrab dengan saya.

SEBUAH TEMPAT KENIKMATAN

Alkitab mengatakan: “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa” (Mazmur 16:11). Kunjungan saya ke surga telah menunjukkan kepada saya kebenaran ayat ini. Surga adalah suatu tempat kenikmatan abadi. Tuhan suka menyenangkan anak-anakNya. Ia ingin kita gembira.

Pada 29 Maret 1996 saya bersama Tuhan dari jam 06.40 pagi sampai 08.45 pagi. Badan saya bergetar selama dua puluh lima menit pada pagi itu, kemudian saya mendengar suara Tuhan dan melihat kehadiran-Nya. Ia memegang tangan saya, dan saya melihat badan transformasi saya sedang berjalan sepanjang pantai bersama Dia. Kami berjalan sepanjang tepi laut untuk beberapa menit lamanya dan kemudian kami pergi ke surga.

Kami mengganti pakaian kami di dalam bangunan putih seperti biasa. Kemudian kami berjalan di jalan jembatan emas, sepanjang sebuah jalan yang lebar yang belum kami lalui sebelumnya. Jalan ini menuju ke sebuah tempat yang sangat tandus di mana tidak ada rumput, pohon maupun gunung-gunung. Seluruh pemandangan putih, seperti kami masuk ke gurun Kutub Utara. Kami terus berjalan sehingga kami sampai ke ujung jalan.

Sebuah sungai yang luas sekali muncul di depan kami, dan saya melihat gunung-gunung pada kedua sisi airnya. Satu gunung yang ada di sebalah kanan sangat tinggi sekali. Kami berjalan sangat dekat dengan sungai yang tanahnya seperti kerikil. Batu kerikil kecil-kecil berbunyi klik di bawah kaki kami ketika kami berjalan.

Sungainya dipenuhi oleh perahu-perahu kecil. Saya telah melihat pemandangan yang hampir serupa di bumi – danau-danau dimana orang-orang pergi memancing, berenang, berski air, atau hanya untuk menikmati naik perahu.

Maukah engkau naik salah satu perahu-perahu itu?” Tuhan bertanya.

“Ya,” saya cepat-cepat menjawab, “Saya mau.”

Kami naik ke dalam salah satu perahu kecil, dan Tuhan mendayung dengan tangan-Nya. Ia membawa kami dengan cekatan. Ketika saya menengok melalui pinggir perahu, saya melihat sekelompok besar ikan berlainan warnanya sedang bermain-main dalam air.

Pandangan saya tertumpu pada air yang luar biasa beningnya. Saya dapat melihat kedalamnya dengan jelas sekali. Seperti kristal yang terbening yang pernah saya lihat. Ikannya, seperti biasa, menyebabkan saya ketawa.

Mereka adalah ikan-ikan yang cemerlang menakjubkan dan indah. Mereka menyerupai ikan-ikan hias yang besar yang digunakan untuk menghias kolam belakang halaman orang-orang di bumi.

“Ikan-ikan ini, puteri-Ku, adalah untuk kenikmatan. Seperti engkau, Aku suka mengawasi ikan-ikan berenang kian-kemari dalam air.”

Begitu damai dan tenteram di atas air yang tenang. Ketika saya memperhatikan sekeliling, saya merasa seperti kami sedang duduk di atas sebuah kaca raksasa. Kami meninggalkan perahu dan berjalan sepanjang jalan yang sama yang telah kami lalui untuk sampai ke gunung yang kecil dan sempit. Pemandangan yang bagus sekali di ujung jalan kecil menampakkan sebuah lembah yang rendah dan subur dipenuhi oleh rumput-rumput yang tinggi. Sebuah aliran air kecil meliuk-liuk melalui padang rumput yang terbuka luas.

Saya melihat sesuatu sedang bergerak melalui seperti ladang gandum itu. Kemudian saya memperhatikan gerakan-gerakan lain di seluruh ladangnya. Lembah itu dipenuhi oleh ternak yang kelihatan sangat menyerupai sapi-sapi di bumi.

“Catat ini, Choo Nam. Aku ingin semua anak-anak-Ku mengetahui apa yang sedang menanti mereka di surga. Aku tahu banyak anak-anak-Ku mempunyai pertanyaan tentang surga. Ada yang ingin tahu apakah akan ada makanan untuk dimakan di surga.”

Saya tahu jawaban atas pertanyaan itu, dan satu perasaan yang sangat menyenangkan memenuhi saya ketika memandang jauh pemandangan yang sangat bagus didepanku. Saya hampir tak dapat menahan semuanya itu.

Bagaimanapun, kami tidak dapat tinggal lama di sana. Segera Tuhan membawa saya kembali ke gedung yang putih di mana kami berganti pakaian kami kemudian pergi ke kolam. Saya mulai menyanyi karena girang. Lalu saya duduk di sebalah Tuhan.

“Apakah engkau menikmati pesiar dengan perahu, puteriKu?” Ia bertanya.

“Oh, ya, Tuhan.”

“Ketika Aku membawa anak-anak-Ku kemari, Aku ingin mereka mendapat kesenangan. Mereka dapat melakukan banyak hal yang sama yang mereka lakukan di bumi. Aku ingin mereka bahagia. Engkau mesti ingat segala hal yang Kuperlihatkan dan Kuberitahu padamu.”

“Aku tak mau engkau menjadi bingung mengenai apa pun. Inilah sebabnya Aku memberitahu sangat banyak hal-hal yang penting berulang kali dan memperlihatkan hal yang sama lebih dari sekalipun kepadamu.”

Kami kembali ke gedung putih, berganti baju dan kembali ke pantai di bumi. Tuhan kelihatannya tergesa-gesa, jadi kami tidak duduk dan bercakap kali ini. Ia hanya memeluk saya dan pergi. Seperti biasanya, badan saya berhenti bergoncang sesegera Ia berangkat.

AIR UNTUK BUMI

Ketika permainya bulan April diawali, Tuhan muncul di kamar tidur saya pada 1 April 1996 pagi, pukul 06.20. Saya bersama-Nya sampai pukul 08.35 pagi. Badan saya bergoncang selama 30 menit, lalu Ia datang dan bercakap pada saya. Ia mengulurkan tangan-Nya, dan saya melihat badan surgawi saya sudah di pantai, kemudian Ia membawa saya ke surga.

Setelah mengganti pakaian kami, kami berjalan menyeberangi jembatan emas. Perjalanan kami membawa kami sepanjang sebuah jalan yang lebar dengan batu-batu sangat besar pada kedua sisinya. Perjalanan ini lebih lama daripada biasanya, dan membawa kami ke ujung jalan dimana sebuah batu gunung yang tinggi berdiri. Sangat tinggi sehingga saya tidak dapat melihat puncaknya, tetapi saya melihat ada batu-batu hitam yang besar sekali menonjol keluar dari dasarnya. Di antara batu-batu, ombak-ombak besar mengalir naik-turun dalam keadaan hampir seperti badai. Airnya kelihatan sangat dalam.

Tidak ada jalan turun ke air, jadi kami hanya memandangnya dari sisi gunung. Danau air itu kelihatan seperti mengisi sebuah lubang yang besar sekali. Tuhan menerangkan, “Air ini adalah untuk bumi.”

Seperti yang sering sekali terjadi, Tuhan tidak menerangkan selengkapnya arti kata-kata-Nya. Sering, Ia hanya memberitahu saya apa itu dan apa gunanya. Walaupun, apabila saya menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada-Nya, Ia biasanya akan memberi saya jawaban.

Seringkali, bagaimanapun, saya tidak ingin bertanya pada-Nya apa yang diperlihatkan-Nya kepada saya, sebab saya tahu sekarang hanyalah menjadi juru tulis yang menulis apa yang ditunjukkan-Nya kepada saya dan apa yang di beritahukan-Nya kepada saya, dan saya tahu Ia akan memberikan penjelasan sepenuhnya apabila Ia menganggapnya perlu.

Kami berpaling dari adegan ini dan berjalan lagi di atas jalanan yang panjang. Ketika kami sampai di sebuah persimpangan, kami mengambil sebuah sisi jalan yang berbelok-belok sangat dekat dengan jembatan emas yang menuju ke sebuah pantai. Ketika kami menyusuri jalanan ini, saya memperhatikan banyak rumah-rumah sekeliling air.

Di belakang rumah-rumah itu ada banyak jenis pohon buah-buahan. Sebuah kebun buah-buahan yang sangat teratur rapi. Deretan pertama terdiri dari pohon-pohon berwarna hijau pucat yang penuh dengan buah-buahan berwarna ungu. Kelompok selanjutnya adalah pohon-pohon yang lebih besar berdaun merah. Warna-warnanya beraneka ragam dan berpadu cocok sekali dalam cara yang sangat mengagumkan. Susunan warnanya begitu luar biasa sehingga saya tidak dapat bernapas.

Tidak ada satu gunung pun di daerah yang khusus ini di surga – hanya air, pasir, rumah-rumah dan pohon-pohonan. Begitu luasnya daerah ini sehingga saya tidak dapat melihat di mana ujungnya berakhir.

Tuhan membawa saya ke salah satu rumahnya. Rumah ini sangat berlainan dari rumah-rumah besar dan istana-istana yang telah kami kunjungi sebelumnya. Bagian dalamnya sederhana saja, dan warna-warnanya kelihatan tidak begitu terang.

“Ini adalah rumah-rumah tepi pantai untuk anak-anak-Ku,” Tuhan menegaskan.

Menakjubkan sekali! Kita akan memilih rumah untuk belibur di surga! Sungguh, Tuhan betul-betul ingin anak-anak-Nya bersukacita dan menikmati kesenangan-kesenangan-Nya selama-lamanya.

Setelah kunjungan yang menggirangkan ini, Tuhan dan saya mengganti jubah kami dan kembali ke kolam yang tenang dimana saya menyanyi dan menari di depan-Nya. Saya tahu Tuhan sedang tersenyum dengan gembira sekali meskipun saya tidak dapat melihat wajah-Nya dengan jelas.

Ia memanggil saya untuk duduk di dekat-Nya, dan sekali lagi saya mulai menangis, sebab saya tahu kunjungan kami sudah hampir habis. Apabila saya bersama-Nya, saya tidak mau pulang. Hadirat-Nya penuh dengan suka cita.

Saya duduk di sebelah-Nya, dan Ia berkata, “Aku telah menyiapkan banyak hal dalam kerajaan-Ku yang dinikmati oleh anak-anak-Ku di bumi. Banyak kegiatan. Aku memastikan, bahwa tidak ada yang merasa bosan. Setiap orang akan mendapat tugas yang berlainan.”

“Mengapa engkau pikir Aku memilih nabi-nabi untuk bekerja bagi-Ku di bumi? Seperti engkau, Aku telah mengirim mereka untuk melakukan pekerjaan-Ku. Tanpa nabi-nabi-Ku, Aku tidak ada jalan untuk menyampaikan keinginan-keinginan-Ku kepada anak-anak-Ku.”

“Karena itu, anak-Ku, jangan ada yang luput dalam menulis tentang segala hal yang Aku tunjukkan dan Aku beritahukan padamu. Ceritakan semuanya. Sebab engkau adalah puteri yang sangat taat sehingga Aku dapat memakaimu.”

“Kita harus kembali sekarang.”

Ia memegang tangan saya, dan kami berganti dan kembali ke pantai di bumi. Lalu, kami tidak duduk dan bercakap-cakap. Tuhan hanya memeluk saya dan pergi. Kembali badan jasmani saya berhenti bergoncang segera setelah Ia pergi.


BAB 12 - NIKMATILAH KERAJAAN SURGA


“Maksud semuanya ini ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu – yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api – sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.” (1 Petrus 1:7-9)

Selama berabad-abad, burung merpati yang cantik telah menjadi lambang akan dua hal: Perdamaian dan Roh Kudus. Ketika Yohanes Pembaptis membaptis Yesus di sungai Yordan, Roh Tuhan turun dalam bentuk rupa seperti seekor burung merpati atas Dia, dan terdengarlah suara dari langit yang berkata, “Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” (Lukas 3:22). Burung merpati itulah yang memberitahu Nuh bahwa air bah telah surut. Tidak mengherankan, karena itu, saya bertemu burung-burung merpati pada kunjungan saya selanjutnya ke surga.

Pada 3 April 1996 pagi hari, Tuhan bersama saya dari pukul 06.00 sampai pukul 08.30 pagi. Setelah bergoncang dan merintih selama 30 menit, saya mendengar suara Tuhan dan Ia memegang tangan saya. Tidak lama sesudah itu, saya melihat badan transformasi saya berjalan di pantai dengan Tuhan.

Kami pergi ke surga, dimana kami berganti jubah lain. Kami menyeberangi jembatan emas dan berjalan di sebelah kanan sebuah jalan. Jalan itu sangat lebar dan atasnya ditutupi oleh langit-langit dari daun-daunan berasal dari pohon-pohon yang besar sekali yang tumbuh di kedua sisi jalan. Ini adalah sebuah jalan yang lain daripada yang telah kami lalui sebelumnya.

Kami berjalan agak jauh dan kemudian mengambil sebuah jalan ke kanan. Kami juga berjalan agak lama di jalan ini. Jalan itu mengelilingi dasar sebuah gunung batu yang besar. Di sebelah kiri ada sebuah, kami berdiri dan mengamati merpati-merpati dari surga. Kami tinggal di situ lama sekali, dan saya amat sangat tergerak oleh apa yang sedang saya lihat.

LAUTAN LUAS TAK BERUJUNG

Kami turun dari tembok dan meneruskan perjalanan kami. Lalu segera kami sampai sebuah jalan yang sempit di sebelah kiri di mana kami membelok dan terus berjalan. Di sebuah tikungan kecil di jalan saya nampak sebuah lautan yang luas sekali dan sangat luasnya sehingga kelihatan seakan-akan tidak ada ujungnya. Ketika kami hampir ke tepi lautan, saya melihat sebuah tembok yang tinggi yang beranak tangga ke bawah ke garis pantai. Kami naik tembok itu dan menuruni anak tangganya.

Pinggir laut dipenuhi oleh perahu-perahu, besar, dan kecil. Sebuah pangkalan perahu di surga, dan setiap perahu dirantai pada sebuah batang yang tebal. Semua badan kapal berwarna putih. Waktu saya lebih dekat, saya memperhatikan setiap kapal mempunyai sebuah kamar yang dilengkapi dengan cantiknya dan jendela-jendelanya dari kaca warna. Mereka menyerupai gereja-gereja kecil di atas air.

“Maukah engkau naik ke salah satu perahu-perahu ini, puteri-Ku?” Tuhan bertanya.

“Tentu!” saya berseru gembira.

Ia membimbing saya ke salah satu dari perahu-perahu itu, dan kami naik. Bagian dalam kamar perahu bersih dan rapi, tetapi perahu itu hanya cukup untuk dua orang. Ada dua tempat duduk di depan dan dua kemudi.

Saya mulai teringat bagaimana Tuhan telah menghubungkan laut, alam dan memancing dalam pelayanan-Nya di bumi. Petrus, Yakobus dan Yohanes – tiga dari murid-murid-Nya – adalah para nelayan. Ia sering berkhotbah di tepi laut Galilea, dan Ia sering memakai ikan sebagai obyek pelajaran. Cerita mengenai Yesus menenangkan ombak yang mengamuk muncul dalam pikiran saya.

“Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur. Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya : “Tuhan, tolonglah, kita binasa.” Ia berkata kepada mereka : “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?” Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali. Dan heranlah orang-orang itu, katanya: “Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?” (Matius 8:24-27)

Yesus menyukai laut! Ia menyukai alam dunia yang diciptakan-Nya. Dan Ia ingin kita menikmatinya juga. Memang, ketika penciptaan terjadi, manusia diciptakan untuk hidup di Firdaus tempat yang lebih indah daripada yang dapat kita bayangkan – Taman Eden – sebuah tempat murni, tanpa cela, musim semi abadi, kelimpahan, ketenteraman dan kebahagiaan. Tetapi disebabkan manusia berdosa, kita telah dilarang ke taman Firdaus duniawi itu.

Tuhan, dalam kasih-Nya yang begitu dalam, bagaimama pun juga, membuat jalan bagi kita untuk memperoleh kembali Firdaus di surga. Ia mengirim Anak-Nya untuk mati bagi kita: “Karena begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Firdaus yang hilang telah ditemukan melalui kematian dan kebangkitan Anak-Nya.

Semakin saya belajar kitab Kejadian, semakin saya mengerti bahwa Taman Eden adalah suatu surga tiruan di bumi. Keadaan seperti itulah yang dikehendaki oleh Tuhan untuk dapat dinikmati oleh anak-anak-Nya. Tidak ada kematian, kesakitan, penderitaan, kegelapan, atau penyakit, dan tentu saja tidak akan ada di rumah surgawi kita!

Alangkah ajaibnya tempat itu, dan keindahan surga bahkan melampaui gambaran Eden itu :

“Selanjutnya TUHAN membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu. Lalu TUHAN menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon-pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.” (Kejadian 2:8-9)

Saya mulai sadar, bahwa tidak mengherankan kalau rumah surgawi kita akan serupa dengan tempat-tempat yang paling luar biasa di dunia – lautan-lautan, hutan-hutan, ladang-ladang, pohon-pohon, bunga-bunga, burung-burung, hewan-hewan, buah-buahan dan sungai-sungai ada di sana untuk dinikmati oleh kita tepat seperti Tuhan telah menciptakannya untuk kita di Eden. Karena dosa, kita kehilangan hak kita untuk menikmati Firdaus dunia, tetapi melalui iman di dalam Yesus Kristus satu hari nanti Firdaus akan dipulihkan kepada setiap kita!

Bukankah itu menakjubkan?

Pikiran saya lalu melayang ke ayat tentang Yesus ketika Ia berjalan di atas air :

“Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat. Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka. Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan merekapun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan anginpun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung,” (Markus 6:47-51)

Ya, Yesus mencintai laut, dan Ia mencintai segala sesuatu yang diciptakan-Nya. Itulah sebabnya saya yakin surga adalah bentuk asal dari segala yang indah di bumi. Tuhan dan Tuan saya ingin kita menikmati kerajaan surga!

Jelas sekali Yesus mau saya menikmati pengalaman naik perahu surgawi. Ia menekan sebuah tombol dan perahu kecil ini mulai bergerak, perlahan mulanya dan kemudian kami bertambah laju. Saya menyukai angin sepoi membelai wajah saya dan kabut dingin yang terasa begitu bersih dan menyegarkan.

Saya mulai ketawa ketika kami melaju di atas permukaan laut yang tenang dan kemudian saya mulai menyanyi. Saya sangat gembira. Sangat berbeda dari naik perahu apapun yang pernah saya alami di bumi, di mana saya biasanya mabuk laut atau mau muntah. Kali ini tidak. Saya menikmati setiap saat pengalaman kami yang menggetarkan ini.

Dalam perjalanan kembali Tuhan membiarkan saya mengemudi. Saya melakukannya dengan kegairahan yang sangat istimewa yang menyebabkan saya tertawa dan menyanyi. Saya dapat mendengar Yesus tertawa bersama saya. Saya tahu Ia memperhatikan saya seperti orang tua mengawasi anaknya.

Meskipun kadang-kadang saya tertawa dengan terbahak-bahak, saya dapat mengemudi sampai kembali masuk ke dok. Kami keluar dari perahu dan Tuhan menambatnya ke dermaga. Ia kemudian berkata, “Choo Nam, engkau lihat kerajaan mempunyai banyak hal yang engkau kenal di bumi. Jika semua anak-anak-Ku datang ke kerajaan-Ku, Aku ingin mereka menikmati hal-hal yang telah Kusediakan bagi mereka.”

Saya tersenyum, sebab saya mengerti sedikit apa yang Dia maksudkan.

“Anak-anak-Ku akan bahagia,” Tuhan meneruskan, “dan itulah sebabnya Aku telah memberitahu mereka untuk melepaskan hal-hal duniawi untuk menggembirakan Aku. Mereka dapat memiliki apapun yang mereka perlukan sementara mereka berada di bumi jikalau mereka taat kepada-Ku. Aku ingin mereka mengutamakan Aku dahulu, dan Aku ingin mereka hidup dalam kekudusan sebab Aku mengasihi mereka semua dan ingin membawa mereka kemari.”

CARA BERPIKIR YANG BERBEDA

Tuhan berkata kepada kita di dalam Yesaya, “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu” (Yes. 55:8-9). Sangat benar, dan Tuhan memberi firasat pada pagi bulan April itu mengenai apa arti ayat ini.

Setelah kunjungan ke laut surgawi, kami berganti pakaian kami dan pergi ke kolam yang terpencil di mana kami sering duduk dan bercakap. Tuhan mengambil tempat biasa-Nya di atas batu, dan saya mulai menyanyi dan menari. Kemudian, seperti yang sering dilakukan-Nya, Ia memanggil saya datang duduk disebelah-Nya.

Ia mulai memberitahu beberapa hal yang penting dengan saya.

“Puteri, engkau istimewa bagi-Ku. Ketika Larry Radolph bernubuat tentangmu dan memberitahu betapa berharganya engkau bagi-Ku, engkau tidak mempercayainya.”

“Saya tidak percaya padanya, Tuhan, karena saya pikir bagaimana orang seperti saya dapat menjadi istimewa bagi-Mu. Saya sungguh heran kalau berpikir bahwa Engkau telah memperhatikan saya. Saya percaya Engkau menjawab banyak sekali doa-doa saya, tetapi saya tidak pernah mengira Engkau akan ingat saya.”

Saya mulai menangis sambil terus berkata.

“Ketika Pastor Larry bernubuat dan memberitahuku, bahwa aku adalah sahabat-Mu, aku sangat terperanjat, dan sukar bagi aku untuk percaya, tetapi sekarang aku mendengarkan rekamannya setiap hari. Setiap kali aku mendengarnya berkata tentangku, badanku mulai bergoncang. Urapan turun, dan kemudian aku mempercayai bahwa Engkau akan memakaiku dengan cara yang istimewa. Aku selalu menunggu-Mu untuk bercakap padaku setiap malam.”

Tuhan mendengarkan dengan sungguh-sungguh, kemudian membalas :

“Aku memilih anak-anak-Ku yang suci dan taat – mereka yang mendahulukan Aku di dalam kehidupan mereka. Engkau mencoba sedaya upayamu untuk menyenangkan Aku, tetapi engkau harus ingat, Aku hanya melihat anak-anak-Ku. Engkau berpikir seperti manusia. Cara berpikir-Ku berbeda dengan cara berpikirmu.”

“Aku tahu hal ini melelahkan pada waktu ini, tetapi engkau harus sabar.”

“Puteri-Ku, Aku tidak mau engkau kuatir akan apapun. Serahkan saja segalanya pada-Ku. Seperti yang telah Kuberitahu padamu, ini buku-Ku, dan buku ini akan dilaksanakan sesuai dengan kehendak-Ku.”

Saya menyukai waktu-waktu seperti ini bergaul akrab dengan Tuhan. Saya sangat merasa seperti Maria yang dengan rela duduk dekat kaki Tuhan untuk belajar kehendak-Nya. Sebaliknya, Marta, selalu berusaha keras menyenangkan Dia, dan dia dipenuhi cemas, iri dan geram. Saya memutuskan bahwa saya mau menjadi seperti Maria terus sejak saat itu.

Marta, begitu khawatir dan cerewet, telah menegur : “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku” (Lukas 10:40). Tuhan menjawab : “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu : Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil daripadanya” (Lukas 10:41-42).

Betul, saya memutuskan saya akan menjadi seperti Maria bukannya Marta. Saya telah memilih “bagian yang terbaik” yang tidak pernah akan diambil daripada saya, yaitu suatu hubungan pribadi dengan Yesus Kristus. Tidak ada apapun di dunia yang lebih penting daripada itu!

Saya ingin pikiran saya diperbarui sehingga saya dapat melihat hal-hal secara surgawi bukan secara pamandangan duniawi. Tuhan sedang menolong saya mencapai tujuan ini. Saya teringat apa yang telah dikatakan oleh rasul Paulus di dalam kitab Roma :

“Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.” (Roma 8:5-8)

Untuk hidup menurut Roh benar-benar adalah hidup dan damai sejahtera, dan setiap kali saya pergi ke surga dengan Tuhan saya tahu apa artinya ini. Saya memutuskan untuk membawa kembali pandangan surgawi bersama saya ke dunia, untuk terus membangun hubungan saya dengan Tuhan dan membiarkan Dia memperbaharui pikiran saya.

Kembali ke bumi pagi ini, kami duduk di pantai sebentar, dan Tuhan berkata, “Engkau melihat banyak hal di surga.”

“Ya, Tuhan, dan kunjungan-kunjungan ini begitu menggembirakan sehingga hanya peristiwa ini yang memenuhi pikiran saya. Pikiran saya tetap di surga, bukan di bumi.”

“Aku tahu, puteri-Ku.”

“Aku tidak memiliki kehidupan sendiri lagi, Tuhan. Sejak saat pertama aku berada di hadirat-Mu, aku telah berubah. Aku tahu pasti jikalau suamiku bukan seorang percaya, ia telah lama meninggalkan aku.”

“Aku hidup bagi-Mu sebelum aku melihat hadirat-Mu dan sebelum aku pergi ke surga, tetapi sekarang – bahkan waktu aku tidur – setiap kali aku bangun aku merasakan hadirat-Mu bersamaku. Satu-satunya hal yang dapat aku pikirkan sekarang adalah buku yang Engkau mau aku tuliskan. Aku merasa terhormat melakukan ini bagi-Mu, Tuhan. Terima kasih karena mempercayakanku dengan tanggung jawab yang begitu penting. Aku selalu ingin melakukannya dengan sebaik mungkin untuk membuat Engkau bahagia.”

“Aku tahu, puteri-Ku. Sabarlah, dan ingatlah bahwa Aku mengasihimu.”

Ia berdiri untuk pergi, memeluk saya dan hilang. Goncangan ajaib di badan saya pun berhenti.

SURGA, TEMPAT BERIBADAH

Dua hari kemudian, saya mendapat kunjungan yang mengubah hidup saya lagi dari Tuhan. Kejadian ini berlangsung dari pukul 05.50 pagi sampai pukul 08.00 pagi pada 5 April 1996. Setelah hampir 30 menit bergoncang, saya mendengar suara Tuhan. Ia sedang mendekati saya dan membawa saya dengan memegang tangan saya. Saya melihat badan transformasi saya sedang berjalan bersama-Nya sepanjang pantai. Kami pergi ke surga, berganti pakaian kami dan berjalan menyeberang jembatan emas. Kemudian kami sampai ke sebuah jalan yang putih bersinar yang dihiasi dengan bunga-bunga cantik pada kedua sisinya.

Saya tidak dapat mengerti ada bunga-bunga yang begitu indah permai dan hebat seperti ini. Bagaimana bisa ada bunga-bunga yang seindah ini, saya ingin tahu.

“Maukah engkau sekuntum bunga, puteri-Ku?” Tuhan bertanya

“Ya, saya selalu menyukai bunga-bunga.”

Ia memetik sekuntum kuning yang berbentuk sangat indah dan meletakkannya di tangan saya. Saya memegang terus selama kunjungan ke surga ini.

Setelah perjalanan yang sangat lama, kami tiba pada sebuah rumah yang besar dan cantik. Bangunan seperti istana ini terletak di ujung jalan, di kawasan di mana tanahnya putih dan bersinar, dan sangat banyak bunga-bunga terlihat di mana-mana.

Kami pergi ke belakang rumah itu, dan saya melihat bunga-bunga di mana-mana, sejauh mata saya memandang. Pemandangan yang mempesonakan tak terkatakan. Kemudian Tuhan mengiringi saya kembali ke bagian depan bangunan.

Kami berjalan melalui pintu ke dalam gang yang lebar. Tiba-tiba, bagian dalam rumah menjadi gelap. Tuhan menghilang. Saya merasa seorang diri saja dan agak ketakutan. Saya mulai menangis.

Secepat suasana menjadi gelap, ruangan itu dipenuhi dengan cahaya-cahaya yang paling terang yang pernah saya lihat. Ruangan itu dilengkapi menarik sekali, teratur, dan dihiasi, dan saya sangat terpesona oleh kecermelangan dan keindahannya. Kemudian saya melihat anak tangga menuju ke podium di mana Tuhan sedang duduk.

Ia berpakaian emas murni. Mahkota emas-Nya bergemerlapan di bawah cahaya, dan jubah emas-Nya berkilauan dan bersinar. Paras-Nya sangat terang, dan saya tidak dapat menceritakan bagaimana rupa-Nya.

Kemudian ruangan itu dipenuhi oleh orang-orang yang memakai pakaian putih dan bermahkota perak. Mereka membungkuk ke hadirat Tuhan, dan saya berbuat yang sama. Seolah-olah ruangan itu mulai mengembang untuk menampung bertambahnya bilangan orang dari segala warna dan jenis. Itu adalah waktu ibadah kudus dan menyembah di hadapan Tuhan. Lalu mereka semua menghilang seakan-akan mereka ada di video, dan Tuhan mendekati saya, memakai pakaian putih biasa-Nya.

“Puteri,lihatlah ke sekeliling,” Ia berkata.

Saya berbuat demikian, melihat apa saja yang dapat saya tangkap dengan kedua mata saya. Ini adalah ruangan terbesar yang pernah ada – seperti sebuah ruangan dansa yang luar biasa besarnya yang dapat menampung tak terhitung banyaknya orang. Dinding-dindingnya bergemerlapan dengan perhiasan dan permata, dan lantainya terbuat dari batu marmer yang putih bersih.

“Mereka menyembah-Ku. Mereka tak putusnya menyembah-Ku,” Tuhan berkata, menerangkan mengapa orang-orang itu disana.

Saya langsung memikirkan satu ayat khusus dalam Alkitab yang berhubungan dengan menyembah :

“Segala bangsa yang Kaujadikan akan datang sujud menyembah di hadapan-Mu, ya Tuhan, dan akan memuliakan nama-Mu. Sebab Engkau besar dan melakukan keajaiban-keajaiban, Engkau sendiri saja Allah.” (Mazmur 86:9-10)

“Bolehkah aku menyembah-Mu bersama mereka kalau aku kembali ke surga untuk bersama-Mu selama-lamanya?” saya bertanya.

Tuhan tertawa kecil dan berkata, “Tentu saja, Puteri-Ku.”

Hanya itu saya yang dikatakan-Nya. Saya harus mengakui saya merasa agak segan oleh kemunculan-Nya ketika Ia duduk di atas takhta dalam seluruh kecemerlangan mulia-Nya. Dan ketika kami berjalan bersama, saya merasa agak tidak enak bersama-Nya sebab pandangan tentang Dia duduk di atas tahkta-Nya menyebabkan saya merasa takut.

Jikalau Ia bersama saya, Ia kelihatan lain sama sekali. Ketika Ia bersama saya, Ia adalah seorang pria biasa, kecuali hanya saya tidak dapat melihat paras-Nya dengan mata saya, tetapi pikiran saya tahu bagaimana raut muka-Nya. Ia penuh kasih dan baik, lembut dan penuh dengan pengertian.

Perasaan canggung berganti dengan saat-saat menyenangkan waktu kami berganti dan pergi ke kolam. Saya mulai menyanyi dan menari, seperti biasa, dan Tuhan mengambil tempat biasa-Nya di atas batu. Gambaran-gambaran dari hadirat Tuhan yang begitu agung di atas takhta akan kadang-kadang merampas kegembiraan saya, tetapi saya berusaha keras untuk terus menari dengan riangnya.

“Kemarilah, puteri-Ku,” Ia memanggil.

Saya mulai menangis sebab saya tahu kunjungan ini akan segera berakhir. “Aku tidak mau meninggalkan Engkau, Tuhan.”

“Tempat yang Aku tunjukkan padamu, Choo Nam, adalah di mana orang-orang-Ku akan berkumpul untuk menyembah Aku. Aku tak akan membiarkan seorang pun di bumi menyakiti engkau. Jikalau engkau bukan puteri-Ku yang begitu istimewa, Aku tidak dapat membawa ke surga untuk menunjukkan segala hal yang telah engkau lihat.”

Pesan yang sangat meyakinkan yang perlu saya dengar. Cinta tuhan bagi saya telah membubarkan semua ketakutan saya. Kecanggungan yang saya rasakan sebelumnya hilang, tetapi saya menjawab pesan Tuhan yang membesarkan hati dengan cara yang biasa.

“Aku ini bukan siapa-siapa, Tuhan.”

Ia menegur saya. “Janganlah sekali-kali berkata begitu lagi. Engkau sangat istimewa bagi-Ku. Engkau harus percaya ini. Aku harus memilih anak yang tepat untuk pekerjaan yang penting ini, dan engkaulah pilihan-Ku. Aku ingin engkau mendapat kehidupan yang terbaik di bumi sehingga hari terakhir tiba. Aku tidak akan meninggalkanmu dan Aku akan selalu menjagamu, puteri-Ku, Aku mencintaimu.”

Kata-kata cinta-Nya yang lembut dan menghibur menusuk hati saya. Saya menangis tersedu-sedu. Ini adalah saat pembersihan, penyembuhan, dan menyucian, dan saya merasa diperbaharui sepenuhnya.

Sekarang saya tahu bahwa surga adalah suatu tempat penuh sukacita. Surga dibuat untuk dinikmati oleh kita. Itulah tujuannya. Seperti yang dikatakan oleh Westminster Catechism, tujuan terakhir manusia adalah : untuk dekat dengan Yesus di bumi ini, semakin saya dapat menikmati hidup saya. Cinta-Nya mengalahkan semua ketakutan. Ya, surga itu sangat nyata.


(oleh Kristus Ministry)

No comments:

Post a Comment

Artikel Lainnya