Firman Tuhan

Mazmur 139 : 14,
"Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.''

Friday, June 9, 2017

Kesaksian – (Buku) Heaven Is So Real! – Choo Nam Thomas - (Bagian Empat)





BAGIAN KEEMPAT: BAB 13-16


BAB13 - MALAIKAT-MALAIKAT DI SURGA DAN DI BUMI


“…Aku akan menjadi bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Anak-Ku...” “…Semua malaikat Allah harus menyembah Dia.” Dan tentang malaikat-malaikat Ia berkata : “Yang membuat malaikat-malaikat-Nya menjadi badai dan pelayan-pelayan-Nya menjadi nyala api.” (Ibrani 1:5-7)

Pengalaman-pengalaman ajaib saya dengan Yesus dan rumah surgawi tempat mana semua orang percaya akan menikmati suatu hari nanti, membuka mata saya pada beberapa kebenaran rohani. Saya mulai mengerti, bahwa dengan cara yang sama Tuhan telah menciptakan kita serupa dengan Dia. Ia telah menciptakan bumi serupa dengan surga. Ini menggetarkan hati saya – untuk mengetahui bahwa hal-hal yang paling indah yang kita nikmati di bumi akan menjadi bagian daripada kehidupan kekal kita.

Berfirmanlah Tuhan: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi” (Kejadian 1:26). Tuhan memberi kita sebuah bumi yang indah, diisi dengan ikan, burung-burung maupun ternak, dan Ia ingin kita menguasainya. Di surga, seperti yang telah saya sebutkan, ada ikan, burung-burung maupun ternak. Ciptaan-Nya bagus sekali dalam segala seginya – suatu tempat untuk kita nikmati selama-lamanya.

Tetapi setan datang, dan dalam kesombongan dan kecemburuannya, ia mencobai orang-orang pertama untuk menentang Tuhan. Setan kehilangan haknya atas kemuliaan kekal di surga karena dosanya. Dengan cara yang sama, Adam dan Hawa dibuang dari Firdaus duniawi mereka untuk selamanya, dan mereka yang tidak mentaati Tuhan dalam kehidupan ini akan dilarang masuk ke Firdaus surgawi. Tuhan menegaskan hal ini berulang-ulang kali.

Saya sering bertanya siapa Kita yang disebut dalam kitab Kejadian 1:26, dan sekarang saya mengerti artinya yaitu Tritunggal Maha Kudus. Banyak orang, seperti saya, akan mengalami pengalaman-pengalaman yang menggugah hati dengan malaikat-malaikat pada akhir-akhir ini. Malaikat-malaikat mengunjungi kita dengan cara yang sama mereka lakukan pada zaman dahulu. Mereka akan menyakinkan manusia akan kasih Tuhan, dan mengingatkan mereka tentang hal-hal yang akan segera datang. Seperti seringkali Yesus memberitahu saya, kita ini benar-benar hidup pada hari-hari terakhir.

Malaikat-malaikat adalah pembawa-pembawa berita-Nya. Saya telah bertemu salah satu daripada mereka, dan mereka adalah makhluk-makhluk yang indah yang memancarkan kasih dan kemuliaan Tuhan. Mereka suka menyembah Bapa di surga, dan mereka taat pada-Nya dengan memberitahukan pesan-Nya kepada kita di bumi.

Saya menyayangi malaikat-malaikat kudus Tuhan, dan saya percaya mereka bersama saya bahkan waktu saya menulis. Tuhan memberitahu saya, bahwa saya mempunyai malaikat-malaikat pribadi di sekeliling saya. Kita tidak pernah boleh melupakan janji Tuhan tentang malaikat-Nya : “Sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu.” (Mazmur 91:11-12).

DI ATAS AWAN-AWAN

Pagi 8 April 1996 membawa lagi sebuah pertemuan yang manis dengan Tuhan Ia mengunjungi saya dari pukul 06.00 pagi sampai 09.00 pagi. Badan saya bergoncang selama 40 menit sebelum saya mendengar suara-Nya yang tegas memanggil saya. Ia memegang tangan saya, dan didalam badan transformasi saya, kami pergi ke pantai dimana kami berjalan lebih lama dari biasanya. Kemudian kami terbang naik ke surga.

Setelah berganti, kami berjalan menyeberangi jembatan emas dan menuju ke jalan yang biasa kami ambil akhirnya kami membelok ke kiri dan mulai berjalan sepanjang sebuah jalan yang putih dan lebar yang dibatasi dengan pohon-pohon yang sangat besar dan rimbun daunnya. Daun-daunan itu berwarna jingga tua yang terang.

Kami berjalan agak jauh dan kemudian membelok menuju sebuah jalan berbatu-batu yang berliku-liku dan membelok melalui batu-batu yang tinggi. Jalan itu menuju ke sebuah jembatan yang tinggi yang terbentang di antara dua gunung. Sesudah menyeberangi jembatan ini, kami mendaki sebuah gunung dan melihat pemandangan di depan kami. Kami berada di atas awan. Sesungguhnya, kemanapun saya memandang adalah awan. Tuhan berkata, “Kita ada di atas awan-awan.”

Awan mempunyai arti penting bagi Tuhan. Alkitab mengatakan bahwa pada waktu Ia kembali “mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini” (1 Tesalonika 4:16-18).

Kitab Wahyu yang menyebut tentang awan-awan : “Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia” (Wahyu 1:7; 14:14).

Ini adalah satu lagi waktu yang mempesonakan di surga. Saya gembira mengetahui, bahwa akan ada awan-awan di surga sebab saya selalu mendapati mereka begitu tenang dan cantik. Saya ingat, sebagai seorang gadis kecil, berpikir bagaimana rasanya naik mengatasi awan-awan, dan sekarang saya tahu. Suatu pemandangan yang luar biasa yang Tuhan dan saya sedang nikmati.

Saya ingin tahu apakah kami akan terbang di atas awan-awan yang lembut dan mengalun yang kelihatannya begitu jauh dari tempat kami berdiri. Saya tidak mengerti dengan jelas mengapa Ia menunjukkan saya awan-awan itu. Banyak sekali orang bertanya kepada saya, “Mengapa Tuhan menunjukkannya kepadamu?” Saya biasanya tidak tahu jawaban atas pertanyaan mereka.

Yang saya ketahui ialah, bahwa Ia kelihatan senang sekali menunjukkan kerajaan surga kepada saya. Saya menduga Ia ingin kita tahu bahwa surga adalah sangat menyerupai bumi, hanya amat sangat lebih bagus.

Satu hal yang pasti – Ia adalah Tuhan yang Mahakuasa, dan saya tahu bahwa segala sesuatu yang ditunjukkan-Nya kepadaku sangat penting bagi-Nya. Kenyataan bahwa Ia meluangkan waktu untuk secara pribadi mengiringi saya keliling kerajaan sangat membahagiakan saya, tetapi pengalaman-pengalaman dan pesan-pesan yang berkaitan dengan pengalaman-pengalaman itu lebih berarti bagi saya daripada hidup ini.

Saya sama sekali berkobar oleh semangat rohani ini untuk menceritakan pengalaman-pengalaman dengan orang lain yang perlu mengetahui dan mengerti, dan dengan menjadi seorang wakil umat manusia saya dapat menjadi tempat Bapa menyalurkan curahan kasih karunia-Nya kepada orang-orang-Nya. Kita ini angkatan yang sangat mujur. Tuhan sudah berada diambang pergerakan yang luar biasa. Tuhan akan kembali dengan cepat.

PERCAYALAH AKAN SURGA

Seseorang telah menulis kata-kata yang sangat benar ini: “Surga adalah sebuah tempat yang disediakan untuk orang-orang yang bersedia.” Tuhan telah memberi saya pengalaman-pengalaman ini sehingga saya akan siap menerima tempat yang telah disediakan-Nya untuk saya, dan supaya saya dapat membantu orang lain bersedia.

Inti daripada kata-kata ini adalah : “Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu” (Matius 5:12). Pengharapan akan surga adalah sukacita bumi.

Sesudah kunjungan kami ke puncak gunung, diatas awan-awan kemuliaan, Tuhan kembali membawa saya ke gedung putih, dimana kami biasa berganti baju. Abraham ada di sana menyambut kami, dan ia bercakap-cakap dengan Tuhan untuk beberapa menit sementara saya dan berdiri diam dan membayangkan kembali pemandangan di atas awan-awan.

Kemudian Tuhan pergi ganti baju, dan Abraham mendatangi saya. Ia meletakkan tangannya ke punggung saya dan berkata, “Tuhan telah menunjukkan banyak mengenai kerajaan.” Abraham adalah seorang yang sangat tinggi dan berjanggut panjang.

Saya mengangguk, dan seorang malaikat yang elok datang mengiringi saya kedalam ruangan ganti. Dengan mengenakan mahkota dan jubah surgawi saya, Tuhan dan saya berjalan menuju kolam. Tiba-tiba saya menyanyi.

Tuhan mengambil tempat-Nya di atas batu, dan saya mulai menari, tetapi saya tidak dapat melanjutkannya. Kesedihan yang dalam menyelubungi saya, dan saya mulai menangis. Saya mendapat firasat, bahwa Tuhan tidak akan membawa saya ke kolam setelah kunjungan ini, dan ini menyebabkan saya bertambah sedih sekali.

Saat ini, saya menangis tersedu-sedu. Tuhan, saya mengetahui semua pikiran dan perasaan kita, memanggil saya untuk datang kesebelah-Nya. Saya tidak mau ikut perintah-Nya, sebab saya menyangka saya tahu apa yang akan dikatakan-Nya kepada saya – bahwa kami tidak akan kembali ke kolam.

Ia memanggil saya lagi, dan saya dengan enggan menuruti-Nya. Saya duduk disebelah-Nya , memegang tangan-Nya dan meneruskan menangis.

“Tuhan,” saya berkata, “Aku merasa Engkau tak akan membawaku kemari lagi. Jangan meninggalkan aku, sebab aku sangat rindu pada-Mu.” Saya meremas lengan-Nya dan memegang-Nya erat-erat.

“Puteri-Ku sayang, engkau benar. Aku tidak membawamu kesini sampai hari terakhir. Engkau tahu bahwa ia akan terjadi segera, jadi sabarlah sehingga sampai waktunya. Aku telah cukup menunjukkan tentang surga untuk diceritakan kepada dunia, tetapi Aku masih ada hal-hal untuk ditunjukkan padamu di bumi.

“Aku akan membawamu ke pantai dan bercakap-cakap denganmu disana, jadi aku ingin engkau tidak menangis lagi. Aku akan bersamamu di mana saja. Setiap kali engkau ingin berjumpa-Ku, Aku akan disana dan engkau akan melihat-Ku. Aku akan melindungimu daripada segala kejahatan di bumi.”

“Puteri, Aku tahu di dalam hatimu engkau selalu ingin membantu mereka yang miskin. Aku akan memberkatimu dengan melimpah sehingga engkau dapat membantu siapa saja yang ingin kau bantu.”

“Terima kasih, Tuhan. Aku sangat mengingininya. Sungguh aku ingin membantu mereka yang miskin.”

“Itulah salah satu sebabnya Aku sangat menyayangimu, puteri-Ku. Apabila engkau kembali ke kerajaan untuk hidup disini selama-lamanya, Aku akan membawamu ke kolam ini. Engkau selalu menjadi puteri-Ku yang istimewa. Aku tak ingin engkau menangis untuk-Ku lagi. Aku mau engkau bergembira setiap hari selama engkau di bumi.”

“Terima kasih karena bersabar dan mengerjakan semua pekerjaan ini bagi-Ku. Aku ingin engkau dan suamimu melayani-Ku sehingga hari-hari akhir. Buku ini yang sedang engkau tulis untuk-Ku – selesaikanlah, dan engkau akan diberi petunjuk. Jangan kuatir akan apa pun.”

“Aku ingin anak-anak-Ku membaca buku ini, sebab banyak sekali dari mereka mempunyai keragu-raguan tentang surga. Aku ingin mereka percaya bahwa surga itu ada dan menjalani hidup yang kudus dan taat supaya mereka dapat masuk ke dalam kerajaan-Ku.”

“Buku ini mengenai segala firman-Ku dan kerajaan yang Aku sediakan untuk siapa saja yang ingin datang. Segala sesuatu telah tersedia.”

“Buku ini harus ditulis oleh seorang yang penuh urapan Roh. Puteri-Ku, jikalau engkau tidak di bawah kuasa istimewa Roh Kudusku. Aku tidak akan dapat memakaimu untuk pekerjaan ini. Seperti yang telah Kukatakan sebelumnya, Aku telah menyiapkanmu lama sekali untuk perjalanan ini, sebab Aku tahu Aku akan segera datang dan Aku ingin anak-anak-Ku tahu bahwa segera Aku akan datang untuk mereka. Puteri-Ku sayang, Aku selalu ingin engkau ingat akan kolam ini.”

Kata-kata-Nya sangat menggerakkan hati saya. Hati saya sungguh diliputi cinta akan Tuhan. Ia berdiri, dan saya tahu tiba waktunya bagi kami untuk pergi. Saya meneruskan menangis, tetapi hati saya diyakinkan dengan pengetahuan akan bersama dengan Tuhan selamanya dan bahwa Ia akan selalu bersama saya di bumi.

Di kamar ganti, seorang malaikat Tuhan memeluk saya. Suasana sangat menggirangkan hati di tempat di mana selalu ada banyak sekali cinta, kasih sayang, dan pengertian. Waktu saya berganti pakaian saya, saya menduga bahwa Abraham maupun malaikat itu tahu ini adalah kunjungan terakhir saya ke surga. Ketika saya keluar dari ruangan ganti pakaian, malaikat itu memeluk saya sekali lagi.

Malaikat itu berambut pirang, berjubah putih melambai dan berparas lembut dan hangat. Malaikat itu tersenyum kepada saya ketika saya berjalan ke arah Tuhan.

Kami kembali ke bumi di mana kami duduk ditepi laut, dan Tuhan mengingatkan saya akan hal-hal yang dikatakan-Nya di kolam surgawi. Ia memberitahu saya Ia tidak akan meninggalkan atau mengabaikan saya. Ia berkata kami akan bertemu di pantai. Ia mengingatkan saya untuk mencatat semua yang ditunjukkan dan diceritakan-Nya kepada saya.

Ketika Ia pergi, kesedihan saya lenyap. Saya percaya kata-kata-Nya. Saya memegang janji-janji-Nya. Sebuah ayat Alkitab berkata ke dalam hati saya: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir jaman” (Matius 28:19-20).

Saya mengerti bagaimana perasaan murid-murid ketika mereka mengetahui bahwa Yesus akan meninggalkan mereka dan pergi ke surga. Ia menyakinkan mereka dengan kata-kata yang sama yang diucapkan-Nya kepada saya. Saya tahu Ia akan selalu bersama saya dan malaikat-malaikat-Nya akan menjaga saya sementara saya berusaha keras membantu memenuhi firman tentang Tugas Besar-Nya.

“Aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, dihadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.” (Mazmur 23:4-6)

Saya sungguh percaya firman dari Mazmur 23.

KENANG-KENANGAN INDAH

Walaupun sedih, karena saya sadar saya tidak akan kembali ke surga untuk waktu ini, saya juga tahu saya tidak akan menukar sesaat pun dari pengalaman-pengalaman surgawi saya dengan apapun juga yang dapat diberikan oleh bumi ini. Sungguh, tiada apapun dapat dibandingkan dengan kemuliaan surga.

Saya menghabiskan waktu pagi dan siang pada 8 April 1996 menyanyikan lagu-lagu surgawi, mendalami firman, dan mencoba lebih dari biasanya sebab saya tidak tahu kapan saya akan dapat bertemu dengan Tuhan lagi. Saya melakukan setiap pagi, tetapi pagi itu saya menghabiskan berjam-jam dalam terus berdoa, memuji dan mendalami Firman Tuhan. Sejak saya menjadi orang percaya, berdoa menjadi kebiasaan saya. Dengan cara inilah Tuhan hadir di dalam hidup saya setiap waktu.

Khususnya pagi itu saat yang sangat menyusahkan bagi saya, karena saya memikirkan tidak dapat ke surga dengan Tuhan lagi sehingga hari terakhir. Kira-kira pukul 1 siang itu saya mulai merasa sangat sedih lagi. Saya mengingat-ingat bahwa saya tidak akan bersama dengan Tuhan ke surga lagi. Bersama dengan Tuhan adalah pengalaman yang paling bahagia seumur hidup saya. Tiada kata-kata yang dapat menerangkan dengan sempurna kegembiraan yang saya alami sawaktu kunjungan-kunjungan ke surga itu. Meskipun saya merasa sangat letih selama bulan-bulan itu, saya telah disegarkan secara rohani.

Saya mulai menangis. Suara Tuhan yang tegas dan kuat menarik perhatian saya. Ia berkata, “Puteri-Ku, Aku berkata kepadamu jangan menangis untuk-Ku lagi.”

Saya mencoba membendung air mata saya tetapi tidak dapat.

“Tuhan, maafkan aku. Aku hanya berharap Engkau membawa ke surga bersama-Mu.”

Saya ingin Ia membawa saya seketika itu juga, sebab saya sudah tidak peduli mengenai hal-hal apa saja di dunia ini lagi. Pikiran bersama dengan Yesus di surga memenuhi seluruh pikiran saya. Saya dengan tidak malu-malu menyatakan ini kepada Tuhan.

“Aku tidak mau menunggu,” saya berkata.

Teguran-Nya menusuk hati saya, “Puteriku sayang, Aku telah memberitahumu, bahwa Aku memerlukanmu untuk melakukan pekerjaan-Ku di bumi. Sabarlah.”

Nada suara-Nya memantulkan kemarahan. Ia meneruskan, “Saya akan datang lebih cepat daripada yang dipikir oleh setiap orang. Hanya ingat bahwa Aku tidak akan meninggalkanmu. Engkau perlu istirahat.”

Dengan itu, Ia pergi. Beban saya telah diambil dari saya, meskipun saya masih ingin bersama dengan Tuhan di surga. Semua ketakutan akan kematian telah dihapuskan daripada saya, sebab saya tahu, bahwa kematian berarti permulaan hidup yang kekal di surga. Kadang-kadang bahkan saya berharap untuk mati, tetapi saya mengulangi janji untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh Yesus kepada saya.

Sementara itu, saya mempunyai banyak kenangan-kenangan yang berharga untuk di ingat dan dihidupkan lagi. Pikiran saya ingat segala sesuatu yang saya lihat di surga – setiap jalan yang kami susuri, bangunan-bangunan yang kami masuki, gunung-gunung yang kami daki, malaikat-malaikat, Abraham, awan-awan, sungai-sungai, hewan-hewan, bunga-bunga, pohon-pohon, burung-burung, batu-batu, lautan, danau, kolam-kolam, orang-orang, ketenteraman, dan kegembiraan yang sangat dari semuanya itu.

Saya tidak akan seperti dulu lagi ketika saya berpikir saya ingin menikmati bumi ini sebanyak tahun mungkin – hidup sampai tua dan melancong ke sana-sini. Saya hanya ingin bersama Tuhan lebih dari apa pun juga. Saya tahu surga itu sangat nyata, dan jarang yang lebih penting, saya tahu Yesus selalu ada di sana. Saya mencintai-Nya lebih daripada hidup saya, dan saya ingin setiap orang percaya pada-Nya dan dia tahu ada surga yang telah disediakan bagi mereka.

Saya setuju dengan pemazmur, yang menulis :

“Sebab kasih setia-Mu lebih baik daripada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau. Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu … Apabila aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal malam, – sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku, dan dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai. Jiwaku melekat kepada-Mu, tangan kanan-Mu menopang aku.” (Mazmur 63:4-9)

Saya biasanya ingin tahu akan hal-hal ini, dan kadang-kadang saya bergelut untuk percaya, tetapi sekarang saya tahu, sebab saya tahu saya sudah tahu. Ada surga, dan itulah rumah kita yang sebenarnya. Tuhan sangat sering menunjukkan kepada saya kumpulan-kumpulan air di surga, dan Ia berkata pada saya, “Hati siapapun yang tidak semurni air dan tidak hidup sesuai dengan Firman-Ku dan tidak akan masuk ke kerajaan-Ku.”

Ia mengulangi sekali ini dan sekali lagi, jadi saya tahu ini penting. Ia juga berkata, “Banyak yang tidak akan ke kerajaan surga sebab mereka tidak hidup sesuai dengan Firman-Ku. Sebab itulah Aku menunjukkan kepadamu orang-orang yang memakai jubah berwarna coklat pasir dan kelabu.”

Saya tahu bahwa saya tidak mengetahui apa-apa tentang menulis buku, dan saya hanya tahu sedikit tentang Firman Tuhan, kecuali betapa pentingnya taat dan takut akan Tuhan, tetapi Ia memberitahu saya untuk tidak kuatir. Akhirnya saya belajar bagaimana menyerahkan segala kekuatiran saya kepada-Nya, sebab saya tahu, Ia peduli saya. Saya ingin melakukan yang terbaik untuk menyenangkan Tuhan selalu.

SURGA ITU SUNGGUH ADA

Delapan hari setelah kunjungan terakhir saya ke surga, Tuhan mengunjungi saya hampir dua jam lamanya. Pada pagi hari 16 April 1996. Badan saya bergoncang selama 20 menit, dan saya mengeluh dan berkeringat dalam persiapan menyambut kunjungan Tuhan. Ia berkata, “Puteri-Ku, Aku harus bercakap denganmu.”

Dengan cara biasanya, Ia memegang tangan saya, dan saya melihat badan transformasi saya berjalan dengan Dia di pantai. Kami menuju ke arah batu di mana kami sering duduk.

Sambil kami berjalan, saya berkata, “Aku rindu untuk bersama-Mu Tuhan. Sekarang sudah delapan hari sejak Engkau terakhir membawaku ke surga.”

Ia mendengarkan, dan saya tahu Ia mengerti, tetapi Ia diam sejenak. Kami meneruskan berjalan, dan kemudian kami duduk di atas batu. Tuhan berkata, “Aku merindukanmu juga.”

Saya mulai menyanyi dalam roh. Nyanyian-nyanyian keluar, dan saya tidak dapat mengendalikannya apalagi saya bersama Tuhan. Ini membuat saya sadar, bahwa Tuhan suka akan lagu dan tarian. Ketika saya menyanyi, Ia melihat wajah saya dan Ia kelihatan gembira. Tetapi kali ini Ia memotong, “Puteri, Aku harus berbicara denganmu.”

Saya masih terus menyanyi, jadi Ia mengulangi, “Aku harus berbicara denganmu.”

“Maafkan saya, Tuhan.”

“Aku lihat buku-Ku berjalan dengan lancar. Apakah engkau menulis judul dari buku yang Kuberikan padamu?”

“Ya, Tuhan.”

“Aku telah berkata kepadamu Aku akan mengatur segalanya.”

Berusaha mendapatkan judul yang sesuai untuk buku itu bukan satu tugas yang mudah. Seolah-olah judul yang tepat susah lahir. Kemudian, ketika waktu doa minggu sebelumnya, saya minta Tuhan akan sebuah judul. Sewaktu saya berdoa dalam Roh, kata-kata surga itu nyata berulang-ulang keluar dari Roh saya. Sesungguhnya, saya tidak dapat berhenti mengucapkannya.

Perasaan sangat damai datang kepada saya ketika saya sadar, bahwa ia adalah judul dari Tuhan untuk buku-Nya – Heaven is so Real! – dan apa judul yang lebih baik lagi? Inilah artinya yang tepat, temanya, isi buku ini. Inilah yang dikehendaki Yesus untuk diketahui oleh semua orang.

“Barangsiapa yang ingin datang ke kerajaan-Ku harus percaya dan bersiap untuk kedatangan-Ku.” Tuhan melanjutkan. “Ini akan sangat lebih cepat dari yang mereka kira.”

“Bahkan orang-orang percaya yang setia tidak yakin, bahwa sungguh ada kerajaan surga. Aku mau semua anak-anak-Ku yang ragu-ragu menjadi percaya bahwa, kerajaan-Ku itu nyata. Ini akan memimpin mereka untuk berhati lebih setia, taat dan kudus sehingga mereka dapat masuk kerajaan-Ku.”

TIDAK ADA JALAN MUDAH KE SURGA

Tuhan ingin semua orang percaya. Penulis Ibrani menekankan pentingnya untuk percaya dengan mengatakan bahwa kita sesungguhnya tidak dapat menyenangkan Tuhan tanpa iman.

“Tetapi tanpa iman tidak mungkin berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” (Ibrani 11:6)

Iman datangnya dari mendengar firman Tuhan, seperti yang dijelaskan oleh Paulus: “Jadi iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Roma 10:17). Tuhan ingin kita percaya firman-Nya, dan firman-Nya menunjukkan kita ke surga.

Yesus berkata, “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.” Firman Tuhan menanamkan iman ke dalam hati kita sehingga kita dapat menjangkau dengan iman ketika kita berdoa, dan karena itu menerima jawaban-jawaban atas doa-doa kita.

Inilah yang terjadi ketika saya minta Tuhan judul dari buku-Nya. Ia men-dengar doa saya dan menjawabnya. Ia adalah Tuhan yang sangat besar dan mulia, dan surga-Nya sungguh nyata!

Tuhan meneruskan: “Aku akan membawa semua orang yang hidup dalam firman-Ku ke dalam kerajaan-Ku, tetapi jalan ke kerajaan surga bukan jalan yang mudah.”

“Puteri, engkau terus bertanya mengapa Aku memilihmu untuk pekerjaan ini. Aku memberitahumu lagi. Engkau adalah puteri yang tepat untuk buku ini. Aku tahu engkau akan berbuat apa saja yang Kuperintahkan untuk engkau lakukan, walau bagaimana pun sulitnya untukmu.”

“Engkau akan membuat banyak orang sangat heran, sebab Aku memilih seorang puteri dan bukannya seorang putera untuk pekerjaan akhir zaman. Aku tahu banyak puteri-puteri lebih tahir hatinya daripada putera-putera dan mereka sangat menyenangkan hati-Ku. Melaluimu banyak puteri-puteri akan bahagia. Aku bermaksud untuk memberikan urapan istimewa kepada banyak puteri-puteri untuk pekerjaan akhir zaman, dan mereka harus bersedia untuk menerimanya.”

“Aku ingin engkau menulis tepat seperti apa yang Kutunjukkan dan beritahukan kepadamu. Tidak lebih dan tidak kurang. Setelah ini selesai, engkau akan menerima karunia-karunia istimewa untuk melayani-Ku, dan engkau akan menjadi berkat bagi orang-orang-Ku. Aku akan memberikatimu juga lebih daripada yang engkau harapkan.”

“Tuhan, berkat satu-satunya yang kuinginkan adalah untuk membahagiakan-Mu. Saya tidak memerlukan apapun, sebab Engkau telah memberikan semua yang kuperlukan atau inginkan di bumi ini. Sekarang, jikalau saya dapat melayani-Mu dengan sepenuhnya, itulah yang akan membuatku lebih bahagia dari apapun juga, dan saya ingin seluruh keluargaku melayani-Mu dan bersedia memberikan hidup mereka bagi-Mu.”

“Itulah sebabnya Aku sangat mengasihimu, puteri,” Ia berkata, dan menambahkan, “Jangan lupa memakai kata-kata nubuatan Pendeta Randolph di dalam buku ini. Dan ingat, Aku akan membawamu kemari lagi.”

Kami berdiri, berjalan di atas pasir, dan memandang Lautan Pasifik. Sebelum naik, Ia berkata, “Tuliskan semua yang Kukatakan kepadamu.”

Saya memegang-Nya dengan kuat ketika kami berpelukan. Saya tidak mau Ia pergi, tetapi saya tahu ini perlu. Saya tahu surga itu sungguh ada dan bahwa saya tidak perlu kuatir apa pun. Selama-lamanya saya akan bersama Dia.


BAB 14 - HIDUP DALAM FIRMAN


“Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapaku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku. Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu.” (Yohanes 15:7-9)

Sementara meluangkan waktu pagi dengan berdoa dan merenungkan firman Tuhan pada 18 April 1996, Tuhan memberi saya suatu urapan yang sangat istimewa. Ini adalah tanda, bahwa Ia akan segera datang, dan seperti yang saya harapkan, setelah kira-kira lima belas menit saya melihat Dia duduk dekat jendela kamar tidur saya di mana Ia selalu duduk. Saya juga melihat badan transformasi saya duduk di sebelah-Nya. Lagu-lagu rohani dari dalam roh saya membalas kehadiran-Nya.

Sedang saya menyanyi, saya memegang tangan Tuan saya, dan saya mulai mencari bekas luka-luka di telapak tangan-Nya dengan mencoba membalikkan tangan-Nya, tetapi Ia mencegah saya melakukan ini. Ia kelihatan sangat gembira atas pertemuan ini, dan Ia mengingatkan saya, “Aku tidak ingin melihat engkau menangis lagi.”

Tuhan memberitahu saya beberapa hal yang penting hari itu.

“Puteri-Ku, Aku tidak mau engkau risau tentang apa pun berkenaan dengan pekerjaan ini,” Ia mulai. “Aku akan mengatur segalanya. Engkau hanya perlu bergembira untuk-Ku, puteri-Ku. Aku ingin engkau meletakkan gambarmu pada sampul buku.”

“Tuhan, Engkau selalu mengejutkanku. Engkau selalu membuatku merasa begitu gembira.”

“Aku tahu semua keperluanmu sebelum engkau memintanya kepada-Ku, tetapi Aku tidak mau anak-anak-Ku berhenti meminta jika mereka memerlukan sesuatu.”

Kata-kata-Nya mengingatkan saya akan sesuatu yang telah saya baca di dalam Alkitab pagi itu juga: “Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Tuhan. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya” (Matius 6:7-8).

Di dalam ayat Alkitab ini, melalui contoh doa-Nya yang terkenal sebagai Doa Bapa kami, Yesus terus mengajar kita bagaimana berdoa. Garis besar yang berkesan untuk semua doa syafaat dan doa pribadi, dan saya menggunakan prinsip-prinsipnya kalau saya datang ke hadirat-Nya dalam penyembuhan, syafaat, dan permohonan. Saya selalu mengklaim janji-janji Tuhan, seperti yang terdapat dalam Filipi 4:19 : “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” Dan pada pagi musim semi yang khusus ini Tuhan mengingatkan saya kebenaran-kebenaran yang bernilai sekali.

Sesudah menyampaikan pesan tentang doa ini, Tuhan berdiri dan badan transformasi saya berdiri dengan Dia. Saya mengawasi Tuhan menyentuh kepala dari badan transformasi saya. Ia berangkat, badan transformasi saya hilang, dan goncangan badan duniawi saya berhenti.

SUATU PENGLIHATAN TENTANG BUKU-BUKU YANG BANYAK

Empat hari kemudian, pada 22 April 1996, saya bersama Tuhan dari pukul 6.35 pagi sampai 08.18 pagi. Badan saya bergoncang selama dua puluh lima menit, kemudian saya mendengar suara Tuhan. Ia mengambil tangan saya, dan saya melihat badan transformasi saya berjalan di pantai bersama Dia. Tuhan berkata, “Aku mencintaimu, puteri-Ku.”

“Aku mencintai-Mu juga, Tuhan.”

Kami naik ke batu, di mana kami biasa duduk sedang kami memandang Lautan Pasifik yang luas. Ketika kami duduk, saya mulai menyanyi. Kemudian saya menangis karena gembira. Saya memegang lengan Tuhan, dan dengan tangan kanan-Nya Ia menepuk tangan saya dengan lembut.

“Puteri-Ku, Aku harus menunjukkan sesuatu kepadamu.”

Suara lain menyertai ketika penglihatan-penglihatan ajaib yang diberikan oleh Tuhan kepada saya keluar. Kemudian saya melihat sebuah toko buku yang besar dipenuhi oleh buku-buku, dan saya bertanya dalam hati mengapa ada begitu banyak buku di sana. Mata saya tertarik oleh sebuah buku yang istimewa. Sampul latar belakang kuning emas dengan sebuah istana di atasnya – sebuah istana yang bagus sekali seperti yang saya lihat di surga. Judulnya ada di tengah-tengah halaman “Heaven is so Real!” dalam huruf-huruf yang tebal, jelas. Di bagian bawah sampul ada awan, mengalun lembut seperti yang saya lihat dari gunung surga.

Saya terperanjat oleh penglihatan tentang buku itu. Bertambah heran lagi, saya mulai melihat banyak sekali buku-buku terbang di udara, dan orang-orang di bawah sedang mengulurkan tangan dan melompat-lompat berusaha menangkapnya.

Penglihatan ini lalu berangsur-angsur hilang, dan saya mulai merenungkan kepentingannya. Tuhan menjelaskan, “Aku berkata padamu Aku akan mengatur segalanya untukmu, puteri. Jangan kuatir lagi mengenai apapun.”

Ia telah menunjukkan kepada saya hasil jadi buku itu yang mengisi begitu banyak waktu dan perhatian saya. Buku itu indah, dan sampulnya sangat memikat. Yang lebih penting, Ia telah menunjukkan kepada saya betapa inginnya orang banyak untuk mengetahui kebenaran tentang surga, dan saya betul menyadari, bahwa buku saya akan menjadi jalan di mana mereka sungguh-sungguh dapat mengetahui.

“Tuhan, saya percaya segala sesuatu yang Engkau katakan kepadaku,” saya berkata, “tetapi saya tak habis-habisnya berpikir tentang ini.”

“Puteri-Ku, buku ini harus dikerjakan menurut waktu-Ku dan oleh kehendak-Ku. Aku mau engkau tenang saja mengenainya. Aku tahu engkau sesungguhnya tidak mempunyai kehidupanmu sendiri sekarang sebab engkau sangat sibuk dengan buku, tetapi ada hal-hal yang tidak dapat dibuat dengan terburu-buru. Mereka harus diselesaikan pada waktu yang sesuai. Aku mau engkau belajar menjadi sabar. Aku ingin semua anak-anak-Ku menjadi bahagia di bumi ini.”

“Tuhan, bagaimanapun beratnya, aku menikmati setiap menit waktuku yang aku curahkan untuk buku-Mu. Tidak sukar menulis kata-kata-Mu yang indah. Roh Kudus memimpin aku untuk setiap kata yang kutulis; aku tak akan pernah dapat menulisnya sendiri.”

Bagian yang sukar, saya harus mengakui, adalah waktu menunggu. Tetapi Tuhan setia akan setiap kata yang dikatakan-Nya kepada saya. Firman-Nya benar mutlak. Seperti yang diberi kesaksian oleh Yesaya: “Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya” (Yesaya 55:11). Dan saya tahu, bahwa hal yang sama akan berlaku sebagai kebenaran untuk buku yang saya telah diminta-Nya untuk menulis. Buku ini tidak akan kembali kepada-Nya dengan sia-sia. Buku ini akan berhasil, dan akan melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya untuk dilaksanakan.

Hadirat-Nya, suara-Nya, sentuhan-Nya, kata-kata-Nya semua begitu meyakinkan saya dan memberi saya kedamaian yang luar biasa. Saya tahu ini buku-Nya, bukan punya saya, dan Ia akan menjaga setiap seginya, dari tulisan sampai pola sampulnya sampai percetakan, pemasaran dan pengedarannya. Ini akan menjadi suatu karya indah yang akan menarik orang dalam penggambarannya tentang kemuliaan surga.

Tuhan berdiri, berjalan ke pinggir lautan di mana kami mulai, dan berkata, “Aku mengasihimu, puteri-Ku sayang.”

Ia tidak memeluk saya kali ini. Lalu Ia berpaling dan pergi.

“SEGALANYA TELAH SIAP!”

Pagi hari 25 April 1996 Tuhan bercakap-cakap dengan saya dari pukul 07.40 pagi sampai 09.13 pagi. Badan saya bergoyang kuat sekali, dan keluhan-keluhan saya terdengar di seluruh rumah. Lalu Tuhan berkata.

“Aku Tuhanmu, puteri-Ku sayang, dan Aku harus bercakap-cakap denganmu,” Ia berkata.

Ketika Ia memegang tangan saya, badan duniawi saya bergetar dan bergoncang seperti suatu aliran listrik disalurkan ke dalam sistem tubuh saya. Kemudian saya melihat badan transformasi saya berjalan dengan Tuhan di pantai. Kami mengambil tempat kami biasanya di atas batu, tetapi kali ini saya tidak menyanyi.

Sebaliknya, perhatian saya khusus tertuju kepada pakaian yang kami pakai. Sementara saya mengamatinya, Tuhan berkata, “Puteri-Ku, Aku sungguh senang bersamamu.”

“Tuhan, aku mencintai-Mu dan aku ingin bersama-Mu selalu.”

“Akan segera terjadi, puteri-Ku. Sudahkah engkau melihat kakimu?”

Saya tidak pernah melihat dengan jelas sebelumnya, tetapi hanya saya sedang memakai sandal yang sama saja. Ia sedang memakai warna coklat abu-abu dengan pinggiran emas. Saya meletakkan kaki kanan saya di sebelah kaki-Nya dan nampak bagaimana kecilnya kaki saya dibandingkan dengan kaki-Nya. Kami berdua mulai tertawa. Selanjutnya saya meraba bahan jubah saya. Sangat lembut dan mengkilap.

Tuhan mengulurkan tangan-Nya dan menyentuh rambut saya.

“Engkau memiliki rambut yang cantik,” Ia berkata.

Rambut badan transformasi saya seperti kepunyaan seorang gadis yang muda. Panjang, lurus, lembut, dan berkilau.

Itu seperti rambut yang saya miliki ketika aku masih gadis remaja. Tuhan lalu melihat wajah saya dan berkata, “Engkau cantik, puteri-Ku.”

Kata-kata itulah yang sungguh-sungguh ingin saya dengar, sebab saya tidak pernah merasa mempunyai penilaian yang bagus sekali, baik mengenai paras maupun kemampuan saya, tetapi untuk mendengar Tuhan saya dari surga memberitahu saya tentang kecantikan saya mengubah segala yang ada di dunia. Saya mulai menangis karena gembira.

“Jangan malu, puteri-Ku,” Tuhan menghibur saya.

Kemudian Ia mengangkat wajah saya. Saya dapat melihat roman wajah transformasi saya dan kilauan rambut saya yang hitam. Untuk pertama kalinya dalam hidup saya, aku merasa betul-betul cantik, kemudian saya teringat akan kata-kata pemazmur :

“Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.” (Mazmur 139:14-16)

Saya dapat melihat bahwa Tuhan telah menciptakan saya. Ia membentuk saya untuk menjadi seorang yang sangat istimewa, dan inilah yang dicoba untuk diperlihatkan-Nya kepada saya hari ini. Ia sedang mengagumi ciptaan-Nya, dan Ia ingin saya pun berbuat yang sama.

Biasanya Tuhan tidak banyak bercakap waktu Ia mengunjungi saya, kecuali jikalau Ia ingin memberitahuku hal-hal yang penting mengenai kehidupan serta pelayanan saya. Seringkali Ia mengulangi pesan-pesan yang penting ini.

Contohnya, Ia memberitahu saya berulang-ulang, bahwa Ia akan datang segera. Ia seringkali mengulangi kenyataan, bahwa kerajaan-Nya sudah disediakan bagi anak-anak-Nya. Ia seringkali memberitahu saya supaya tidak kuatir, sabar, dan percaya pada-Nya.

Ia terus-menerus berkata kepada saya, bahwa buku ini penting sebab akan meyakinkan banyak orang yang ragu-ragu bahwa surga itu betul-betul ada. Semakin saya memikirkannya, semakin saya menyadari bahwa inilah salah satu hal yang paling penting untuk dapat diketahui oleh siapapun – pengetahuan tentang surga adalah rumah kita membuat perjalanan hidup ini sangat jauh lebih berarti.

Itulah yang sebenarnya yang tengah saya rasakan. Sekarang setelah saya telah banyak ke surga, saya tidak sabar lagi menunggu untuk pergi ke sana selama-lamanya. Seorang pernah berkata, “Di bumi, kamu hanya dapat memperoleh satu hal yang kekal – surga.”

Sungguh suatu kehormatan, sebab itu, bagi saya mendapat bagian di dalam buku ini. Saya tahu Tuhan akan menggunakannya untuk membawa banyak jiwa-jiwa ke dalam kerajaan-Nya. Itulah yang Ia kehendaki, dan itulah yang saya kehendaki juga.

Pada pagi yang khusus, 25 April 1996, Tuhan kelihatan lebih riang dan lebih banyak bicara daripada biasanya. Kata-kata dan tindak-tanduk-Nya membuat saya sering ketawa, dan Ia juga tertawa. Sungguh waktu yang menyenangkan sekali.

Dalam banyak hal Ia seolah-olah hampir mirip seperti manusia biasa daripada Tuhan yang mahakuasa. Ia tentu sedang menikmati saat-saat ini bersama saya. Setelah beberapa saat, bagaimanapun suasana pertemuan kami menjadi lebih serius.

“Puteri, terima kasih karena menyempatkan dirimu untuk melakukan pekerjaan ini,” Ia berkata. “Hal yang paling penting bagi-Ku adalah bahwa engkau membuat buku ini persis seperti apa yang telah Kuberitahukan kepadamu untuk mengerjakannya. Jangan sekali-kali mengubahnya. Aku telah membimbingmu langkah demi langkah, seperti yang telah Kujanjikan padamu. Aku tahu engkau akan taat di dalam pekerjaan ini, dan itulah sebabnya Aku memilihmu.”

“Aku berkata kepadamu lagi bahwa segala sesuatu di kerajaan-Ku telah siap untuk anak-anak-Ku. Aku mau setiap orang percaya yang ragu-ragu dan tidak percaya menyadari bahwa ada surga yang nyata. Aku ingin membawa semua anak-anak-Ku ke kerajaan, tetapi barangsiapa tidak hidup sesuai dengan firman-Ku tidak akan masuk. Buku ini akan menolong orang-orang yang tidak percaya.”

“Aku tahu engkau berdoa untuk banyak orang, tetapi Aku tidak dapat menjawab semua doamu sebab ada orang yang mengetahui firman-Ku masih mementingkan diri sendiri dan mereka hidup untuk dunia. Barangsiapa hidup tidak jujur dan tidak menghormati firman-Ku adalah orang-orang yang tidak akan Aku berkati, meskipun mereka adalah orang-orang yang engkau sayangi.”

“Puteri, Aku mau engkau mengingat tentang mereka yang telah kaudoakan, mereka yang kaukenal, dan Aku mau engkau mengingat doa-doa yang telah Kukabulkan. Ada orang yang tidak akan pernah mengubah hati mereka menjadi kudus, dan mereka tidak akan pernah diberkati.”

“Banyak orang percaya miskin dan mempunyai banyak persoalan dalam hidup mereka sebab hati mereka tidak benar terhadap-Ku dan mereka tidak memberi persepuluhan. Setiap orang percaya yang tidak memberikan persepuluhan tidak akan diberkati sebab mereka mencintai uang lebih daripada Firman-Ku. Mereka yang mencintai uang lebih daripada Firman-Ku tidak akan pernah melihat kerajaan-Ku. Engkau sudah tahu ke mana mereka akan berada akhirnya.”

“Apabila setiap orang datang kepada-Ku dengan hati yang terbuka dan mencoba untuk hidup dengan Firman-Ku, mereka akan langsung diberkati, dan mereka akan mendapat damai dan kegembiraan selalu. Barangsiapa mencintai Aku dan ingin Aku memberkati mereka harus memiliki hati yang benar terhadap-Ku dan mengutamakan Aku dalam segala hal di dalam kehidupan mereka dan mempunyai hati yang baik terhadap orang lain.”
                                                                                                      
“Sayang, Aku ingin engkau gembira setiap hari dalam hidupmu di bumi. Engkau adalah puteri-Ku yang istimewa selamanya. Tidak akan henti-hentinya berkat-Ku untukmu selama engkau di bumi ini.”

“Aku akan melindungimu daripada apa saja yang tidak Kusukai di bumi ini, dan Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Engkau akan selalu mendapat kejutan-kejutan yang tidak kau sangka-sangka daripada-Ku.”

“Tuhan, Engkau telah mengherankan aku dengan banyak sekali perkara-perkara. Saya tidak tahu apa yang akan Engkau lakukan selanjutnya.”

Saya dapat merasakan bahwa Ia tersenyum atas jawaban saya. Kemudian Ia berkata, “Sudah waktunya kembali.” kami berdiri dan mulai berjalan ke arah air.

Kami saling berpelukan, dan Ia berkata, “Aku mengasihi-Mu, puteri-Ku.”

“Aku mengasihi-Mu, Tuhan.”

MAHAKUASA DAN MAHA HADIR

Kunjungan selanjutnya bersama Tuhan terjadi pada 29 April 1996. Saya bersama Dia dari pukul 06.05 pagi sampai hampir pukul 08.00 pagi itu. Badan saya bergoncang selama setengah jam, lalu Tuhan berkata, “Puteri-Ku, Choo Nam. Aku harus bercakap dan menunjukkan beberapa hal kepadamu.”

Ketika Ia memegang tangan saya, saya dapat melihat badan transformasi saya sedang berjalan bersama Dia di pantai. Segera setelah kami duduk di atas batu, saya berterima kasih kepada Tuhan karena membawa saya ke tempat yang khusus ini untuk bersama dengan-Nya.

Dengan lembut Ia mengingatkan saya, “Aku mengasihimu, puteri.”

“Aku mengasihi-Mu, Tuhan.” Setelah kami bercakap, saya menyanyi bagi Dia.

Suara luar biasa yang menyertai penglihatan-penglihatan yang diberikan-Nya kepada saya keluar, dan saya melihat sampul “Heaven is so Real!” lagi. Kemudian, buku itu mulai terbang melalui udara, dan orang-orang di bagian bumi yang tandus melompat-lompat dan mengulurkan tangan mereka untuk menggapainya.

Lalu sebuah buku terbang ke arah kami, dan Tuhan menangkapnya. Ia memberikannya kepada saya. Mula-mula, saya memegangnya dengan erat di dalam kedua tangan saya, dan saya mendekapnya dalam dada saya sebagai sesuatu yang amat berharga. Air mata sukacita terus mengalir turun ke pipi saya.

Penglihatan yang luar biasa kemudian memperlihatkan saya sebuah ruangan utama gereja di mana Tuhan sedang berdiri di belakang mimbar. Ia mengangkat buku ini dengan kedua tangan-Nya. Orang-orang berlarian maju menghampiri-Nya. Sungguh menakjubkan, sungguh menggetarkan hati, melihat begitu banyak orang datang kepada Tuhan – kemudian saya mengerti bahwa Ia memakai buku ini untuk menarik orang kepada-Nya.

Penglihatan ini membukakan banyak penglihatan-penglihatan lain sekaligus. Saya dapat melihat Tuhan di dalam banyak gereja-gereja yang berlainan di seluruh dunia, dengan orang-orang dari setiap bangsa hadir di dalam berbagai-bagai gereja. Di dalam setiap rumah ibadah orang-orang sedang berlarian menghampiri-Nya. Tuhan saya yang mahakuasa dan maha hadir dapat berada di manapun juga – di dalam beberapa gereja yang berlainan pada waktu yang sama.

Saya teringat akan sebuah ayat dari kitab Wahyu: “Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: “Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Maha-kuasa, telah menjadi raja.” (Wahyu 19:6). Ini adalah penglihatan tentang surga yang diterima oleh rasul Yohanes di pulau Patmos di mana ia sedang dipenjarakan. Inilah apa yang dilakukan oleh orang-orang dalam penglihatan saya – mereka sedang berlari kepada Tuhan untuk menyembah Dia sebab mereka tahu Tuhan adalah Tuhan yang Mahakuasa!

Inilah jawaban dari kebenaran yang diberitahukan oleh Yohanes di dalam Wahyu: “Maka kedengaranlah suatu suara dari takhta itu: “Pujilah Allah kita, hai kamu semua hamba-Nya, kamu yang takut akan Dia, baik kecil maupun besar!” (Wahyu 19:5). Ketika orang-orang kudus melakukan ini, mereka dipenuhi oleh sukacita dan berseru: “Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.” Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih! (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.) Lalu ia berkata kepadaku: “Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba” (Wahyu 19:7-9).

Seperti Yohanes, saya telah dipanggil untuk menulis, dan tugas saya adalah sama seperti dia – supaya orang tahu bahwa perjamuan kawin Anak Domba sudah disiapkan, dan diberkatilah mereka yang diundang hadir ke perjamuan itu pada hari terakhir. Undangan diberikan kepada semua orang, tetapi hanya mereka yang dengan hati terbuka memilih untuk berjalan di dalam firman Tuhan yang dapat hadir. Penting sekali bagi kita untuk hidup sesuai dengan firman Tuhan, untuk berdoa sesuai dengan ajaran-Nya dan untuk percaya akan semua janji-janji-Nya. Kita adalah mempelai wanita Tuhan, dan Ia menghendaki supaya kita kudus, bersih dan benar di hadapan-Nya. Hari perkawinan yang luar biasa hebatnya menanti!

Penglihatan berakhir dan Tuhan bertanya, “Puteri-Ku, apakah engkau telah melihat segalanya?”

“Ya, Tuhan. Bagaimana Engkau dapat hadir di mana-mana?”

“Aku dapat berada di mana saja dalam sekejap mata.”

“Tuhan, saya tahu ada orang percaya yang sangat setia, tetapi mereka masih mempunyai kebiasaan-kebiasaan lama mereka. Mengapa Engkau tak dapat mengubah mereka?”

“Barangsiapa mau berubah akan menerima pertolongan-Ku. Apabila mereka minta kepada-Ku apapun yang mereka kehendaki Aku akan memberikannya kepada mereka jika Aku tahu mereka ikhlas dan jika mereka betul-betul bertekad, Aku akan menjawab doa-doa mereka.”

“Banyak anak-anak-Ku, bagaimanapun juga, tidak berdoa dengan jujur atau dengan tekun. Apabila mereka tidak mempunyai kesabaran, mereka tidak dapat menerima berkat.”

“Puteri-Ku, engkau begitu gigih. Engkau tidak pernah menyerah. Engkau terus minta pada-Ku apa yang engkau inginkan dalam doa. Aku mendengar setiap doamu.”

“Ya, Tuhan, aku tidak akan berhenti sampai aku menerimanya sebab aku tahu Engkau memiliki semua jawabanku. Salah seorang guru Alkitabku memberitahuku supaya “jangan berhenti berdoa untuk sesuatu yang engkau inginkan.” Itulah sebabnya aku sangat tekun dalam doa-doaku, Tuhan.”

“Aku tahu Engkau mempunyai jawaban-jawaban yang kuperlukan, terutama dalam doa-doa pribadiku. Engkau menjawab doa-doaku lebih daripada yang telah aku harapkan. Terima kasih, Tuhan.”

“Aku mencintai anak-anak yang tekun. Ketekunan manusia membuktikan kesetiaan mereka, dan dengan ini Aku tahu bahwa mereka percaya Aku memegang jawaban-jawaban atas semua doa-doa mereka. Aku juga ingin anak-anak-Ku mengetahui, bahwa meskipun Aku menjawab doa-doa, Aku mungkin juga membatalkan jawaban-jawaban jikalau mereka tidak setia.”

“Apakah kiranya yang dilakukan oleh seseorang sehingga menyebabkan Engkau membatalkan berkat dalam kehidupannya?”

“Puteri, waktu beberapa anak-anak-Ku memerlukan sesuatu, mereka berdoa siang dan malam dan meluangkan waktu bersama-Ku. Mereka berusaha dengan gigih untuk taat dan hidup sesuai dengan Firman-Ku. Lalu, pada saat Aku memberkati mereka, mereka berubah, menjauhkan diri daripada-Ku dan kembali kepada cara hidupnya yang lama. Mereka terus melakukan hal-hal yang tidak Kusukai. Itulah sebabnya Aku kadang-kadang menghentikan berkat-Ku.”

Kunjungan-Nya, hadirat-Nya, penglihatan-Nya telah pergi, dan saya ditinggalkan dengan pengertian yang lebih jelas tentang jalan Tuhan. “Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; janji TUHAN adalah murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya.” (Mazmur 18:31).


BAB 15 - BERKAT-BERKAT YANG MELIMPAH


“Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.” (LUKAS 3:5-6)

2 Mei 1996 pagi merupakan waktu berdoa yang sangat berarti sekali. Urapan Tuhan lebih kuat ke atas saya daripada biasanya, dan goncangan badan saya lebih hebat daripada sebelumnya, ketika saya mengakhiri waktu doa saya. Seakan-akan goncangan-goncangan ini tidak akan berhenti. Keluhan-keluhan roh saya seperti ledakan-ledakan dari tempat yang dalam sekali. Suhu badan saya naik, dan aku basah berkeringat.

Begitu melimpahnya, sehingga saya lupa untuk melihat jam. Setelah beberapa waktu lamanya, Tuhan masuk jendela tempat tidur dan duduk di tempat biasa-Nya. suara-Nya telah menenangkan manifestasi-manifestasi jasmani tubuh saya.

“Puteri-Ku sayang, Aku datang untuk memberitahu dan menunjukkanmu beberapa hal. Engkau mempunyai banyak hal untuk dikerjakan bagi-Ku sebelum Aku datang untuk umat-Ku. Engkau harus sabar bersama-Ku. Banyak umat-Ku belum siap menerima kedatangan-Ku. kerajaan-Ku sudah siap sekali untuk siapa pun yang mau memasukinya.”

“Setiap orang percaya harus berdiri di hadapan-Ku pada akhirnya, dan banyak dari mereka yang tidak hidup menurut Firman-Ku akan sangat kecewa.”

“Aku ingin semua anak-anak-Ku datang ke kerajaan-Ku. Siapapun yang membaca buku ini, Aku ingin mereka percaya dan sadar bagaimana mereka harus hidup di dunia supaya dapat masuk ke kerajaan surga.”

“Puteri, Aku akan memberkatimu sehingga engkau tak dapat menampungnya. Aku akan memberkatimu lebih daripada yang pernah engkau harapkan atau minta.”

“Tuhan, satu hal yang saya inginkan untuk menjadi berkat adalah dapat melayani-Mu dan membuat-Mu gembira.”

“Puteri, engkau telah membuat-Ku sungguh gembira. Karena itulah Aku memilih engkau untuk pekerjaan ini. Engkau dan suamimu akan banyak melayani-Ku sehingga hari terakhir. Beritahu suamimu Aku senang dengan kerja yang sedang ia kerjakan berkenaan dengan buku ini.”

“Setelah semuanya selesai, Aku ingin engkau membangun gereja-Ku.”

Pernyataan ini membangkitkan suara yang selalu menyertai penglihatan-penglihatan luar biasa yang Tuhan berikan kepada saya, dan saya mulai melihat gereja yang sama yang telah diperlihatkan kepadaku sebelumnya. Sesudah saya melihat bagian dalam dan luar bangunan gereja, saya merasa tenang sekali. Saya tidak dapat melihat Tuhan ataupun merasakan kehadiran-Nya.

Khususnya pada pagi ini, dan pagi seterusnya, kunjungan-kunjungan Tuhan bersama saya tak dapat diramalkan sama sekali, dan tidak seperti lazimnya. Pada saat-saat ini, saya tidak tahu apa yang dapat diharapkan dari kunjungan-kunjungan-Nya sebab setiap kunjungan sangat berlainan.

Satu hal menjadi sangat jelas pada saya – Ia tidak pernah muncul jikalau saya telah pagi-pagi membuat rencana untuk hari yang tertentu. Pada hari-hari dimana saya tidak mempunyai rencana, bagaimanapun, Ia paling sering datang untuk membawa saya ke pantai di bumi. Pada hari-hari lain, Tuhanku yang luar biasa iseng-iseng duduk di jendela dan berbicara kepada saya ketika saya sedang berdoa. Ia adalah Tuhan yang sungguh memperhatikan dan penuh kasih sayang. Kasih saya kepada-Nya tidak dapat diungkapkan sepenuhnya.

Saya masih takjub mengetahui bagaimana Ia tahu tentang saya. Ia tahu pikiran saya, perasaan saya, rencana saya, dan alasan saya. Doa saya tak putus-putusnya adalah dari Mazmur 139:23-24: “Selidiki aku, ya Tuhan, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah aku jalan serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!”

SEPERTI SEORANG ANAK KECIL

Iman saya terus berkembang ketika saya bertumbuh di dalam hubungan saya dengan Tuhan. Saya sungguh percaya, bahwa saya tak akan pernah mempunyai keraguan lagi, saya sudah pernah bersama Tuhan, dan Ia telah membawa saya ke surga sangat kering. Saya percaya Firman-Nya, dan saya tahu bahwa surga itu sungguh ada.

“…Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang mempunyai Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya”. (Markus 10:14-15).

Tuhan mau kita menjadi seperti kanak-kanak sehingga kita dapat menikmati berkat kerajaan surga selamanya. Sifat-sifat masa kanak-kanak adalah mungkin bagi orang dewasa yang menyerahkan hidup mereka sepenuhnya dan terbuka kepada Yesus Kristus. Tidak bersalah, percaya, kemurnian hati, terpesona, rasa heran, yakin, keriangan, kebahagiaan, berpikiran sederhana – semua ini adalah beberapa sifat-sifat ajaib masa kanak-kanak yang Tuhan inginkan kita tunjukkan untuk sampai ke surga.

Perhatikan yang dikatakan Tuhan, “barangsiapa tidak menyambut kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya” (Markus 10:15). Jelas sekali Ia ingin kita percaya akan surga – menerimanya sebagai seorang anak kecil. Inilah kunci yang membuka pintu surga untuk kita semua yang ingin masuk.

Walau bagaimanapun, karena begitu banyak hal yang menghalangi kita sementara kita menjadi dewasa, kita cepat kehilangan ketidak bersalahan kita, iman, percaya, dan kemurnian. Semua ini dipulihkan apabila kita datang, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Suatu transformasi yang indah: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Korintus 5:17).

Tuhan adalah Bapa kita; kita adalah anak-anak-Nya. Ia mau kita menjadi anak-anak yang mempercayai, mencintai, dan mematuhi Bapa mereka. Yesus berkata, “Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku … Dengan demikian semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yohanes 13:33,35).

Tuhan ingin semua anak-anak-Nya bersama dengan Dia di surga untuk selama-lamanya. Untuk sampai ke sana – untuk hidup di bagian atas gunung tertinggi surga – kita perlu menjadi seperti kanak-kanak. Perubahan kekristenan yang sungguh-sungguh adalah bahwa orang dewasa menjadi seperti kanak-kanak – berjalan penuh takjub, percaya, patuh dan kasih.

Yesus membuatnya sangat jelas bagi saya, bahwa inilah yang Ia kehendaki dari kita semuanya – untuk memiliki iman seperti seorang anak kecil. Ia mau kita hidup sesuai dengan Firman-Nya, untuk percaya kepada-Nya sepenuhnya dan menanti dengan harapan akan surga yang nyata. Mereka yang tidak mau, Ia menegaskan kepada saya beberapa kali, akan berada di batas surga tetapi tidak akan pernah dapat masuk sukacita Tuhan.

SEBUAH RUMAH BAGUS DAN MOBIL

Dari pukul 06.17 pagi sampai pukul 08.14 pagi 6 Mei 1996, saya bersama Tuhan. Badan saya bergoncang selama dua puluh menit, dan saya berkeringat di bawah urapan yang sangat melimpah. Keluhan-keluhan dari kedalaman roh saya mencurah keluar. Lalu saya merasakan kehadiran Tuhan di dalam kamar.

“Mari, puteri-Ku Choo Nam, Aku harus membawamu ke pantai,” Ia berkata.

Saya melihat tangan-Nya menggapai saya. Selanjutnya hal yang saya lihat adalah badan transformasi saya sedang berjalan dengan Tuhan sepanjang pantai. Alangkah gembiranya saya waktu itu. Saya tersenyum kepada Tuhan seperti seorang anak kecil yang sedang menikmati saat-saat istimewa bersama orangtuanya. Seluruh badan saya merasa girang, dan saya tahu, bahwa Tuhan juga gembira.

“Tuhan, aku rindu pada-Mu. Aku sungguh mencintai-Mu.”

“Aku mengasihimu, puteri dan itulah sebabnya Aku membawamu kemari.”

Kami pergi ke batu biasanya yang menjadi tempat istirahat kami dalam perjalanan-perjalanan ke pantai. Saya selalu duduk di sebelah kiri-Nya dan kalu tidak memegang tangan-Nya maka saya meletakkan tangan saya di bawah lengan-Nya.

Saya menyanyi dengan sukacita sebentar sebelum Tuhan berkata kepadaku:

“Puteri-Ku, Aku akan menunjukkan sesuatu padamu. Aku ingin engkau bahagia.”

Suara – penglihatan keluar dari roh saya. Seakan-akan menguasai saya untuk waktu yang lama.

Penglihatan muncul, dan saya melihat sebuah sungai yang sangat besar yang luar biasa lebarnya. Banyak rumah-rumah terletak berdekatan dengan sungai itu, tetapi mereka didirikan tinggi di atas air, pada batu-batu yang sangat besar.

Perhatian saya tertarik kepada sebuah rumah yang khusus – berbingkai putih, rumah bertingkat dua dengan pagar putih pekat sekelilingnya. Tidak ada rumput di depan rumah, dan, bukannya halaman rumput, tetapi tanahnya disusun dalam bentuk sebuah kebun batu yang sangat indah. Bunga-bunga dan pohon-pohon tumbuh subur di sekitar rumah itu.

Pintu masuk ke pekarangannya adalah sebuah gerbang yang sangat besar. Sebuah mobil merah yang cerah dan mengkilap di parkir di sebelah kiri garasi. Mobil itu sangat mewah. Bagian depan rumah ada beberapa anak tangga menuju pintu berganda yang cantik.

Penglihatan terus berlangsung. Di dalam rumah ada permadani berwarna putih susu, perabot rumah yang bagus buatannya didandan dengan susunan warna-warna. Ruangan tamunya sangat luas, dan sebuah kamar tidur utama berada di ruangan bawah, berdekatan. Kamar tidurnya besar sekali – mempunyai tempat tidur berukuran raja dan tempat berhias berwarna ceri, meja-meja dan lemari-lemari pakaian. Penutup tempat tidurnya berwarna emas dan cocok dengan gordennya.

Saya sempat melihat ke dalam dapur di mana saya melihat lemari kaca terbuat dari kayu ceri. Di tengah-tengah dapur ada sebuah tempat memanggang, dan peralatan modern ada di mana-mana.

Di luar dapur ada sebuah teras halaman belakang dengan deretan pohon-pohonan yang membuat pagar yang menarik. Sungguh-sungguh merupakan sebuah rumah kediaman, dan saya berpikir: Begitu cantiknya rumah ini, tetapi mengapa Tuhan menunjukkannya kepadaku? Kami telah mempunyai sebuah mobil dan rumah yang bagus yang Tuhan telah sediakan untuk kami. Saya tidak begitu tertarik akan hal-hal yang bersifat material lagi.

Penglihatan buyar dan Tuhan berkata kepada saya, “Sukakah engkau akan apa yang kau lihat?”

“Itu sangat cantik, Tuhan.”

“Ia akan menjadi milikmu.”

Saya menangis. Semuanya begitu menakjubkan. Ini adalah kasih karunia yang melebihi semua pengharapan – kasih karunia yang tidak sepatutnya kuterima. Saya terus bertanya sendiri, “Mengapa saya?” Orang sering bertanya pertanyaan ini sewaktu peristiwa buruk terjadi pada mereka, tetapi saya menanyakannya sebab berkat-berkatnya – bahwa Tuhan sudah menghujani saya dengan berkat-berkat yang melimpah.

Sungguh berkat-berkat ini melebihi daripada yang dapat kutampung. Sepertinya nubuatan Maleakhi menjadi kenyataan di dalam hidupku – di sini dan sekarang, di bumi ini :

“Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku,” firman TUHAN semesta alam, “apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai kelimpahan.” (Maleakhi 3:10)

Sudah lama Roger dan saya memberikan persepuluhan dari pendapatan kami dan memberikan persembahan-persembahan untuk berbagai pelayanan. Kalau saya bisa, saya akan membantu pelayanan, tetapi saya tidak pernah menduga hasilnya seperti itu akibat dari ketaatan kami. Tuhan sungguh menakjubkan. Sungguh, saya tidak dapat menampung berkat-berkat-Nya yang dicurahkan ke atas kami. Ia telah membuka tingkap-tingkap surga, dan Ia sedang menyiapkan lebih dari itu untuk kita!

“Tetapi, Tuhan,” saya berkata, “aku tidak memerlukan apa-apa. Aku telah mempunyai segala yang aku inginkan.”

“Jangan menangis, puteri-Ku,” Ia menasihati.

Selalunya seperti menyusahkan Tuhan jikalau saya menangis. Saya yakin itu adalah karena Ia ingin saya menjadi gembira. Namun, saya menangis lebih keras sebab penglihatan ini sebenarnya membingungkan saya. Saya berpikir apakah ini berarti Ia tidak akan kembali untuk anak-anak-Nya secepat yang saya harapkan. Jika Ia akan segera datang untuk kita, mengapa Ia ingin memberi saya sebuah rumah yang begitu besar dan mobil yang mahal? Seperti biasa, Ia tahu pikiran saya.

“Puteri, apakah engkau kuatir Aku tidak akan segera datang – sebab Aku memberi engkau rumah dan mobil ini?”

Pertanyaan-Nya menggugah emosi saya yang terdalam, dan saya mulai menangis lebih keras. Tuhan mengangkat wajah saya dan menghapus air mata saya. Kemudian, dengan nada yang sangat menenangkan, Ia berkata, “Puteri-Ku sayang, Aku akan datang seperti yang telah Kujanjikan, tetapi sebelum itu Aku ingin engkau memiliki yang terbaik.”

“Tuhan, Engkau telah memberiku sebuah rumah dan mobil yang bagus. Saya tidak perlu atau ingin apapun lagi. Satu-satunya hal yang saya inginkan adalah untuk menyenangkan hati-Mu dan melayani orang lain sampai Engkau kembali untuk kami. Engkau berkata jikalau kami mengasihi-Mu kami harus baik terhadap orang lain. Itulah sebabnya saya ingin membawa sebanyak dan sedapat mungkin orang kepada-Mu, sebab saya tahu itulah yang Engkau kehendaki.”

“Aku tidak mau engkau kuatir tentang apapun lagi. Engkau hanya ingin menyenangkan-Ku, dan engkau tidak mengharapkan apa-apa. Itulah sebabnya Aku mau memberimu lebih daripada yang telah engkau miliki sekarang. Jangan berkata apa-apa lagi; bergembiralah.”

Kata-kata-Nya menghibur saya dan memenuhi saya dengan sukacita dan pengharapan. Ia akan segera kembali, dan saya tidak perlu kuatir tentang apapun. Pikiran saya tertarik kepada sebuah ayat yang telah saya dengar di gereja; pengkhotbah berkata bahwa orang percaya yang benar akan menjadi kepala, dan bukan ekor (lihat Ulangan 28:13). Inilah berkat yang datang kepada semua orang yang melayani Tuhan “dengan sukacita dan kegembiraan, kelimpahan atas segala sesuatu” (lihat Ulangan 28:8).

Tuhan berkata, “Kita harus kembali sekarang,” kemudian Ia berdiri. Kami berjalan kembali ke tempat di mana kami biasa mulai dan mengakhiri kunjungan-kunjungan kami ke pantai. Selagi kami berjalan, Tuhan melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Ia mengangkat saya dan membuat saya berputar sama seperti seorang ayah yang kadang-kadang melakukannya kepada anaknya yang masih kecil. Saya mulai tertawa keras sekali, dan saya nampak badan duniawi saya hampir terangkat dari tempat tidur. Kuasa Tuhan sangat kuat atas saya.

Saat-saat yang sungguh indah dengan sukacita yang tak terlukiskan dan yang menyebabkan saya mengerti sepenuhnya ayat yang mengatakan:

“Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu - yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api - sehingga kamu memperoleh puji-pujian kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.” (1 Petrus 1:7-9)

Sukacita yang tidak terkatakan dan penuh kemuliaan! Iman saya telah diperkuat oleh pengungkapan pribadi Yesus Kristus. Saya sangat mengasihi-Nya. Bahkan saya telah melihat Dia! Sungguh mulia, dan saya terus menikmati sukacita yang tidak terkatakan yang penuh kemuliaan.

TERBANG SEPERTI BURUNG

Suatu peristiwa yang ajaib akan segera terjadi. Meskipun Alkitab tidak pernah memakai kata pengangkatan, rasul Paulus menggambarkan peristiwa hebat di mana Tuhan Yesus akan datang kembali dari surga dengan orang-orang kudus-Nya untuk “mengangkat” gereja-Nya. Peristiwa ini akan menjadi pengalaman terakhir bagi mereka yang mengenal Yesus.

“Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal. Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.” (1 Tesalonika 4:15-18)

Tetapi mereka yang tidak mengenal Tuhan akan menghadap di depan kursi pengadilan Kristus di mana mereka akan mendengar keputusan hukuman yang layak karena kurang percaya mereka – “sebab upah dosa ialah maut” (Roma 6:23). Bagaimanapun juga, bagi mereka yang mengenal Yesus, akan menerima kasih karunia Tuhan dengan cuma-cuma – “karunia Tuhan ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 6:23).

Kedatangan Yesus Kristus kedua kalinya adalah pokok kunjungan saya selanjutnya bersama Tuhan, yang terjadi pada 13 Mei 1996. Saya bersama-Nya dari pukul 06.20 pagi sampai pukul 09.00 pagi. Saya terbangun pukul 06.20, bergoncang kuat sekali. Badan saya bergoncang lebih dari setengah jam, kemudian urapan yang membara dan keluhan-keluhan mulai terjadi. Tuhan menghampiri saya dan berkata, “Puteri-Ku, Aku Tuhanmu. Aku harus berbicara denganmu dan menunjukkan sesuatu kepadamu.” Kali ini, sambil berjalan dengan Tuhan di dalam badan transformasi saya, saya tersenyum kepada-Nya dan berkata, “Aku mengasihi-Mu, Tuhan.” Saya tahu Ia sedang tersenyum kepadaku, walaupun saya tidak dapat melihat wajah-Nya dengan jelas. “Aku mengasihimu, puteri-Ku sayang,” Ia membalas.

Kami duduk di atas batu dan Tuhan berkata, “Aku melihat suamimu mengambil waktu libur dari pekerjaannya untuk dapat membantu membuat buku itu. Kalian berdua bekerja dengan sangat baik.”

“Puteri-Ku, Aku harus memberitahumu ini. Aku tahu Aku memberitahumu untuk menuliskan persis seperti apa yang Kuperlihatkan dan beritahukan kepadamu. Aku melihat bahwa engkau tidak menjelaskan dengan lengkap apa yang Kuperlihatkan kepadamu.”

“Tuhan, maafkan aku. Aku akan mengulanginya lagi.”

Tuhan telah memberitahu saya berulang kali untuk menuliskan segalanya setelah kunjungan-kunjungan-Nya, walau bagaimana lelahnya saya. Kadang-kadang, pikiran saya buntu, tetapi begitu saya mengambil pena dan kertas, kata-kata mengalir dengan cepat melalui pikiran saya. Saya tahu bahwa itu adalah kerja Roh Kudus yang membimbing saya. Itulah tepat yang sedang Ia kerjakan dengan saya, dan sekarang saya tahu Ia akan mencari penulis yang lain yang akan membantu saya melahirkan pengajaran yang Ia inginkan untuk mendampingi pengalaman-pengalaman saya.

Beberapa, saya tahu, akan merasa susah untuk mengerti bagaimana seseorang itu dapat memiliki pengalaman-pengalaman di mana sayalah yang mendapat hak istimewa untuk menikmatinya. Mereka akan berkata, “Tidak ada di dalam Alkitab!”

Kenyataannya, bagaimanapun, bahwa kebanyakan hal-hal yang ditunjukkan Tuhan kepada saya tercatat dalam Alkitab. Saya yakin Ia hanya menginginkan buku ini untuk menegaskan lagi kebenaran-kebenaran Firman tentang surga kepada orang-orang percaya di manapun juga.

Ia telah memilih saya sebagai alat, dan buku ini sebagai sarana untuk mengulangi kebenaran-kebenaran Firman kepada gereja-Nya. Saya juga yakin Tuhan kita ingin orang-orang-Nya mengetahui ada banyak hal yang indah-indah tentang surga yang tidak dicatat di dalam Alkitab.

Ia meneruskan, “Jangan lupa bagaimana berharganya engkau untuk-Ku, puteri-Ku. Hanya dengan cara ini Aku dapat memakai engkau. Aku akan datang untuk anak-anak-Ku lebih cepat dari yang disangka oleh kebanyakan orang.”

“Apakah semua orang percaya akan tinggal di rumah-rumah seperti yang ada namaku di pintunya, kapan mereka sampai ke surga?”

“Aku akan membawa banyak anak-anak-Ku ke kerajaan, tetapi tidak setiap orang akan tinggal di rumah seperti yang ada namamu di pintunya. Rumah-rumah ini untuk anak-anak-Ku yang sangat istimewa.”

“Apakah semua orang percaya akan pergi bersama-Mu, ketika Engkau datang kepada kami?”

“Aku akan menunjukkan sesuatu kepadamu,” Tuhan langsung menjawab.

“Aku mau engkau mengingat segala yang engkau lihat. Aku ingin seluruh dunia tahu apa yang akan segera terjadi. Aku tahu banyak orang Kristen tidak percaya apa yang dikatakan oleh nabi-nabi-Ku. Itulah sebabnya Aku menunjukkan engkau ini.”

Suara yang menyertai penglihatan saya keluar seperti biasanya dalam persiapan untuk suatu penglihatan yang ajaib dari Tuhan. Seolah-olah itu adalah cara yang digunakan-Nya untuk menyiapkan saya untuk hal-hal yang ingin diperlihatkan-Nya kepada saya. Kali ini suara itu berlangsung lama. Sesudah lebih dari setengah jam menyanyi di dalam Roh dengan suara yang menyertai penglihatan saya, saya mulai melihat hal-hal yang Tuhan ingin tunjukkan kepada saya.

Bagian pertama dari penglihatan itu lebih menyerupai suatu kesan daripada suatu pengalaman visual. Kelihatan seakan-akan seluruh dunia bergairah. Keadaan bumi sangat ramai dan sibuk. Kemudian saya mulai melihat apa sebenarnya semua kesibukan itu.

Udara dipenuhi dengan benda-benda putih yang bergerak. Waktu penglihatan menjadi jelas, saya melihat orang-orang memakai jubah putih terbang di seluruh udara. Orang-orang bermunculan dari mana-mana di bumi dan terbang ke udara. Langit hampir dipenuhi dengan orang-orang yang terbang, seperti burung-burung sedang berpindah tempat.

Sungguh luar biasa sungguh mengejutkan. Pada saat ini saya menyanyi dengan kuat, dan tangan-tangan saya bergerak kian kemari seperti kepalan tangan mengayun pada sebuah karung pasir untuk ditinju. Saya belum pernah merasa begitu bergairah seperti ini selama hidup saya. Badan saya meloncat ke atas dan ke bawah disebabkan oleh urapan dan goncangan. Saya merasa seperti saya sedang terbang dengan orang-orang yang berjubah putih yang saya lihat. Gerakan-gerakan bergairah badanku dan suara yang menyertai penglihatan saya sungguh keras sehingga saya yakin seluruh rumah dapat mendengar saya.

Saya telah mendengar pengangkatan digambarkan sebelumnya, tetapi saya tidak pernah membayangkan akan menjadi suatu pertunjukan yang menakjubkan. Saya ingin tahu apa yang akan dipikirkan oleh mereka yang tidak mengenal Yesus, ketika mereka melihat adegan seperti ini. Saya sendiri sangat terkejut dan bergairah, tetapi saya yakin mereka akan ketakutan. Ini adalah kejutan yang terbesar yang pernah ditunjukkan Tuhan kepada saya. Ini adalah peristiwa yang paling mempesonakan yang pernah saya lihat – manusia-manusia terbang di udara seperti burung-burung. Mereka membubung ke atas dengan kecepatan sebuah roket. Ada yang seakan-akan sedang membumbung seperti layang-layang – menembus angin pada hari yang cerah dan indah.

Saya melihat cucu perempuan saya yang berusia setahun. Ia memakai jubah putih, dan rambutnya telah bertumbuh sampai ke bahu. Ia kelihatan sudah remaja. Mulanya saya melihat dia di rumahnya berpakaian biasa. Kemudian tiba-tiba ia sedang memakai sebuah jubah putih dan terbang di udara. Saya ternganga oleh penglihatan itu. Kelihatannya seperti menguatkan kenyataan bahwa Tuhan akan kembali dengan cepat.

Kemudian saya melihat cucu perempuan saya dari anak perempuan saya yang berusia sepuluh bulan. Ia tidak mempunyai banyak rambut sekarang ini, tetapi di dalam penglihatan rambutnya jatuh sampai ke bahunya, dan seperti cucu perempuan saya lainnya, ia sedang terbang di udara.

Saya mulai menangis dan menjerit. Bunyi keras di tempat tidur tentu mengherankan sekali. Untung Roger sedang bekerja, kalau tidak tentu ia ketakutan sekali dan kuatir oleh bunyi seperti itu.

Pertama, saya tidak tahu apakah tangisan saya berasal dari sukacita atau kesedihan. Cucu perempuan saya yang terkecil pun kelihatannya telah tumbuh jadi remaja. Saya merasa Tuhan mempunyai alasan yang baik untuk memperlihatkan anak-anak kepada saya. Ia ingin saya tahu bahwa mereka akan bersama saya di surga untuk menikmati selama-lamanya bersama Yesus. Kedua, saya tahu Ia menghendaki saya melihat berapa umur mereka jikalau Ia kembali nanti. Ia lebih cepat daripada sangkaan banyak orang.

Penglihatan yang penuh kegembiraan berubah. Saya melihat orang-orang yang tidak naik bersama-sama yang lainnya. Tempat-tempat di bumi dikacaukan-balaukan, beberapa telah berubah sama sekali. Di mana-mana bising, dan orang-orang jelas sekali dalam keadaan panik. Ketakutan terlukis pada setiap muka.

Orang-orang berlarian simpang-siur. Kekacauan total merajalela. Kelihatannya seperti setiap orang sedang mencari seseorang atau sesuatu yang tidak dapat mereka temukan. Saya mulai menangis seperti seorang anak kecil memandang orang-orang berlari-lari di jalanan. Mereka menjerit-jerit dan berteriak-teriak. Beberapa mencoba melempar sedikit barang-barang yang mereka miliki ke dalam kendaraan-kendaraan seperti mobil dan perahu. Beribu-ribu perahu ada di lautan. Manusia sedang mencoba untuk melarikan diri.

Banyak orang dengan pakaian seragam memecah rumah-rumah, merampok mereka dan mengambil harta milik yang mereka temui. Saya melihat satu keluarga yang terdiri dari empat atau lima orang tergeletak di atas lantai rumah. Kebanyakan mereka tertelungkup, dan satu genangan darah menutupi lantai. Beratus-ratus orang sedang melarikan diri dengan berjalan kaki ke gunung-gunung. Sedang mereka berjalan, pegawal-pengawal berseragam melepaskan tembakan ke arah mereka, dan beberapa jatuh. Mereka yang paling dekat dengan pengawal-pengawal itu dipukuli dengan pentung dan tongkat kayu.

Saya melihat orang-orang memusnahkan gereja-gereja. Seorang laki-laki melemparkan batu ke jendela kaca warna yang cantik yang memperlihatkan Yesus dengan domba-domba-Nya. Jendela itu hancur dan kacanya pecah bertebaran di mana-mana. Saya menjerit lebih keras lagi.

Seorang wanita yang kelihatannya sedang mencari anak yang hilang, berlarian di seluruh rumah, berteriak dalam kepanikan dan ketakutan. Ia terus memanggil nama anaknya sambil naik turun dalam frustasi total dan keputusasaan. Saya ingin menolongnya, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa. Saya menangis dan terus menangis untuk dia dan untuk semua yang lain.

Kemudian saya melihat sebuah keluarga yang saya sendiri kenal. Sang ayah berlari masuk ke dalam rumahnya, dan terburu-buru dari kamar ke kamar, memanggil nama-nama isteri dan anak-anaknya. Ia menemukan seorang anggota keluarganya dan mereka duduk berdempet di pojok sebuah kamar. Mereka saling berpegangan erat dan menangis. Saya tahu siapa mereka, tetapi saya tidak boleh menyebut nama mereka di dalam buku ini. Penglihatan itu berangsur-angsur hilang, dan saya terus menangis. Tuhan menghapus air mata saya.

“Puteri,” Ia berkata, “Aku harus memperlihatkan kejadian-kejadian ini supaya engkau dapat memberitahu seluruh dunia apa yang akan terjadi. Aku mengasihi semua anak-anak-Ku, dan Aku ingin mereka menyadari, bahwa Aku akan segera datang untuk mereka, tetapi Aku tidak dapat membawa mereka yang tidak hidup menurut firman-Ku, sebab mereka tidak bersedia untuk Aku.”

“Banyak orang Kristen akan terperanjat waktu Akhir Zaman tiba. Apa yang baru engkau lihat hanya sebagian kecil daripada apa yang akan cepat sekali terjadi. Itu akan sungguh-sungguh lebih buruk daripada yang dapat engkau bayangkan – untuk mereka yang tidak mengenal Aku. Sebab itulah Aku ingin semua anak-anak-Ku dapat datang bersama-Ku ke kerajaan-Ku.”

“Puteri, Aku telah menunjukkan bagian dari kerajaan dan hal-hal yang akan terjadi di dunia ini sebab waktunya sudah singkat. Aku akan kembali segera. Karena itulah buku ini sangat penting sekali bagi-Ku. Ini adalah untuk anak-anak-Ku. Engkau telah melihat apa yang akan terjadi di dunia dalam waktu yang sangat dekat.”

“Aku siap untuk anak-anak-Ku, tetapi sangat banyak dari anak-anak-Ku tidak sungguh-sungguh percaya dan mereka hidup untuk hal-hal duniawi. Aku mengasihi mereka semua dan mau membawa mereka semua ke surga bersama-Ku, tetapi Aku tidak dapat membawa mereka yang tidak siap untuk Aku. Mereka yang datang ke kerajaan-Ku harus berhati suci dan taat.”

Hatiku merasa sangat kasihan kepada mereka yang tidak mengenal Tuhan, dan saya mulai berdoa untuk keselamatan mereka. saya menyebut setiap nama yang saya kenal, dan saya memohon kepada Tuhan untuk campur tangan di dalam kehidupan mereka, untuk mendapatkan perhatian mereka. Kemudian saya berdoa bagi orang-orang Kristen yang tidak hidup untuk Yesus. Saya meminta-Nya untuk meraih mereka kembali kepada-Nya.

Saya memutuskan saya akan menyelesaikan buku ini secepat mungkin, dan saya berjanji kepada Tuhan saya akan pergi ke mana saja Ia mengutus saya. Saya merasa mendapat kehormatan sekali untuk menjadi pelayan Akhir Zaman bekerja di ladang tuaian Tuhan. Saya ingat sebuah ayat dari Alkitab yang menunjukkan persis apa yang Yesus rasakan saat ini:

“Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Matius 9:36-38.)

Surga itu sungguh ada! Paulus menggambarkannya dengan cara ini: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul dalam hati manusia: semua yang disediakan Tuhan untuk mereka yang mengasihi Dia.” Cara kita menunjukkan cinta kita kepada Tuhan adalah melalui ketaatan seperti kata Yesus: “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” (Yohanes 14:15).


BAB 16 - KASIH TUHAN YANG BESAR


“Di dalam kasih tidak ada ketakutan : kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna didalam kasih. Kita mengasihi, karena Tuhan lebih dahulu mengasihi kita.” (1 Yohanes 4:18-19)

Pengalaman-pengalaman saya di surga, dengan Tuhan, menolong saya untuk mengerti apa yang dimaksudkan-Nya. Tuhan adalah kasih, dan surga adalah sebuah tempat di mana kasih adalah lingkungan-Nya – yaitu cahaya dan kehidupan surga.

Peristiwa-peristiwa yang mendahului pengangkatan gereja, walau bagaimanapun, akan mengerikan dan menakutkan. Meskipun Tuhan telah menghapuskan ingatan tentang melihat ibu saya di neraka, saya masih mempunyai ingatan yang samar-samar mengenai dia di sana dan saya merasa pilu sekali di dalam hati saya mengenai nasib yang kekal dari orangtua saya.

Sesudah saya menjadi seorang Kristen, saya berdoa berkali-kali bagi orangtua saya. Saya memohon dengan sangat kepada Tuhan, minta agar Dia tidak membuang mereka ke neraka, dan saya mengingatkan Dia bagaimana baiknya mereka. Saya menangis dan berdoa sangat banyak kali untuk mereka sehingga saya merasa agak yakin, bahwa Tuhan tidak akan memasukkan mereka ke dalam lubang neraka. Malahan saya memohon Tuhan dengan sangat supaya saya dapat menyenangkan Dia seumur hidup saya untuk mengimbangi apa yang telah salah dilakukan oleh orangtua saya.

Ibuku memang seorang yang baik. Ia kelihatan sangat suci dan tidak bersalah dalam banyak hal. Saya selalu berpikir, bahwa ibu saya tidak pernah tahu yang tidak baik. Ia sakit hampir seumur hidupnya, dan ia meninggal ketika ia berusia empat puluh. Kerisauannya yang terakhir ketika ia hampir meninggal adalah memikirkan saya.

Ketika ibu saya meninggal, saya merasa saya ingin mati juga. Ia adalah semua kasih yang saya ketahui pada waktu itu. Sebenarnya saya benci akan ayah saya sebab saya tahu ia bersama perempuan-perempuan lain pada saat ibu saya sakit.

Meskipun adalah kebiasaan beberapa orang laki-laki di Timur untuk mencari perempuan lain apabila isteri mereka sakit, saya tetap kecewa sekali oleh kelakuan ayah saya. Saya tahu ia telah mengkhianati isterinya, dan saya ikut merasakan kesedihannya.

Saya membawa rasa benci kepada ayah saya untuk waktu yang lama, tetapi ketika saya menjadi seorang Kristen, saya dapat mengampuninya, sebab saya menyadari bahwa ia tidak mengenal Tuhan. Hanya kasih karunia Tuhan, saya harus mengingatkan diri saya, yang dapat melindungi kita semua dari dosa.

Saya sering ingin tahu apakah saya akan melihat ibu saya sesudah saya meninggal kelak. Pikiran ini seringkali muncul sesudah ia meninggal, sewaktu saya masih berusia empat belas tahun.

SURGA ADALAH KASIH

Tuhanlah yang menutup jurang antara kasih yang sepatutnya saya terima dari orantua saya dan kasih yang benar-benarlah yang saya terima. Bagiku, Dia adalah kasih sejati. Ia berkata kepadaku, “Puteri-Ku, engkau telah hidup bagiku lama sekali sekarang, dan engkau setia sekali kepada-Ku khususnya beberapa bulan terakhir ini. Ini harus dikerjakan segera. Engkau memerlukan istirahat.”

“Aku tidak akan gembira dengan apa yang ada di bumi ini, Tuhan, jikalau Engkau tidak berada di dalamnya.”

Sesudah ibu saya meninggal, saya merasa seperti tidak ada seorang pun yang sungguh-sungguh mencintai saya. Memang tidak ada apa pun yang dapat dibandingkan dengan kasih ibu saya yang diberikan kepada saya. Saya perlu dicintai, tetapi untuk waktu yang lama sekali seakan-akan tidak ada cinta dalam dunia saya. Setelah saya menikah dan mempunyai anak, saya betul-betul menikmati kasih keluarga kami bersama, tetapi sebesar apapun kasih mereka kepada saya, kasih yang saya terima dari ibu saya masih hilang. Rasanya seperti ada ruangan kosong di dalam saya yang perlu diisi.

Kekosongan itu diisi oleh kasih Tuhan yang dahsyat. Setelah saya memberikan hati saya kepada Yesus, saya merasa sangat aman di dalam kasih-Nya dan mudah bagi saya untuk mempercayai kasih-Nya. Saya mengerti kebenaran nyanyian pujian yang berbunyi. “Tidak seorang pun yang dapat pedulikan saya seperti Yesus – tiada seorang pun yang dapat pedulikan saya seperti Dia.”

Jikalau saya terjatuh dan terluka pada waktu masih kecil, ibu saya akan menggendong saya, menyayangi saya, dan merawat luka saya. Dengan cara yang sama, ketika saya tersandung pada waktu masih baru menjadi orang Kristen, Yesus akan mengangkat saya dan membawa kesembuhan pada semua kesakitan saya.

Alkitab menggambarkan urapan yang diterima oleh Yesus: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Lukas 4:18-19).

Yesus telah membawa kabar baik bagi saya. Ia menyembuhkan patah hati saya. Ia membebaskan saya dari ketakutan, pandangan akan diri saya sendiri yang negatif, rasa tidak aman yang menguasai saya. Ia telah membuka mata rohani saya, dan Ia telah melepaskan setiap belenggu saya. Sekarang Ia menyatakan “Tahun rahmat Tuhan telah datang” atas saya. “Tahun rahmat” itu sudah di balik sudut jalan.

Meskupun pada waktu orang mencoba menjatuhkan saya atau memfitnah saya, saya merasa aman di dalam kasih Yesus. Ia adalah tempat keselamatan saya, menara pengungsian bagi saya, Batu perlindunganku. Jikalau seseorang melukai hati saya, dengan sengaja atau tidak sengaja, saya dapat pergi kepada Tuhan dalam doa, dan kedamaian serta ketenteraman-Nya kembali kepada saya. Saya tahu, bahwa Tuhan mengasihi saya. Ia tidak akan pernah mengecewakan atau meninggalkan saya.

Saya suka sekali merenungkan janji-janji firman Tuhan. Salah satu kesukaan saya ditemukan dalam Mazmur: “Terpujilah Tuhan! Hari demi hari Ia menanggung bagi kita: Tuhan adalah keselamatan kita” (Mazmur 68:20). Cinta-Nya bagi kita adalah untuk selama-lamanya: “Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu” (Yeremia 31:3).

Saya tahu bahwa tidak ada suatupun yang dapat memisahkan aku dari cinta Tuhan dan Raja-ku yang mengagumkan. “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang diatas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Tuhan, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 8:38-39).

Ketenteraman sempurna-Nya selalu bersama saya. “Yang hatinya teguh Kau jagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya” (Yesaya 26:3). Firman-Nya adalah peti harta karun yang dipenuhi oleh karunia-karunia berharga ini akan menjadi porsi makanan sehari-hari kita di surga. Perhatikan apa yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat di Efesus:

“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-NYa. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semua oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.” (Efesus 1:3-6)

Allah telah memberkati kita dengan setiap berkat rohani di dalam Kristus. Malahan di dalam kehidupan ini kita dapat menikmati “tempat-tempat surgawi di dalam Kristus.” Nyatanya, Paulus menambahkan di bab selanjutnya dalam suratnya kepada jemaat di Efesus :

“Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita – oleh kasih karunia kamu diselamatkan – dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama Dia di sorga.” (Efesus  2:4-6) Kita telah dibangkitkan secara rohani, untuk duduk bersama-sama ditempat-tempat surgawi bersama-sama Yesus Kristus. Jikalau tubuh Kristus benar-benar mengerti kenyataan ini, segalanya akan berubah. Dunia mengatakan, “Melihat dulu baru percaya,” tetapi orang percaya mengatakan, “Percaya dulu baru melihat.” Kenyataan yang benar adalah secara rohani, bukan sementara saja. Kebanyakan orang berpikir satu-satunya kenyataan ditentukan oleh apa yang dapat kita lihat, dengar, kecap, endus, dan rasakan. Tetapi kenyataan yang terakhir adalah dunia rohani.

Ada empat macam kasih; Agape (kasih Tuhan), Storge (kasih keluarga), Phileo (kasih persaudaraan) dan Eros (kasih seksual).

Sayangnya, dunia mencari eros dahulu dan sedikit yang menemukan kasih agape. Sistem dunia berkerja terbalik dalam keutamaannya daripada sistem Tuhan. Tuhan menciptakan kita menurut gambar-Nya – Ia adalah Tritunggal (Bapa, Putera dan Roh Kudus) – dan kita terdiri dari tiga bagian juga (badan, jiwa dan roh).

Kata Yunani pneuma adalah kata yang telah diterjemahkan “roh,” dan ini adalah sungguh bagian kita – inilah nafas kehidupan, jantungnya hati, tempat dimana Roh Tuhan mencari tempat tinggal. Kata Yunani untuk jiwa adalah psuche, dan ini adalah bagian kita tempat di mana kecerdasan kita, emosi, dan kehendak tinggal. Di sinilah banyak masalah kita timbul.

Akhirnya, kata soma bagian jasmani kita – organ-organ dan sistem tubuh kita. Kembali di sini, dunia telah membalikkan susunannya. Sedangkan Tuhan ingin kita meletakkan roh kita dahulu, terlalu banyak orang memberikan perhatian pertama kepada tubuh mereka dahulu, perasaan mereka yang kedua, dan jikalau ada ruangan yang tersisa, baru roh mereka. Kita lupa, bahwa kita ini lebih daripada manusia yang sedang melakukan perjalanan rohani; tetapi nyatanya kita adalah makhluk-makhluk rohani dalam perjalanan manusiawi.

Tuhan telah memberkati kita dengan semua kerohanian, berkat surgawi di dalam Yesus Kristus, karena Ia mengasihi kita dengan kasih yang kekal. Ketika saya mulai menyadari kebenaran-kebenaran ini, saya merasa saya ingin membuang setiap hal duniawi supaya hanya dapat menyenangkan Tuhan selama sisa hidup saya di dunia.

Sejak waktu itu saya telah mengutamakan Dia dahulu di dalam hidup saya, jauh diatas orang atau hal yang lain. Inilah yang diharapkan-Nya dari kita semua.

firman-Nya menjanjikan, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Tuhan dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33).

Tuhan, di dalam kemurahan kasih-Nya yang besar, telah mengizinkan saya menemukan kerajaan-Nya dan ia menjaga semua keperluan saya. Sehingga saya dapat mentaati firman-Nya yang mengatakan, “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri” (Matius 6:34).

Kekuatiran, yang biasanya menjadi kawan tetap saya, telah digantikan oleh ketenteraman, kedamaian, keyakinan, dan kasih. Saya tidak peduli apa yang orang katakan mengenai saya, dan saya tidak takut apa yang akan terjadi pada saya. Kegembiraan saya yang terbesar ditemukan dalam melayani dan menyenangkan Tuhan. Hanya dengan mengasihi Dia memberi saya kegembiraan yang luar biasa.

Ia mengasihi saya baik saya benar atau salah. Ia telah seringkali memberitahu saya, “Aku ingin engkau gembira, puteri-Ku.” Pada hari yang istimewa ini – 13 Mei 1996 – saya merasa gembira sekali dan tenteram walaupun sambil memperhatikan skenario cerita yang berkaitan dengan Akhir Zaman terungkap di depan mata rohani saya di dalam bentuk suatu penglihatan yang ajaib. Tuhan mengingatkan saya, “Ada banyak berkat istimewa datang kepadamu.”

Saya tak dapat membayangkan bagaimana mungkin ada berkat yang lebih banyak daripada yang telah saya alami. Saya tahu kebenaran Firman yang menyatakan, “Sebab kerajaan Tuhan bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Roma 14:17). Apalagi yang diinginkan? Berkat-berkat ini – dan sangat banyak lagi – sudah saya miliki, disini – dan – sekarang, dan saya tahu mereka akan terus kekal lagi di surga. Tuhan berkata, “Aku tahu engkau lelah, puteri-Ku. Aku akan membawamu kembali sekarang.”

Pagi ini sangat membangkitkan semangatku. Aku telah bersama Tuhan selama dua setengah jam, kemudian aku berdoa untuk satu setengah jam lagi. Saya merasa seperti saya sudah berada di surga di mana kasih Tuhan adalah udara yang kita hirup.

MENGURUNG DIRI BERSAMA TUHAN

Sejak 19 Februari 1996, saya menghabiskan seluruh waktu bangun saya bersama Tuhan. Kehidupan sosial saya terbatas pada kebaktian ibadah dan belanja bahan makanan pokok untuk keluarga saya. Seluruh sisa waktu adalah untuk Tuhan. Famili yang mengunjungi kami hanyalah anggota keluarga kami sendiri. Tuhan telah menjelaskan kepada saya, bahwa beginilah caranya. Ia menghendaki saya menghabiskan waktu saya – memusatkan perhatian pada-Nya, firman-Nya, dan kehendak-Nya. Ia sedang menyiapkan saya untuk tahap pelayanan selanjutnya.

Meskipun kelihatannya seperti saya “mengurung diri,” kenyataannya adalah bahwa “doa lemari tertutup” saya telah menjadi pintu masuk ke kerajaan surga. Alih-alih dikurung, saya telah diluncurkan ke dalam dimensi kemuliaan yang lebih tinggi daripada yang pernah saya alami.

Seringkali, apabila orang menelpon dan membuat rencana untuk berkunjung, mereka akan menelpon kembali dan mengatakan ada sesuatu hal yang timbul yang mencegah mereka untuk datang berkunjung. Saya percaya ini terjadi karena Tuhan mau saya menghabiskan waktu ini sendiri bersama Dia supaya Ia dapat meneruskan pekerjaan persiapan-Nya di dalam hidup saya. Dari permulaan, Ia memberitahu saya untuk tidak pergi kemana-mana untuk sementara waktu, terutama keluar kota, sehingga buku ini diselesaikan. Sungguh, meskipun jikalau saya ingin pergi ke suatu tempat, saya tidak dapat, sebab urapan sangat melimpah. Urapan Tuhan menyebabkan saya berlutut terus di hadirat-Nya.

Sebelum Hari Paskah 1995 saya telah merasa urapan-Nya, tetapi sejak waktu itu, badan saya mulai bergoncang setiap kali urapan atas kehadiran Tuhan datang di atas saya. Sejak bulan Januari 1996 urapan itu menjadi begitu kuat sehingga saya tidak dapat mengendalikan goncangan dan manifestasi jasmani lainnya.

Contohnya, mulai dengan menulis ini, saya bahkan tidak dapat masuk ke dalam ruangan di mana Roger bekerja dengan komputernya sebab kehadiran Roh Kudus sungguh kuat disitu. Roger sedang melakukan perbaikan-perbaikan dalam naskah untuk buku ini. Ia mengambil libur selama seminggu untuk maksud ini, dan saya sangat menghargai bantuannya.

Apabila saya pergi ke dekat ruangan komputer badan saya mulai melompat karena kegirangan. Ini adalah reaksi jasmani yang datangnya dari Tuhan, dan saya tidak mempunyai kuasa atasnya. Ini bukan sesuatu yang saya buat-buat sendiri. Sebenarnya, ini lebih menyerupai reaksi rohani daripada reaksi emosi.

Tuhan yang Mahakuasa, Bapa saya, dan Tuhan saya, telah menghabiskan begitu banyak waktu-Nya bersama saya, dan inilah suatu kehormatan dengan mengembalikan sedikit waktu kepada-Nya. Saya menikmati setiap saat daripada kerja saya untuk Dia. Tidak sukar bagi saya untuk melakukan kerja bagi Dia sebab saya mengasihi Dia lebih daripada hidup saya sendiri. Saya percaya kata-kata pemazmur: “Sebab kasih setia-Mu lebih baik daripada hidup.” (Mazmur 63:3)

PRIHATIN ADALAH KUATIR

Sepanjang hidup saya, seperti yang telah saya sebutkan beberapa kali, saya cenderung untuk kuatir. Saya kira Saudara boleh menamakan saya seorang yang pesimis. Kemungkinan ini berasal dari hidup morat-marit yang saya alami sewaktu masa kecil saya. Apapun alasannya, bagaimanapun, saya sering bergelut dengan kekuatiran, ketakutan, dan kecemasan. Saya tahu ini bukan kehendak Tuhan bagi saya. Sesungguhnya, Tuhan telah memberitahu saya beberapa kali, “Jangan kuatir, puteri-Ku.”

Saya mulai melihat kekuatiran saya agak lain, menamakannya prihatin daripada kuatir. Entah bagaimana, mengatakan bahwa saya “prihatin” daripada “kuatir” membuatnya seakan-akan tidak apa-apa. Pada 20 Mei 1996 saya bersama Tuhan dari jam 05.40 pagi sehingga 07.50 pagi. Badan saya bergoncang dari jam 05.40 pagi sehingga 06.10 pagi, dan keluhan-keluhan rohani saya berlangsung selama setengah jam. Tuhan berjalan menghampiri saya dan berkata, “Puteri-Ku sayang, Choo Nam, Aku harus berbicara denganmu.”

Tangan-Nya meraih saya, dan seketika itu juga saya melihat badan transformasi saya sedang berjalan dengan Dia di pantai. Ia kelihatan sangat gembira, dan saya sangat menikmati kehadiran-Nya. Ketika kami berjalan-jalan sepanjang pantai saya berkata, “Tuhan aku mengasihi-Mu dan rindu pada-Mu.”

Ia membalas tanpa ragu-ragu, “Aku mengasihimu, puteri-Ku.”

Kegembiraan waktu itu telah membuat saya mempercepat langkah saya, dan memang saya berjalan mendahului Dia. Ia mulai tertawa, begitu juga dengan saya. Kami mengambil tempat duduk kami seperti biasa.

“Aku melihat engkau mengerjakan buku-Ku tanpa henti-hentinya.”

“Ya, Tuhan. Roger sedang giat mengerjakannya. Bahasa Inggrisku tidak begitu bagus, jadi ia memperbaiki banyak ejaan yang salah dan masalah tata-bahasanya.”

“Aku tahu engkau berdua sedang bekerja keras.”

Saya tahu Tuhan mengetahui semua pikiran, perasaan dan tindakan saya. Saya tahu saya tidak dapat menyembunyikan apapun juga dari-Nya, dan saya tidak mau menutup apa saja. Ia tahu bahwa saya prihatin mengenai buku. Saya bertanya-tanya dalam hati bagaimana nanti hasilnya, siapa yang akan menulisnya dan siapa yang akan menerbitkannya.

Tuhan tahu semua ini, jadi Ia berkata, “Choo Nam, engkau kuatir tentang buku ini lagi meskipun Aku memberitahumu jangan kuatir.”

“Aku tidak kuatir, hanya prihatin,” saya menjawab sambil menundukkan kepala saya dengan malu.

Tuhan mengangkat wajah saya dan berkata, “Puteri, engkau malu.”

Saya mengakui kebenaran pengamatan-Nya dengan tersenyum yang berubah menjadi tertawa kecil. Ia mulai membalas dengan tertawa, lalu berkata, “Puteri, prihatin adalah kuatir. Mulai dari sekarang, Aku tidak mau engkau kuatir sama sekali. Ini adalah buku-Ku; Aku yang akan mengurusnya. Bukankah Aku telah berbuat demikian sampai saat ini?”

“Oh ya, Tuhan. Maafkan aku. Ampuniku karena tidak menurut perintah-Mu.”

Ia membalas dengan girang. Kelihatannya Ia sangat gembira akan kejujuran saya dan kerendahan hati saya.

Saya tahu ia telah mengampuni saya. Rasa damai sejahtera meliputi jiwa saya, dan saya merasa bebas dari rasa kuatir yang mulanya saya tolak sambil menipu diri sendiri dengan mengatakan itu hanya prihatin.

Hari ini saya belajar satu pelajaran dari Tuhan – Ia ingin kita jujur sepenuhnya dengan Dia, orang lain dan diri kita sendiri. Kita tidak dapat memakai cara pemikiran dunia untuk membenarkan, merasionalisasikan, atau menutupi dosa-dosa kita. Saya tahu, bahwa kuatir adalah dosa, dan saya mencoba dengan pura-pura, bahwa kuatir tidak ada. Walaupun kelihatannya ini adalah sesuatu hal yang kecil untuk sebagian orang, saya tahu ia sangat penting bagi Tuan saya. Ia tidak mau saya kuatir.

Sebetulnya, Ia mengundang kita semua: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan” (Matius 11:28-30).

Cara manusia adalah dengan kuatir. Cara Tuhan adalah dengan percaya. “Tuhan menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1 Petrus 5:5-7). Mengapa kita memilih untuk kuatir jikalau Bapa kita berjanji banyak kali kepada kita? Tuhan kelihatannya mau menghapuskan rasa kuatir saya dengan memperlihatkan lagi beberapa hal yang telah disediakan-Nya untuk saya. Ia berkata, “Aku ingin engkau melihat ini lagi.”

Suara – penglihatan keluar dan setelah waktu yang lama, pemandangan rumah yang telah ditunjukkan-Nya kepada saya dulu muncul kembali. Tuhan tidak menunjukkan tingkat atas kediaman yang terakhir kali ditunjukkan-Nya kepada saya, tetapi kali ini saya melihat empat kamar tamu dan satu kamar untuk berdoa pada lantai kedua. Saya terutama sekali memperhatikan sebuah gambar yang tergantung pada sebuah dinding kamar doa – ini adalah foto Tuhan sendiri. Meskipun saya tidak dapat melihat Dia dengan jelas, saya merasa ada sesuatu yang khususnya menarik perhatian dan indah mengenai potret-Nya.

Penglihatan membawa saya ke dalam setiap ruangan rumah itu – rumah yang dijanjikan untuk diberikan-Nya kepada saya dan keluarga saya. Tuhan bertanya, “Sukakah engkau akan rumah ini?”

“Ya, terima kasih, Tuhan. Tetapi sebenarnya aku tidak memerlukan sebuah rumah lain. Apa yang kuingin lakukan adalah menyenangkan hati-Mu, melakukan pekerjaan-Mu, dan melihat keluargaku menjadi lebih beriman pada-Mu.”

“Semua hal yang Engkau perlihatkan kepadaku sangat cantik, tetapi mereka adalah barang-barang duniawi, dan itu semua tidak menarik hatiku lagi. Perasaan Roger juga sama, Tuhan.”

“Puteri-Ku, biarlah Aku menentukan apa yang engkau inginkan dan perlukan. Aku mengasihi hatimu berdua. Kita harus pergi sekarang.”

Sesudah sembilan kali yang pertama kami mengunjungi surga, Tuhan memberitahu saya Ia tidak akan membangunkan saya lagi, dan Ia memenuhi janji-Nya. Saya bangun beberapa menit sebelum atau sesudah pukul 06.00 – setelah saya tidur semalam penuh.

Waktu yang sungguh-sungguh kudus dan bahagia. Tidak ada kekuatiran atau prihatin. Tuhan memeluk saya, lalu berkata, “Aku akan bercakap-cakap denganmu nanti.” Saya merasa lebih santai sepenuhnya daripada sebelum ini.

SURGA ATAU NERAKA?

Sejak kunjungan bulan Mei itu saya telah berdoa bagi pembaca-pembaca yang akan datang dari buku ini. Saya berdoa untuk Saudara, pembaca yang terhormat. Saya ingin Tuhan menyiapkan hati Saudara untuk menerima kebenaran mengenai semua hal yang telah saya alami dan tulis. Surga itu sungguh ada, dan saya ingin Saudara lebih mempercayainya daripada yang mungkin pernah Saudara impikan. Inilah yan dikehendaki Tuhan bagi Saudara, sebab Ia mengasihi Saudara dengan kasih yang kekal.

Tuhan membawa saya ke surga pada banyak waktu yang berlainan sehingga saya dapat menceritakan kepada Saudara bagaimana indahnya bagi kita semua yang mengasihi Dia dan hidup bagi-Nya sepenuh mungkin. Ia dan saya berdua ingin Saudara dapat pergi ke rumah besar yang indah yang telah disediakan-Nya bagi Saudara. Hal-hal yang diperlihatkan dan diberitahukan-Nya kepada saya adalah benar. Mereka seluruhnya berhubungan dengan Alkitab. Meraka adalah kenyataan yang jauh melebihi pengalaman duniawi kita. Saya tahu mereka lebih nyata daripada hal-hal dunia ini, dan saya ingin Saudara mengetahui kenyataan ini.

Sebelum Tuhan memberkati saya dengan sangat banyaknya penglihatan-penglihatan tentang kebenaran surgawi, saya kadang-kadang mempunyai kesangsian tentang adanya surga, meskipun saya mengasihi-Nya dan mempercayai-Nya dengan sepenuh hati saya. Saya tidak mengerti sepenuhnya tentang surga, dan saya tahu banyak orang percaya yang seperti ini. Sekarang saya tahu itu semua benar. Ini sudah bukan soal kepercayaan bagi saya sekarang; inilah pengetahuan yang sebenarnya – jenis pengetahuan yang tidak dapat dirampas oleh siapapun. Pengetahuan yang murni.

Dulu biasanya saya takut mati dan prihatin akan banyak hal di dalam hidup saya setelah mati nanti; tetapi setelah pengalaman saya di surga, tidak ada sesuatu pun di dunia ini atau hidup saya yang berarti lagi. Saya tahu kemana saya akan pergi sesudah kehidupan ini berakhir. Saya akan bersama Yesus selamanya di Firdaus-Nya. Tiada kata-kata yang dapat menerangkan bagaimana sempurnanya surga itu. Apa yang dapat saya rasakan adalah ada kegembiraan yang sempurna.

Setelah perjalanan-perjalanan ke surga saya memohon kepada Tuhan agar membawa saya pulang, tetapi suara-Nya yang kecewa mengatakan, “Aku tidak menunjukkan kerajaan dan lubang neraka kepadamu untuk membawamu pulang sekarang. Aku memperlihatkan kepadamu semua itu supaya engkau menolong menyelamatkan orang-orang yang sesat dan memberitahu setiap orang apa yang perlu untuk masuk kerajaan surga.”

Sesudah Ia mengatakan ini, saya merasa malu karena begitu mementingkan diri sendiri, dan saya minta ampun. Sekarang satu-satunya hal yang dapat saya pikirkan adalah melayani Dia sampai hari terakhir. Tidak peduli apa caranya, saya akan menyenangkan-Nya.

Sebagai salah satu anak perempuan-Nya yang istimewa, mengapa Ia menyakiti hati saya dengan memakai Ibu saya di dalam buku ini sekiranya hal ini tidak penting bagi orang-orang-Nya untuk mengerti bahwa hanya dengan hidup baik saja tanpa mengenal siapa Yesus tidak akan menyelamatkan mereka. Seseorang berkata kepadaku. “Jika Ia mengasihimu, mengapa Ia sampai hati memakai ibumu untuk menyakiti hatimu sedemikian?” Saya sangat terperanjat oleh pertanyaan yang tidak beriman ini.

Walaupun ini adalah kenangan yang sangat memilukan bagiku melihat ibu saya dan yang lain di dalam lubang neraka, saya harus menerima kenyataan bahwa tiada apapun yang dapat membawa mereka keluar dari sana, jadi saya menerima kenyataan bahwa mereka akan berada di sana untuk selama-lamanya hanya karena mereka tidak mengenal Tuhan Yesus.

Tuhan saya mempunyai alasan yang sangat khusus dengan memakai ibu saya di dalam buku ini. Jikalau, melalui dia, walaupun hanya seorang ibu, yang lain dapat diselamatkan, saya merasa sangat terhormat.

Tidak peduli bagaimana mungkin susahnya nanti hidup saya, saya tidak akan pernah dapat marah kepada Tuhan. Jikalau ada sesiapa yang kukasihi mati untuk Tuhanku, saya akan sangat sukacita untuk meraka. Dengan demikian saya akan tahu pasti bahwa kehidupan kekal mereka akan mereka habiskan bersama Tuhan Yesus. Seperti Yesus berkata:

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16)

Saya percaya bahwa kedatangan-Nya yang kedua sudah sangat dekat supaya orang-orang-Nya dapat mengetahui bagaimana besarnya Ia mengasihi mereka dan bahwa Ia mau gereja-Nya bersedia untuk Dia.

Tuhan mengasihi Saudara, dan ini adalah kebenaran yang terbesar di seluruh dunia. Itulah sebabnya Ia telah menyediakan kerajaan-Nya bagimu. Walaupun Ia mengasihi anak-anak-Nya, Ia marah terhadap mereka yang tidak percaya. Karena itulah Ia menugaskan saya untuk menulis buku ini. Ia telah banyak kali memberitahuku bahwa keselamatan jiwa-jiwa adalah sangat penting sekali bagi-Nya. Ia gelisah memikirkan beberapa anak-anak-Nya lebih memilih neraka untuk menjadi tempat kekal mereka daripada kemuliaan indah yang telah disediakan-Nya bagi mereka.

Akhirnya, surga adalah satu pilihan. Tuhan tidak mau siapapun berakhir di dalam lubang neraka. Jika Saudara percaya, Saudara akan mendapat hidup yang kekal dengan Tuhan:

“Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.” Itulah firman iman, yang kami beritakan: sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. Karena Kitab Suci berkata: “Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.” (Roma 10:8-11)

Jikalau Saudara tidak percaya, Saudara akan menemukan diri Saudara di tempat siksaan di mana orangtua saya dan tak terhitung banyaknya orang lain yang harus menahan penderitaan selama-lamanya. Ini adalah pilihan pribadi. Ini cara Tuhan melawan cara setan. Ini kerajaan surga melawan kerajaan kegelapan. Ini hidup lawan mati. Ini surga lawan neraka. Yang mana akan menang dalam hidup Saudara? Pilihan ada di tangan Saudara.

Setiap kata di dalam buku ini adalah benar. Kata-kata Yesus telah ditafsirkan tepat seperti yang diucapkan-Nya kepada saya. Tuhan memilih saya untuk perkerjaan ini, dan saya telah berusaha sedapat mungkin untuk tepat dalam setiap kata dan pengalaman. Dengan pertolongan Tuhan, dan bantuan Roger dan penulis, saya telah berusaha untuk memberikan gambaran-gambaran yang tepat dari setiap pengalaman yang telah saya peroleh.

Akhirnya, walau bagaimana pun, saya sadar bahwa pilihan ada pada Saudara sendiri. Yang dapat saya lakukan hanya memberitahukan kepada Saudara. Sekarang setelah Saudara membaca halaman-halaman ini, Saudara bertanggung jawab atas kebenaran yang telah ditanamkan. Apa yang akan Saudara lakukan dengan kebenaran yang telah saya bagikan kepada Saudara?

Sebelum saya pergi ke surga, saya ingin menyelamatkan jiwa-jiwa untuk kerajaan, tetapi sekarang saya menyadari saya harus berusaha sedapat mungkin untuk menyelamatkan yang sedang binasa. Saya tidak akan pernah melupakan ingatan tentang tubuh-tubuh telanjang yang berlarian kian ke mari di dalam api dan menjerit-jerit dalam kesengsaraan mereka. Ia akan berakhir segera bagi kita semua, sedangkan itu sudah akan terlambat untuk membuat keputusan kita bagi Yesus dan Surga.

Saya mempunyai hasrat yang membara untuk melihat yang sesat diselamatkan, untuk mencegah mereka daripada pergi ke tempat yang mengerikan yang telah diperlihatkan oleh Tuhan kepada saya. Hasrat terdalam saya adalah untuk setiap orang menemukan namanya pada sebuah pintu rumah di surga. Kitab Wahyu menggambarkan dua jenis orang. Saya telah melihat hal-hal yang sama yang dilihat oleh Rasul Yohanes.

Yohanes menggambarkan nasib kekal dari jenis yang pertama, kumpulan yang nasibnya sial seperi berikut: “Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa” (Wahyu 14:11). Kumpulan jenis yang kedua, sebaliknya, digambarkan seperti ini:

“Yang penting disini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Tuhan dan iman kepada Yesus. Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka” (Wahyu 14:12-13).

Apakah nama Saudara tertulis di dalam Buku Kehidupan Anak Domba?


Amin.


(oleh Kristus Ministry)

No comments:

Post a Comment

Artikel Lainnya