Shalom Sahabat KM,
Dari kisah kelahiran Tuhan
Yesus, menunjukkan kepapaan atau kehinaan-Nya yang sangat ekstrem. Ia tidak
dilahirkan dalam istana atau rumah yang layak, tetapi Ia lahir di tempat
sederhana, sangat besar kemungkinan di kandang hewan (Lukas 2:7). Keberadaan-Nya
seperti ini menunjukkan bahwa Ia rela kehilangan hak untuk memiliki kelimpahan
kekayaan, walaupun Ia adalah pemilik dari segala sesuatu, sebab Ia adalah
Pencipta dari segala sesuatu itu (Yohanes 1:1-13). Hidup kesederhanaan-Nya
terpancar dari sejak kelahiran-Nya sampai kepada kematian-Nya di kayu salib. Ia
tergantung di kayu salib dengan tubuh setengah telanjang, sebab prajurit Romawi
merenggut jubah-Nya dan membagi di antara mereka melalui undi (Matius 27:35).
Dalam suatu pernyataan-Nya
Yesus mengemukakan: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang,
tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Lukas 9:58). Sebuah pernyataan yang menunjukkan kemiskinan-Nya yang sangat ekstrem.
Dari hal ini nampaklah bahwa Yesus rela kehilangan hak untuk menikmati kekayaan
materi yang sebenarnya adalah milik-Nya sendiri. Paulus dalam tulisannya
mengatakan: Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus,
bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu
menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya (2 Korintus 8:9). Kemiskinan dalam teks ini
adalah eptocheusen (ἐπτώχευσεν) berarti become poor, kata ini berasal dari kata
ptocheuo yang memiliki pengertian to be a beggar, to become indigent. Hal ini
menunjukkan ketidakberdayaan secara materi atau kemiskinan-Nya secara materi.
Betapa berbahayanya ketika
seseorang terjebak atau disesatkan oleh rasa aman yang salah. Rasa aman semu
ini membuat seseorang tanpa sadar membelakangi Tuhan. Rasa aman yang salah ini
diajarkan oleh dunia kepada kita sejak kecil. Rasa aman oleh karena
difasilitasi oleh kekuatan di sekitar kita. Fasilitas tersebut bisa berupa
uang, harta, keluarga atau relasi petinggi negara, pangkat, nama baik dan
kekuatan lain. Rasa aman ini juga menyangkut keyakinannya bahwa ia akan bahagia
dan menikmati hidup dengan keberuntungan dan kesenangan kalau difasilitasi oleh
kekuatan-kekuatan tersebut. Rasa aman yang salah ini telah menjadi gaya hidup
atau pola hidup manusia pada umumnya. Iblis membujuk manusia untuk memiliki
gaya hidup yang salah tersebut (yaitu rasa aman yang bertumpu kepada kekuatan
di luar Tuhan). Ketika Iblis berkata: Sembahlah aku maka akan kuberikan dunia
ini kepada-Mu (Lukas 4:5-7), bujukan tersebut adalah dorongan untuk memiliki
gaya hidup, di mana seseorang merasa aman dengan kekuatan di luar Tuhan.
Hal ini membuat seorang
melakukan percintaan dengan dunia dan tidak bergantung kepada Tuhan. Hal ini
pula membuat orang Kristen menjauhi Tuhan dan melakukan pelacuran rohani. Hal
ini sama dengan menyembah Iblis. Mereka tidak merasa tidak menyembah Iblis,
padahal kenyataannya mereka menyembah Iblis dan hal ini sudah cukup membuat
seseorang binasa. Inilah dosa materialisme yang merajalela hebat dalam dunia
post modern hari ini. Percintaan dunia mengakibatkan seseorang menjadikan
dirinya musuh Tuhan (Yakobus 4:4), kasih akan Bapa tidak ada pada orang tersebut
(1 Yohanes 2:15-17) tentu mereka tidak mengerti apa artinya pelayanan dan mengasihi
sesama, sebab hati mereka sudah dibelenggu dengan percintaan dunia.
Di era post modern,
masyarakat merasa nyaman bila memiliki deposito. Sebagai pelayan Tuhan, kita
tidak boleh mengenakan standar hidup seperti anak-anak dunia. Paulus menasihati
orang percaya bahwa asal ada makanan dan pakaian cukup. Ini artinya bahwa seorang
anak Allah tidak boleh menuntut dan mengharapkan memiliki standar hidup seperti
anak-anak dunia. Bila seorang pelayan Tuhan sudah merasa berhak memiliki hak
milik, maka ia tidak akan dapat menjadi pelayan seperti Yesus; yang dicurahkan
seperti anggur dan dipecahkan seperti roti.
Dalam pelayanan memang
dibutuhkan berbagai fasilitas, tetapi hendaknya fasilitas yang diharapkan,
seperti mobil, rumah pastori dan lain sebagainya, tetapi fasilitas tersebut
bukanlah menjadi hak milik untuk kenyamanan hidup. Dengan prinsip yang benar
ini maka seseorang dapat berkorban demi pekerjaan Tuhan bagaimanapun beratnya.
Walaupun telah bekerja keras, seorang pelayan Tuhan tidak boleh merasa berhak
memiliki hak milik. Pengorbanannya adalah devosi bagi Tuhan, bukan taburan yang
mengharapkan tuaian sekarang, tetapi nanti di belakang langit biru.
Tuhan Yesus menerangi kita semua.
Amin.
(oleh Kristus Ministry)
(sumber : truth-media.com)
No comments:
Post a Comment