BAGIAN KEEMPAT: BAB 13-16
BAB13 - MALAIKAT-MALAIKAT
DI SURGA DAN DI BUMI
“…Aku
akan menjadi bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Anak-Ku...” “…Semua malaikat Allah
harus menyembah Dia.” Dan tentang malaikat-malaikat Ia berkata : “Yang membuat
malaikat-malaikat-Nya menjadi badai dan pelayan-pelayan-Nya menjadi nyala api.”
(Ibrani 1:5-7)
Pengalaman-pengalaman ajaib
saya dengan Yesus dan rumah surgawi tempat mana semua orang percaya akan
menikmati suatu hari nanti, membuka mata saya pada beberapa kebenaran rohani.
Saya mulai mengerti, bahwa dengan cara yang sama Tuhan telah menciptakan kita
serupa dengan Dia. Ia telah menciptakan bumi serupa dengan surga. Ini
menggetarkan hati saya – untuk mengetahui bahwa hal-hal yang paling indah yang
kita nikmati di bumi akan menjadi bagian daripada kehidupan kekal kita.
Berfirmanlah Tuhan: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut
gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala
binatang melata yang merayap di bumi” (Kejadian 1:26). Tuhan memberi kita
sebuah bumi yang indah, diisi dengan ikan, burung-burung maupun ternak, dan Ia
ingin kita menguasainya. Di surga, seperti yang telah saya sebutkan, ada ikan,
burung-burung maupun ternak. Ciptaan-Nya bagus sekali dalam segala seginya –
suatu tempat untuk kita nikmati selama-lamanya.
Tetapi setan datang, dan
dalam kesombongan dan kecemburuannya, ia mencobai orang-orang pertama untuk
menentang Tuhan. Setan kehilangan haknya atas kemuliaan kekal di surga karena
dosanya. Dengan cara yang sama, Adam dan Hawa dibuang dari Firdaus duniawi
mereka untuk selamanya, dan mereka yang tidak mentaati Tuhan dalam kehidupan
ini akan dilarang masuk ke Firdaus surgawi. Tuhan menegaskan hal ini
berulang-ulang kali.
Saya sering bertanya siapa
Kita yang disebut dalam kitab Kejadian 1:26, dan sekarang saya mengerti artinya
yaitu Tritunggal Maha Kudus. Banyak orang, seperti saya, akan mengalami
pengalaman-pengalaman yang menggugah hati dengan malaikat-malaikat pada
akhir-akhir ini. Malaikat-malaikat mengunjungi kita dengan cara yang sama
mereka lakukan pada zaman dahulu. Mereka akan menyakinkan manusia akan kasih
Tuhan, dan mengingatkan mereka tentang hal-hal yang akan segera datang. Seperti
seringkali Yesus memberitahu saya, kita ini
benar-benar hidup pada hari-hari terakhir.
Malaikat-malaikat adalah
pembawa-pembawa berita-Nya. Saya telah bertemu salah satu daripada mereka, dan
mereka adalah makhluk-makhluk yang indah yang memancarkan kasih dan kemuliaan
Tuhan. Mereka suka menyembah Bapa di surga, dan mereka taat pada-Nya dengan
memberitahukan pesan-Nya kepada kita di bumi.
Saya menyayangi
malaikat-malaikat kudus Tuhan, dan saya percaya mereka bersama saya bahkan
waktu saya menulis. Tuhan memberitahu saya, bahwa saya mempunyai
malaikat-malaikat pribadi di sekeliling saya. Kita tidak pernah boleh melupakan
janji Tuhan tentang malaikat-Nya : “Sebab
malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di
segala jalanmu. Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu
jangan terantuk kepada batu.” (Mazmur 91:11-12).
DI ATAS
AWAN-AWAN
Pagi 8 April 1996 membawa
lagi sebuah pertemuan yang manis dengan Tuhan Ia mengunjungi saya dari pukul
06.00 pagi sampai 09.00 pagi. Badan saya bergoncang selama 40 menit sebelum
saya mendengar suara-Nya yang tegas memanggil saya. Ia memegang tangan saya,
dan didalam badan transformasi saya, kami pergi ke pantai dimana kami berjalan
lebih lama dari biasanya. Kemudian kami terbang naik ke surga.
Setelah berganti, kami
berjalan menyeberangi jembatan emas dan menuju ke jalan yang biasa kami ambil
akhirnya kami membelok ke kiri dan mulai berjalan sepanjang sebuah jalan yang
putih dan lebar yang dibatasi dengan pohon-pohon yang sangat besar dan rimbun
daunnya. Daun-daunan itu berwarna jingga tua yang terang.
Kami berjalan agak jauh dan
kemudian membelok menuju sebuah jalan berbatu-batu yang berliku-liku dan
membelok melalui batu-batu yang tinggi. Jalan itu menuju ke sebuah jembatan
yang tinggi yang terbentang di antara dua gunung. Sesudah menyeberangi jembatan
ini, kami mendaki sebuah gunung dan melihat pemandangan di depan kami. Kami
berada di atas awan. Sesungguhnya, kemanapun saya memandang adalah awan. Tuhan
berkata, “Kita ada di atas awan-awan.”
Awan mempunyai arti penting
bagi Tuhan. Alkitab mengatakan bahwa pada waktu Ia kembali “mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu,
kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka
dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya
bersama-sama dengan Tuhan. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan
perkataan-perkataan ini” (1 Tesalonika 4:16-18).
Kitab Wahyu yang menyebut
tentang awan-awan : “Lihatlah, Ia datang
dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah
menikam Dia” (Wahyu 1:7; 14:14).
Ini adalah satu lagi waktu
yang mempesonakan di surga. Saya gembira mengetahui, bahwa akan ada awan-awan
di surga sebab saya selalu mendapati mereka begitu tenang dan cantik. Saya
ingat, sebagai seorang gadis kecil, berpikir bagaimana rasanya naik mengatasi
awan-awan, dan sekarang saya tahu. Suatu pemandangan yang luar biasa yang Tuhan
dan saya sedang nikmati.
Saya ingin tahu apakah kami
akan terbang di atas awan-awan yang lembut dan mengalun yang kelihatannya
begitu jauh dari tempat kami berdiri. Saya tidak mengerti dengan jelas mengapa
Ia menunjukkan saya awan-awan itu. Banyak sekali orang bertanya kepada saya, “Mengapa Tuhan menunjukkannya kepadamu?”
Saya biasanya tidak tahu jawaban atas pertanyaan mereka.
Yang saya ketahui ialah,
bahwa Ia kelihatan senang sekali menunjukkan kerajaan surga kepada saya. Saya
menduga Ia ingin kita tahu bahwa surga adalah sangat menyerupai bumi, hanya
amat sangat lebih bagus.
Satu hal yang pasti – Ia
adalah Tuhan yang Mahakuasa, dan saya tahu bahwa segala sesuatu yang
ditunjukkan-Nya kepadaku sangat penting bagi-Nya. Kenyataan bahwa Ia meluangkan
waktu untuk secara pribadi mengiringi saya keliling kerajaan sangat
membahagiakan saya, tetapi pengalaman-pengalaman dan pesan-pesan yang berkaitan
dengan pengalaman-pengalaman itu lebih berarti bagi saya daripada hidup ini.
Saya sama sekali berkobar
oleh semangat rohani ini untuk menceritakan pengalaman-pengalaman dengan orang
lain yang perlu mengetahui dan mengerti, dan dengan menjadi seorang wakil umat
manusia saya dapat menjadi tempat Bapa menyalurkan curahan kasih karunia-Nya
kepada orang-orang-Nya. Kita ini angkatan yang sangat mujur. Tuhan sudah berada
diambang pergerakan yang luar biasa. Tuhan akan kembali dengan cepat.
PERCAYALAH
AKAN SURGA
Seseorang telah menulis
kata-kata yang sangat benar ini: “Surga
adalah sebuah tempat yang disediakan untuk orang-orang yang bersedia.”
Tuhan telah memberi saya pengalaman-pengalaman ini sehingga saya akan siap
menerima tempat yang telah disediakan-Nya untuk saya, dan supaya saya dapat
membantu orang lain bersedia.
Inti daripada kata-kata ini
adalah : “Bersukacita dan bergembiralah,
karena upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang
sebelum kamu” (Matius 5:12). Pengharapan akan surga adalah sukacita bumi.
Sesudah kunjungan kami ke
puncak gunung, diatas awan-awan kemuliaan, Tuhan kembali membawa saya ke gedung
putih, dimana kami biasa berganti baju. Abraham ada di sana menyambut kami, dan
ia bercakap-cakap dengan Tuhan untuk beberapa menit sementara saya dan berdiri
diam dan membayangkan kembali pemandangan di atas awan-awan.
Kemudian Tuhan pergi ganti
baju, dan Abraham mendatangi saya. Ia meletakkan tangannya ke punggung saya dan
berkata, “Tuhan telah menunjukkan banyak
mengenai kerajaan.” Abraham adalah seorang yang sangat tinggi dan
berjanggut panjang.
Saya mengangguk, dan seorang
malaikat yang elok datang mengiringi saya kedalam ruangan ganti. Dengan
mengenakan mahkota dan jubah surgawi saya, Tuhan dan saya berjalan menuju
kolam. Tiba-tiba saya menyanyi.
Tuhan mengambil tempat-Nya
di atas batu, dan saya mulai menari, tetapi saya tidak dapat melanjutkannya.
Kesedihan yang dalam menyelubungi saya, dan saya mulai menangis. Saya mendapat
firasat, bahwa Tuhan tidak akan membawa saya ke kolam setelah kunjungan ini,
dan ini menyebabkan saya bertambah sedih sekali.
Saat ini, saya menangis
tersedu-sedu. Tuhan, saya mengetahui semua pikiran dan perasaan kita, memanggil
saya untuk datang kesebelah-Nya. Saya tidak mau ikut perintah-Nya, sebab saya
menyangka saya tahu apa yang akan dikatakan-Nya kepada saya – bahwa kami tidak
akan kembali ke kolam.
Ia memanggil saya lagi, dan
saya dengan enggan menuruti-Nya. Saya duduk disebelah-Nya , memegang tangan-Nya
dan meneruskan menangis.
“Tuhan,”
saya berkata, “Aku merasa Engkau tak akan
membawaku kemari lagi. Jangan meninggalkan aku, sebab aku sangat rindu
pada-Mu.” Saya meremas lengan-Nya dan memegang-Nya erat-erat.
“Puteri-Ku sayang, engkau
benar. Aku tidak membawamu kesini sampai hari terakhir. Engkau tahu bahwa ia
akan terjadi segera, jadi sabarlah sehingga sampai waktunya. Aku telah cukup
menunjukkan tentang surga untuk diceritakan kepada dunia, tetapi Aku masih ada
hal-hal untuk ditunjukkan padamu di bumi.
“Aku
akan membawamu ke pantai dan bercakap-cakap denganmu disana, jadi aku ingin
engkau tidak menangis lagi. Aku akan bersamamu di mana saja. Setiap kali engkau
ingin berjumpa-Ku, Aku akan disana dan engkau akan melihat-Ku. Aku akan
melindungimu daripada segala kejahatan di bumi.”
“Puteri,
Aku tahu di dalam hatimu engkau selalu ingin membantu mereka yang miskin. Aku
akan memberkatimu dengan melimpah sehingga engkau dapat membantu siapa saja
yang ingin kau bantu.”
“Terima
kasih, Tuhan. Aku sangat mengingininya. Sungguh aku ingin membantu mereka yang
miskin.”
“Itulah
salah satu sebabnya Aku sangat menyayangimu, puteri-Ku. Apabila engkau kembali
ke kerajaan untuk hidup disini selama-lamanya, Aku akan membawamu ke kolam ini.
Engkau selalu menjadi puteri-Ku yang istimewa. Aku tak ingin engkau menangis
untuk-Ku lagi. Aku mau engkau bergembira setiap hari selama engkau di bumi.”
“Terima
kasih karena bersabar dan mengerjakan semua pekerjaan ini bagi-Ku. Aku ingin
engkau dan suamimu melayani-Ku sehingga hari-hari akhir. Buku ini yang sedang
engkau tulis untuk-Ku – selesaikanlah, dan engkau akan diberi petunjuk. Jangan kuatir akan apa pun.”
“Aku ingin anak-anak-Ku membaca buku ini, sebab banyak sekali
dari mereka mempunyai keragu-raguan tentang surga. Aku ingin mereka percaya
bahwa surga itu ada dan menjalani hidup yang kudus dan taat supaya mereka dapat
masuk ke dalam kerajaan-Ku.”
“Buku
ini mengenai segala firman-Ku dan kerajaan yang Aku sediakan untuk siapa saja
yang ingin datang. Segala sesuatu telah tersedia.”
“Buku
ini harus ditulis oleh seorang yang penuh urapan Roh. Puteri-Ku, jikalau engkau
tidak di bawah kuasa istimewa Roh Kudusku. Aku tidak akan dapat memakaimu untuk
pekerjaan ini. Seperti yang telah Kukatakan sebelumnya, Aku telah menyiapkanmu
lama sekali untuk perjalanan ini, sebab Aku tahu Aku akan segera datang dan Aku
ingin anak-anak-Ku tahu bahwa segera Aku akan datang untuk mereka. Puteri-Ku
sayang, Aku selalu ingin engkau ingat akan kolam ini.”
Kata-kata-Nya sangat
menggerakkan hati saya. Hati saya sungguh diliputi cinta akan Tuhan. Ia
berdiri, dan saya tahu tiba waktunya bagi kami untuk pergi. Saya meneruskan
menangis, tetapi hati saya diyakinkan dengan pengetahuan akan bersama dengan
Tuhan selamanya dan bahwa Ia akan selalu bersama saya di bumi.
Di kamar ganti, seorang
malaikat Tuhan memeluk saya. Suasana sangat menggirangkan hati di tempat di
mana selalu ada banyak sekali cinta, kasih sayang, dan pengertian. Waktu saya
berganti pakaian saya, saya menduga bahwa Abraham maupun malaikat itu tahu ini
adalah kunjungan terakhir saya ke surga. Ketika saya keluar dari ruangan ganti
pakaian, malaikat itu memeluk saya sekali lagi.
Malaikat itu berambut pirang,
berjubah putih melambai dan berparas lembut dan hangat. Malaikat itu tersenyum
kepada saya ketika saya berjalan ke arah Tuhan.
Kami kembali ke bumi di mana
kami duduk ditepi laut, dan Tuhan mengingatkan saya akan hal-hal yang dikatakan-Nya
di kolam surgawi. Ia memberitahu saya Ia tidak akan meninggalkan atau
mengabaikan saya. Ia berkata kami akan bertemu di pantai. Ia mengingatkan saya
untuk mencatat semua yang ditunjukkan dan diceritakan-Nya kepada saya.
Ketika Ia pergi, kesedihan
saya lenyap. Saya percaya kata-kata-Nya. Saya memegang janji-janji-Nya. Sebuah
ayat Alkitab berkata ke dalam hati saya: “Karena
itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama
Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa
sampai akhir jaman” (Matius 28:19-20).
Saya mengerti bagaimana
perasaan murid-murid ketika mereka mengetahui bahwa Yesus akan meninggalkan
mereka dan pergi ke surga. Ia menyakinkan mereka dengan kata-kata yang sama
yang diucapkan-Nya kepada saya. Saya tahu Ia akan selalu bersama saya dan
malaikat-malaikat-Nya akan menjaga saya sementara saya berusaha keras membantu
memenuhi firman tentang Tugas Besar-Nya.
“Aku
tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang
menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, dihadapan lawanku; Engkau
mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan
kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam
rumah TUHAN sepanjang masa.” (Mazmur 23:4-6)
Saya sungguh percaya firman
dari Mazmur 23.
KENANG-KENANGAN
INDAH
Walaupun sedih, karena saya
sadar saya tidak akan kembali ke surga untuk waktu ini, saya juga tahu saya
tidak akan menukar sesaat pun dari pengalaman-pengalaman surgawi saya dengan
apapun juga yang dapat diberikan oleh bumi ini. Sungguh, tiada apapun dapat
dibandingkan dengan kemuliaan surga.
Saya menghabiskan waktu pagi
dan siang pada 8 April 1996 menyanyikan lagu-lagu surgawi, mendalami firman,
dan mencoba lebih dari biasanya sebab saya tidak tahu kapan saya akan dapat
bertemu dengan Tuhan lagi. Saya melakukan setiap pagi, tetapi pagi itu saya
menghabiskan berjam-jam dalam terus berdoa, memuji dan mendalami Firman Tuhan.
Sejak saya menjadi orang percaya, berdoa menjadi kebiasaan saya. Dengan cara
inilah Tuhan hadir di dalam hidup saya setiap waktu.
Khususnya pagi itu saat yang
sangat menyusahkan bagi saya, karena saya memikirkan tidak dapat ke surga
dengan Tuhan lagi sehingga hari terakhir. Kira-kira pukul 1 siang itu saya
mulai merasa sangat sedih lagi. Saya mengingat-ingat bahwa saya tidak akan
bersama dengan Tuhan ke surga lagi. Bersama dengan Tuhan adalah pengalaman yang
paling bahagia seumur hidup saya. Tiada kata-kata yang dapat menerangkan dengan
sempurna kegembiraan yang saya alami sawaktu kunjungan-kunjungan ke surga itu.
Meskipun saya merasa sangat letih selama bulan-bulan itu, saya telah disegarkan
secara rohani.
Saya mulai menangis. Suara
Tuhan yang tegas dan kuat menarik perhatian saya. Ia berkata, “Puteri-Ku, Aku berkata kepadamu jangan
menangis untuk-Ku lagi.”
Saya mencoba membendung air
mata saya tetapi tidak dapat.
“Tuhan,
maafkan aku. Aku hanya berharap Engkau membawa ke surga bersama-Mu.”
Saya ingin Ia membawa saya
seketika itu juga, sebab saya sudah tidak peduli mengenai hal-hal apa saja di
dunia ini lagi. Pikiran bersama dengan Yesus di surga memenuhi seluruh pikiran
saya. Saya dengan tidak malu-malu menyatakan ini kepada Tuhan.
“Aku
tidak mau menunggu,” saya berkata.
Teguran-Nya menusuk hati
saya, “Puteriku sayang, Aku telah
memberitahumu, bahwa Aku memerlukanmu untuk melakukan pekerjaan-Ku di bumi.
Sabarlah.”
Nada suara-Nya memantulkan
kemarahan. Ia meneruskan, “Saya akan datang
lebih cepat daripada yang dipikir oleh setiap orang. Hanya ingat bahwa Aku
tidak akan meninggalkanmu. Engkau perlu istirahat.”
Dengan itu, Ia pergi. Beban
saya telah diambil dari saya, meskipun saya masih ingin bersama dengan Tuhan di
surga. Semua ketakutan akan kematian telah dihapuskan daripada saya, sebab saya
tahu, bahwa kematian berarti permulaan hidup yang kekal di surga. Kadang-kadang
bahkan saya berharap untuk mati, tetapi saya mengulangi janji untuk memenuhi
tugas yang telah diberikan oleh Yesus kepada saya.
Sementara itu, saya
mempunyai banyak kenangan-kenangan yang berharga untuk di ingat dan dihidupkan
lagi. Pikiran saya ingat segala sesuatu yang saya lihat di surga – setiap jalan
yang kami susuri, bangunan-bangunan yang kami masuki, gunung-gunung yang kami
daki, malaikat-malaikat, Abraham, awan-awan, sungai-sungai, hewan-hewan,
bunga-bunga, pohon-pohon, burung-burung, batu-batu, lautan, danau, kolam-kolam,
orang-orang, ketenteraman, dan kegembiraan yang sangat dari semuanya itu.
Saya tidak akan seperti dulu
lagi ketika saya berpikir saya ingin menikmati bumi ini sebanyak tahun mungkin
– hidup sampai tua dan melancong ke sana-sini. Saya hanya ingin bersama Tuhan
lebih dari apa pun juga. Saya tahu surga itu sangat nyata, dan jarang yang lebih
penting, saya tahu Yesus selalu ada di sana. Saya mencintai-Nya lebih daripada
hidup saya, dan saya ingin setiap orang percaya pada-Nya dan dia tahu ada surga
yang telah disediakan bagi mereka.
Saya setuju dengan pemazmur,
yang menulis :
“Sebab
kasih setia-Mu lebih baik daripada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau.
Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi
nama-Mu … Apabila aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku, merenungkan Engkau
sepanjang kawal malam, – sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku, dan dalam
naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai. Jiwaku melekat kepada-Mu, tangan kanan-Mu
menopang aku.” (Mazmur 63:4-9)
Saya biasanya ingin tahu
akan hal-hal ini, dan kadang-kadang saya bergelut untuk percaya, tetapi
sekarang saya tahu, sebab saya tahu saya sudah tahu. Ada surga, dan itulah
rumah kita yang sebenarnya. Tuhan sangat sering menunjukkan kepada saya
kumpulan-kumpulan air di surga, dan Ia berkata pada saya, “Hati siapapun yang tidak semurni air dan tidak hidup sesuai dengan
Firman-Ku dan tidak akan masuk ke kerajaan-Ku.”
Ia mengulangi sekali ini dan
sekali lagi, jadi saya tahu ini penting. Ia juga berkata, “Banyak yang tidak akan ke kerajaan surga
sebab mereka tidak hidup sesuai dengan Firman-Ku. Sebab itulah Aku menunjukkan
kepadamu orang-orang yang memakai jubah berwarna coklat pasir dan kelabu.”
Saya tahu bahwa saya tidak
mengetahui apa-apa tentang menulis buku, dan saya hanya tahu sedikit tentang
Firman Tuhan, kecuali betapa pentingnya taat dan takut akan Tuhan, tetapi Ia
memberitahu saya untuk tidak kuatir. Akhirnya saya belajar bagaimana
menyerahkan segala kekuatiran saya kepada-Nya, sebab saya tahu, Ia peduli saya.
Saya ingin melakukan yang terbaik untuk menyenangkan Tuhan selalu.
SURGA ITU
SUNGGUH ADA
Delapan hari setelah
kunjungan terakhir saya ke surga, Tuhan mengunjungi saya hampir dua jam
lamanya. Pada pagi hari 16 April 1996. Badan saya bergoncang selama 20 menit,
dan saya mengeluh dan berkeringat dalam persiapan menyambut kunjungan Tuhan. Ia
berkata, “Puteri-Ku, Aku harus bercakap
denganmu.”
Dengan cara biasanya, Ia
memegang tangan saya, dan saya melihat badan transformasi saya berjalan dengan
Dia di pantai. Kami menuju ke arah batu di mana kami sering duduk.
Sambil kami berjalan, saya
berkata, “Aku rindu untuk bersama-Mu
Tuhan. Sekarang sudah delapan hari sejak Engkau terakhir membawaku ke surga.”
Ia mendengarkan, dan saya
tahu Ia mengerti, tetapi Ia diam sejenak. Kami meneruskan berjalan, dan
kemudian kami duduk di atas batu. Tuhan berkata, “Aku merindukanmu juga.”
Saya mulai menyanyi dalam
roh. Nyanyian-nyanyian keluar, dan saya tidak dapat mengendalikannya apalagi
saya bersama Tuhan. Ini membuat saya sadar, bahwa Tuhan suka akan lagu dan
tarian. Ketika saya menyanyi, Ia melihat wajah saya dan Ia kelihatan gembira.
Tetapi kali ini Ia memotong, “Puteri, Aku
harus berbicara denganmu.”
Saya masih terus menyanyi,
jadi Ia mengulangi, “Aku harus berbicara
denganmu.”
“Maafkan
saya, Tuhan.”
“Aku
lihat buku-Ku berjalan dengan lancar. Apakah engkau menulis judul dari buku
yang Kuberikan padamu?”
“Ya,
Tuhan.”
“Aku
telah berkata kepadamu Aku akan mengatur segalanya.”
Berusaha mendapatkan judul
yang sesuai untuk buku itu bukan satu tugas yang mudah. Seolah-olah judul yang
tepat susah lahir. Kemudian, ketika waktu doa minggu sebelumnya, saya minta
Tuhan akan sebuah judul. Sewaktu saya berdoa dalam Roh, kata-kata surga itu
nyata berulang-ulang keluar dari Roh saya. Sesungguhnya, saya tidak dapat
berhenti mengucapkannya.
Perasaan sangat damai datang
kepada saya ketika saya sadar, bahwa ia adalah judul dari Tuhan untuk buku-Nya
– Heaven is so Real! – dan apa judul yang
lebih baik lagi? Inilah artinya yang tepat, temanya, isi buku ini. Inilah yang
dikehendaki Yesus untuk diketahui oleh semua orang.
“Barangsiapa
yang ingin datang ke kerajaan-Ku harus percaya dan bersiap untuk
kedatangan-Ku.” Tuhan melanjutkan. “Ini akan sangat lebih cepat dari yang mereka kira.”
“Bahkan
orang-orang percaya yang setia tidak yakin, bahwa sungguh ada kerajaan surga.
Aku mau semua anak-anak-Ku yang ragu-ragu menjadi percaya bahwa, kerajaan-Ku
itu nyata. Ini akan memimpin mereka untuk berhati lebih setia, taat dan kudus
sehingga mereka dapat masuk kerajaan-Ku.”
TIDAK ADA
JALAN MUDAH KE SURGA
Tuhan ingin semua orang
percaya. Penulis Ibrani menekankan pentingnya untuk
percaya dengan mengatakan bahwa kita sesungguhnya tidak dapat menyenangkan
Tuhan tanpa iman.
“Tetapi
tanpa iman tidak mungkin berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling
kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada dan bahwa Allah memberi upah
kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”
(Ibrani 11:6)
Iman datangnya dari
mendengar firman Tuhan, seperti yang dijelaskan oleh Paulus: “Jadi iman timbul dari pendengaran, dan
pendengaran oleh firman Kristus” (Roma 10:17). Tuhan ingin kita percaya
firman-Nya, dan firman-Nya menunjukkan kita ke surga.
Yesus berkata, “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan
firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan
kamu akan menerimanya.” Firman Tuhan menanamkan iman ke dalam hati kita
sehingga kita dapat menjangkau dengan iman ketika kita berdoa, dan karena itu
menerima jawaban-jawaban atas doa-doa kita.
Inilah yang terjadi ketika
saya minta Tuhan judul dari buku-Nya. Ia men-dengar doa saya dan menjawabnya.
Ia adalah Tuhan yang sangat besar dan mulia, dan surga-Nya sungguh nyata!
Tuhan meneruskan: “Aku akan membawa semua orang yang hidup
dalam firman-Ku ke dalam kerajaan-Ku, tetapi jalan ke kerajaan surga bukan
jalan yang mudah.”
“Puteri,
engkau terus bertanya mengapa Aku memilihmu untuk pekerjaan ini. Aku
memberitahumu lagi. Engkau adalah puteri yang tepat untuk buku ini. Aku tahu
engkau akan berbuat apa saja yang Kuperintahkan untuk engkau lakukan, walau
bagaimana pun sulitnya untukmu.”
“Engkau
akan membuat banyak orang sangat heran, sebab Aku memilih seorang puteri dan
bukannya seorang putera untuk pekerjaan akhir zaman. Aku tahu banyak puteri-puteri
lebih tahir hatinya daripada putera-putera dan mereka sangat menyenangkan
hati-Ku. Melaluimu banyak puteri-puteri akan bahagia. Aku bermaksud untuk
memberikan urapan istimewa kepada banyak puteri-puteri untuk pekerjaan akhir
zaman, dan mereka harus bersedia untuk menerimanya.”
“Aku
ingin engkau menulis tepat seperti apa yang Kutunjukkan dan beritahukan
kepadamu. Tidak lebih dan tidak kurang. Setelah ini selesai, engkau akan
menerima karunia-karunia istimewa untuk melayani-Ku, dan engkau akan menjadi
berkat bagi orang-orang-Ku. Aku akan memberikatimu juga lebih daripada yang
engkau harapkan.”
“Tuhan,
berkat satu-satunya yang kuinginkan adalah untuk membahagiakan-Mu. Saya tidak
memerlukan apapun, sebab Engkau telah memberikan semua yang kuperlukan atau
inginkan di bumi ini. Sekarang, jikalau saya dapat melayani-Mu dengan
sepenuhnya, itulah yang akan membuatku lebih bahagia dari apapun juga, dan saya
ingin seluruh keluargaku melayani-Mu dan bersedia memberikan hidup mereka
bagi-Mu.”
“Itulah
sebabnya Aku sangat mengasihimu, puteri,” Ia berkata, dan
menambahkan, “Jangan lupa memakai
kata-kata nubuatan Pendeta Randolph di dalam buku ini. Dan ingat, Aku akan
membawamu kemari lagi.”
Kami berdiri, berjalan di
atas pasir, dan memandang Lautan Pasifik. Sebelum naik, Ia berkata, “Tuliskan semua yang Kukatakan kepadamu.”
Saya memegang-Nya dengan
kuat ketika kami berpelukan. Saya tidak mau Ia pergi, tetapi saya tahu ini
perlu. Saya tahu surga itu sungguh ada dan bahwa saya tidak perlu kuatir apa
pun. Selama-lamanya saya akan bersama Dia.
BAB 14 - HIDUP
DALAM FIRMAN
“Jikalau
kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa
saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapaku
dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah
murid-murid-Ku. Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah
mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu.”
(Yohanes 15:7-9)
Sementara meluangkan waktu
pagi dengan berdoa dan merenungkan firman Tuhan pada 18 April 1996, Tuhan
memberi saya suatu urapan yang sangat istimewa. Ini adalah tanda, bahwa Ia akan
segera datang, dan seperti yang saya harapkan, setelah kira-kira lima belas
menit saya melihat Dia duduk dekat jendela kamar tidur saya di mana Ia selalu
duduk. Saya juga melihat badan transformasi saya duduk di sebelah-Nya.
Lagu-lagu rohani dari dalam roh saya membalas kehadiran-Nya.
Sedang saya menyanyi, saya
memegang tangan Tuan saya, dan saya mulai mencari bekas luka-luka di telapak
tangan-Nya dengan mencoba membalikkan tangan-Nya, tetapi Ia mencegah saya
melakukan ini. Ia kelihatan sangat gembira atas pertemuan ini, dan Ia
mengingatkan saya, “Aku tidak ingin
melihat engkau menangis lagi.”
Tuhan memberitahu saya
beberapa hal yang penting hari itu.
“Puteri-Ku,
Aku tidak mau engkau risau tentang apa pun berkenaan dengan pekerjaan ini,” Ia
mulai. “Aku akan mengatur segalanya.
Engkau hanya perlu bergembira untuk-Ku, puteri-Ku. Aku ingin engkau meletakkan
gambarmu pada sampul buku.”
“Tuhan,
Engkau selalu mengejutkanku. Engkau selalu membuatku merasa begitu gembira.”
“Aku tahu semua keperluanmu sebelum engkau memintanya kepada-Ku,
tetapi Aku tidak mau anak-anak-Ku berhenti meminta jika mereka memerlukan
sesuatu.”
Kata-kata-Nya mengingatkan
saya akan sesuatu yang telah saya baca di dalam Alkitab pagi itu juga: “Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu
bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Tuhan. Mereka
menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi
janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan,
sebelum kamu minta kepada-Nya” (Matius 6:7-8).
Di dalam ayat Alkitab ini,
melalui contoh doa-Nya yang terkenal sebagai Doa
Bapa kami, Yesus terus mengajar kita bagaimana berdoa. Garis besar yang
berkesan untuk semua doa syafaat dan doa pribadi, dan saya menggunakan
prinsip-prinsipnya kalau saya datang ke hadirat-Nya dalam penyembuhan, syafaat,
dan permohonan. Saya selalu mengklaim janji-janji Tuhan, seperti yang terdapat
dalam Filipi 4:19 : “Allahku akan
memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus
Yesus.” Dan pada pagi musim semi yang khusus ini Tuhan mengingatkan saya
kebenaran-kebenaran yang bernilai sekali.
Sesudah menyampaikan pesan
tentang doa ini, Tuhan berdiri dan badan transformasi saya berdiri dengan Dia.
Saya mengawasi Tuhan menyentuh kepala dari badan transformasi saya. Ia
berangkat, badan transformasi saya hilang, dan goncangan badan duniawi saya
berhenti.
SUATU
PENGLIHATAN TENTANG BUKU-BUKU YANG BANYAK
Empat hari kemudian, pada 22
April 1996, saya bersama Tuhan dari pukul 6.35 pagi sampai 08.18 pagi. Badan
saya bergoncang selama dua puluh lima menit, kemudian saya mendengar suara
Tuhan. Ia mengambil tangan saya, dan saya melihat badan transformasi saya
berjalan di pantai bersama Dia. Tuhan berkata, “Aku mencintaimu, puteri-Ku.”
“Aku
mencintai-Mu juga, Tuhan.”
Kami naik ke batu, di mana
kami biasa duduk sedang kami memandang Lautan Pasifik yang luas. Ketika kami
duduk, saya mulai menyanyi. Kemudian saya menangis karena gembira. Saya
memegang lengan Tuhan, dan dengan tangan kanan-Nya Ia menepuk tangan saya
dengan lembut.
“Puteri-Ku,
Aku harus menunjukkan sesuatu kepadamu.”
Suara lain menyertai ketika
penglihatan-penglihatan ajaib yang diberikan oleh Tuhan kepada saya keluar.
Kemudian saya melihat sebuah toko buku yang besar dipenuhi oleh buku-buku, dan
saya bertanya dalam hati mengapa ada begitu banyak buku di sana. Mata saya
tertarik oleh sebuah buku yang istimewa. Sampul latar belakang kuning emas
dengan sebuah istana di atasnya – sebuah istana yang bagus sekali seperti yang
saya lihat di surga. Judulnya ada di tengah-tengah halaman “Heaven is so Real!” dalam huruf-huruf yang tebal, jelas. Di bagian
bawah sampul ada awan, mengalun lembut seperti yang saya lihat dari gunung
surga.
Saya terperanjat oleh
penglihatan tentang buku itu. Bertambah heran lagi, saya mulai melihat banyak
sekali buku-buku terbang di udara, dan orang-orang di bawah sedang mengulurkan tangan
dan melompat-lompat berusaha menangkapnya.
Penglihatan ini lalu
berangsur-angsur hilang, dan saya mulai merenungkan kepentingannya. Tuhan
menjelaskan, “Aku berkata padamu Aku akan
mengatur segalanya untukmu, puteri. Jangan kuatir lagi mengenai apapun.”
Ia telah menunjukkan kepada
saya hasil jadi buku itu yang mengisi begitu banyak waktu dan perhatian saya.
Buku itu indah, dan sampulnya sangat memikat. Yang lebih penting, Ia telah menunjukkan kepada saya betapa inginnya orang
banyak untuk mengetahui kebenaran tentang surga, dan saya betul menyadari,
bahwa buku saya akan menjadi jalan di mana mereka sungguh-sungguh dapat
mengetahui.
“Tuhan,
saya percaya segala sesuatu yang Engkau katakan kepadaku,” saya
berkata, “tetapi saya tak habis-habisnya berpikir
tentang ini.”
“Puteri-Ku,
buku ini harus dikerjakan menurut waktu-Ku dan oleh kehendak-Ku. Aku mau engkau
tenang saja mengenainya. Aku tahu engkau sesungguhnya tidak mempunyai
kehidupanmu sendiri sekarang sebab engkau sangat sibuk dengan buku, tetapi ada
hal-hal yang tidak dapat dibuat dengan terburu-buru. Mereka harus diselesaikan
pada waktu yang sesuai. Aku mau engkau belajar menjadi sabar. Aku ingin semua
anak-anak-Ku menjadi bahagia di bumi ini.”
“Tuhan,
bagaimanapun beratnya, aku menikmati setiap menit waktuku yang aku curahkan
untuk buku-Mu. Tidak sukar menulis kata-kata-Mu yang indah. Roh Kudus memimpin
aku untuk setiap kata yang kutulis; aku tak akan pernah dapat menulisnya
sendiri.”
Bagian yang sukar, saya
harus mengakui, adalah waktu menunggu. Tetapi Tuhan setia akan setiap kata yang
dikatakan-Nya kepada saya. Firman-Nya benar mutlak. Seperti yang diberi
kesaksian oleh Yesaya: “Demikianlah
firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan
sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil
dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya” (Yesaya 55:11). Dan saya tahu, bahwa
hal yang sama akan berlaku sebagai kebenaran untuk buku yang saya telah
diminta-Nya untuk menulis. Buku ini tidak akan kembali kepada-Nya dengan
sia-sia. Buku ini akan berhasil, dan akan melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya
untuk dilaksanakan.
Hadirat-Nya, suara-Nya,
sentuhan-Nya, kata-kata-Nya semua begitu meyakinkan saya dan memberi saya
kedamaian yang luar biasa. Saya tahu ini buku-Nya, bukan punya saya, dan Ia
akan menjaga setiap seginya, dari tulisan sampai pola sampulnya sampai
percetakan, pemasaran dan pengedarannya. Ini akan menjadi suatu karya indah
yang akan menarik orang dalam penggambarannya tentang kemuliaan surga.
Tuhan berdiri, berjalan ke
pinggir lautan di mana kami mulai, dan berkata, “Aku mengasihimu, puteri-Ku sayang.”
Ia tidak memeluk saya kali
ini. Lalu Ia berpaling dan pergi.
“SEGALANYA TELAH SIAP!”
Pagi hari 25 April 1996
Tuhan bercakap-cakap dengan saya dari pukul 07.40 pagi sampai 09.13 pagi. Badan
saya bergoyang kuat sekali, dan keluhan-keluhan saya terdengar di seluruh
rumah. Lalu Tuhan berkata.
“Aku
Tuhanmu, puteri-Ku sayang, dan Aku harus bercakap-cakap denganmu,” Ia
berkata.
Ketika Ia memegang tangan
saya, badan duniawi saya bergetar dan bergoncang seperti suatu aliran listrik
disalurkan ke dalam sistem tubuh saya. Kemudian saya melihat badan transformasi
saya berjalan dengan Tuhan di pantai. Kami mengambil tempat kami biasanya di
atas batu, tetapi kali ini saya tidak menyanyi.
Sebaliknya, perhatian saya
khusus tertuju kepada pakaian yang kami pakai. Sementara saya mengamatinya,
Tuhan berkata, “Puteri-Ku, Aku sungguh senang bersamamu.”
“Tuhan,
aku mencintai-Mu dan aku ingin bersama-Mu selalu.”
“Akan
segera terjadi, puteri-Ku. Sudahkah engkau melihat kakimu?”
Saya tidak pernah melihat
dengan jelas sebelumnya, tetapi hanya saya sedang memakai sandal yang sama
saja. Ia sedang memakai warna coklat abu-abu dengan pinggiran emas. Saya
meletakkan kaki kanan saya di sebelah kaki-Nya dan nampak bagaimana kecilnya
kaki saya dibandingkan dengan kaki-Nya. Kami berdua mulai tertawa. Selanjutnya
saya meraba bahan jubah saya. Sangat lembut dan mengkilap.
Tuhan mengulurkan tangan-Nya
dan menyentuh rambut saya.
“Engkau
memiliki rambut yang cantik,” Ia berkata.
Rambut badan transformasi
saya seperti kepunyaan seorang gadis yang muda. Panjang, lurus, lembut, dan
berkilau.
Itu seperti rambut yang saya
miliki ketika aku masih gadis remaja. Tuhan lalu melihat wajah saya dan
berkata, “Engkau cantik, puteri-Ku.”
Kata-kata itulah yang
sungguh-sungguh ingin saya dengar, sebab saya tidak pernah merasa mempunyai
penilaian yang bagus sekali, baik mengenai paras maupun kemampuan saya, tetapi
untuk mendengar Tuhan saya dari surga memberitahu saya tentang kecantikan saya
mengubah segala yang ada di dunia. Saya mulai menangis karena gembira.
“Jangan
malu, puteri-Ku,” Tuhan menghibur saya.
Kemudian Ia mengangkat wajah
saya. Saya dapat melihat roman wajah transformasi saya dan kilauan rambut saya
yang hitam. Untuk pertama kalinya dalam hidup saya, aku merasa betul-betul
cantik, kemudian saya teringat akan kata-kata pemazmur :
“Aku
bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang
Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung
bagi-Mu, ketika aku dijadikan tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di
bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak,
dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada
satupun dari padanya.” (Mazmur 139:14-16)
Saya dapat melihat bahwa
Tuhan telah menciptakan saya. Ia membentuk saya untuk menjadi seorang yang
sangat istimewa, dan inilah yang dicoba untuk diperlihatkan-Nya kepada saya
hari ini. Ia sedang mengagumi ciptaan-Nya, dan Ia ingin saya pun berbuat yang
sama.
Biasanya Tuhan tidak banyak
bercakap waktu Ia mengunjungi saya, kecuali jikalau Ia ingin memberitahuku
hal-hal yang penting mengenai kehidupan serta pelayanan saya. Seringkali Ia
mengulangi pesan-pesan yang penting ini.
Contohnya, Ia memberitahu
saya berulang-ulang, bahwa Ia akan datang segera. Ia seringkali mengulangi
kenyataan, bahwa kerajaan-Nya sudah disediakan bagi anak-anak-Nya. Ia
seringkali memberitahu saya supaya tidak kuatir, sabar, dan percaya pada-Nya.
Ia terus-menerus berkata
kepada saya, bahwa buku ini penting sebab akan
meyakinkan banyak orang yang ragu-ragu bahwa surga itu betul-betul ada.
Semakin saya memikirkannya, semakin saya menyadari bahwa inilah salah satu hal
yang paling penting untuk dapat diketahui oleh siapapun – pengetahuan tentang
surga adalah rumah kita membuat perjalanan hidup ini sangat jauh lebih berarti.
Itulah yang sebenarnya yang
tengah saya rasakan. Sekarang setelah saya telah banyak ke surga, saya tidak
sabar lagi menunggu untuk pergi ke sana selama-lamanya. Seorang pernah berkata,
“Di bumi, kamu hanya dapat memperoleh
satu hal yang kekal – surga.”
Sungguh suatu kehormatan,
sebab itu, bagi saya mendapat bagian di dalam buku ini. Saya tahu Tuhan akan
menggunakannya untuk membawa banyak jiwa-jiwa ke dalam kerajaan-Nya. Itulah
yang Ia kehendaki, dan itulah yang saya kehendaki juga.
Pada pagi yang khusus, 25
April 1996, Tuhan kelihatan lebih riang dan lebih banyak bicara daripada
biasanya. Kata-kata dan tindak-tanduk-Nya membuat saya sering ketawa, dan Ia
juga tertawa. Sungguh waktu yang menyenangkan sekali.
Dalam banyak
hal Ia seolah-olah hampir mirip seperti manusia biasa daripada Tuhan yang
mahakuasa. Ia tentu sedang menikmati saat-saat ini bersama saya. Setelah
beberapa saat, bagaimanapun suasana pertemuan kami menjadi lebih serius.
“Puteri,
terima kasih karena menyempatkan dirimu untuk melakukan pekerjaan ini,” Ia
berkata. “Hal yang paling penting bagi-Ku
adalah bahwa engkau membuat buku ini persis seperti apa yang telah
Kuberitahukan kepadamu untuk mengerjakannya. Jangan sekali-kali mengubahnya.
Aku telah membimbingmu langkah demi langkah, seperti yang telah Kujanjikan
padamu. Aku tahu engkau akan taat di dalam pekerjaan ini, dan itulah sebabnya
Aku memilihmu.”
“Aku
berkata kepadamu lagi bahwa segala sesuatu di kerajaan-Ku telah siap untuk
anak-anak-Ku. Aku mau setiap orang percaya yang ragu-ragu dan tidak percaya
menyadari bahwa ada surga yang nyata. Aku ingin membawa semua anak-anak-Ku ke
kerajaan, tetapi barangsiapa tidak hidup sesuai dengan firman-Ku tidak akan
masuk. Buku ini akan menolong orang-orang yang tidak percaya.”
“Aku
tahu engkau berdoa untuk banyak orang, tetapi Aku tidak dapat menjawab semua
doamu sebab ada orang yang mengetahui firman-Ku masih mementingkan
diri sendiri dan mereka hidup untuk dunia. Barangsiapa hidup tidak jujur
dan tidak menghormati firman-Ku adalah orang-orang yang tidak akan Aku berkati,
meskipun mereka adalah orang-orang yang engkau sayangi.”
“Puteri,
Aku mau engkau mengingat tentang mereka yang telah kaudoakan, mereka yang
kaukenal, dan Aku mau engkau mengingat doa-doa yang telah Kukabulkan. Ada orang yang tidak akan pernah mengubah hati mereka
menjadi kudus, dan mereka tidak akan pernah diberkati.”
“Banyak
orang percaya miskin dan mempunyai banyak persoalan dalam hidup mereka sebab
hati mereka tidak benar terhadap-Ku dan mereka tidak memberi persepuluhan. Setiap orang percaya yang tidak memberikan persepuluhan
tidak akan diberkati sebab mereka mencintai uang lebih daripada Firman-Ku.
Mereka yang mencintai uang lebih daripada Firman-Ku tidak akan pernah melihat
kerajaan-Ku. Engkau sudah tahu ke mana mereka akan berada akhirnya.”
“Apabila setiap orang datang kepada-Ku dengan hati yang terbuka
dan mencoba untuk hidup dengan Firman-Ku, mereka akan langsung diberkati, dan
mereka akan mendapat damai dan kegembiraan selalu. Barangsiapa mencintai Aku
dan ingin Aku memberkati mereka harus memiliki hati yang benar terhadap-Ku dan
mengutamakan Aku dalam segala hal di dalam kehidupan mereka dan mempunyai hati
yang baik terhadap orang lain.”
“Sayang,
Aku ingin engkau gembira setiap hari dalam hidupmu di bumi. Engkau adalah
puteri-Ku yang istimewa selamanya. Tidak akan henti-hentinya berkat-Ku untukmu
selama engkau di bumi ini.”
“Aku
akan melindungimu daripada apa saja yang tidak Kusukai di bumi ini, dan Aku
tidak akan pernah meninggalkanmu. Engkau akan selalu mendapat kejutan-kejutan
yang tidak kau sangka-sangka daripada-Ku.”
“Tuhan,
Engkau telah mengherankan aku dengan banyak sekali perkara-perkara. Saya tidak
tahu apa yang akan Engkau lakukan selanjutnya.”
Saya dapat merasakan bahwa
Ia tersenyum atas jawaban saya. Kemudian Ia berkata, “Sudah waktunya kembali.” kami berdiri dan mulai berjalan ke arah
air.
Kami saling berpelukan, dan
Ia berkata, “Aku mengasihi-Mu,
puteri-Ku.”
“Aku
mengasihi-Mu, Tuhan.”
MAHAKUASA DAN
MAHA HADIR
Kunjungan selanjutnya
bersama Tuhan terjadi pada 29 April 1996. Saya bersama Dia dari pukul 06.05
pagi sampai hampir pukul 08.00 pagi itu. Badan saya bergoncang selama setengah
jam, lalu Tuhan berkata, “Puteri-Ku, Choo
Nam. Aku harus bercakap dan menunjukkan beberapa hal kepadamu.”
Ketika Ia memegang tangan
saya, saya dapat melihat badan transformasi saya sedang berjalan bersama Dia di
pantai. Segera setelah kami duduk di atas batu, saya berterima kasih kepada
Tuhan karena membawa saya ke tempat yang khusus ini untuk bersama dengan-Nya.
Dengan lembut Ia mengingatkan
saya, “Aku mengasihimu, puteri.”
“Aku
mengasihi-Mu, Tuhan.” Setelah kami bercakap, saya menyanyi bagi
Dia.
Suara luar biasa yang
menyertai penglihatan-penglihatan yang diberikan-Nya kepada saya keluar, dan
saya melihat sampul “Heaven is so Real!”
lagi. Kemudian, buku itu mulai terbang melalui udara, dan orang-orang di bagian
bumi yang tandus melompat-lompat dan mengulurkan tangan mereka untuk
menggapainya.
Lalu sebuah buku terbang ke
arah kami, dan Tuhan menangkapnya. Ia memberikannya kepada saya. Mula-mula,
saya memegangnya dengan erat di dalam kedua tangan saya, dan saya mendekapnya
dalam dada saya sebagai sesuatu yang amat berharga. Air mata sukacita terus
mengalir turun ke pipi saya.
Penglihatan yang luar biasa
kemudian memperlihatkan saya sebuah ruangan utama gereja di mana Tuhan sedang
berdiri di belakang mimbar. Ia mengangkat buku ini dengan kedua tangan-Nya.
Orang-orang berlarian maju menghampiri-Nya. Sungguh menakjubkan, sungguh
menggetarkan hati, melihat begitu banyak orang datang kepada Tuhan – kemudian
saya mengerti bahwa Ia memakai buku ini untuk
menarik orang kepada-Nya.
Penglihatan ini membukakan
banyak penglihatan-penglihatan lain sekaligus. Saya dapat melihat Tuhan di
dalam banyak gereja-gereja yang berlainan di seluruh dunia, dengan orang-orang
dari setiap bangsa hadir di dalam berbagai-bagai gereja. Di dalam setiap rumah
ibadah orang-orang sedang berlarian menghampiri-Nya. Tuhan saya yang mahakuasa
dan maha hadir dapat berada di manapun juga – di dalam beberapa gereja yang
berlainan pada waktu yang sama.
Saya teringat akan sebuah
ayat dari kitab Wahyu: “Lalu aku
mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan
seperti deru guruh yang hebat, katanya: “Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita,
Yang Maha-kuasa, telah menjadi raja.” (Wahyu 19:6). Ini adalah penglihatan
tentang surga yang diterima oleh rasul Yohanes di pulau Patmos di mana ia
sedang dipenjarakan. Inilah apa yang dilakukan oleh orang-orang dalam
penglihatan saya – mereka sedang berlari kepada Tuhan untuk menyembah Dia sebab
mereka tahu Tuhan adalah Tuhan yang Mahakuasa!
Inilah jawaban dari
kebenaran yang diberitahukan oleh Yohanes di dalam Wahyu: “Maka kedengaranlah suatu suara dari takhta itu: “Pujilah Allah kita,
hai kamu semua hamba-Nya, kamu yang takut akan Dia, baik kecil maupun besar!” (Wahyu
19:5). Ketika orang-orang kudus melakukan ini, mereka dipenuhi oleh sukacita
dan berseru: “Marilah kita bersukacita
dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah
tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.” Dan kepadanya dikaruniakan supaya
memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih! (Lenan
halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.) Lalu
ia berkata kepadaku: “Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke
perjamuan kawin Anak Domba” (Wahyu 19:7-9).
Seperti Yohanes, saya telah
dipanggil untuk menulis, dan tugas saya adalah sama seperti dia – supaya orang
tahu bahwa perjamuan kawin Anak Domba sudah disiapkan, dan diberkatilah mereka
yang diundang hadir ke perjamuan itu pada hari terakhir. Undangan diberikan
kepada semua orang, tetapi hanya mereka yang dengan hati terbuka memilih untuk
berjalan di dalam firman Tuhan yang dapat hadir. Penting sekali bagi kita untuk
hidup sesuai dengan firman Tuhan, untuk berdoa sesuai dengan ajaran-Nya dan
untuk percaya akan semua janji-janji-Nya. Kita adalah mempelai wanita Tuhan,
dan Ia menghendaki supaya kita kudus, bersih dan benar di hadapan-Nya. Hari
perkawinan yang luar biasa hebatnya menanti!
Penglihatan berakhir dan
Tuhan bertanya, “Puteri-Ku, apakah engkau
telah melihat segalanya?”
“Ya,
Tuhan. Bagaimana Engkau dapat hadir di mana-mana?”
“Aku
dapat berada di mana saja dalam sekejap mata.”
“Tuhan,
saya tahu ada orang percaya yang sangat setia, tetapi mereka masih mempunyai kebiasaan-kebiasaan lama mereka. Mengapa Engkau
tak dapat mengubah mereka?”
“Barangsiapa mau berubah akan menerima pertolongan-Ku. Apabila
mereka minta kepada-Ku apapun yang mereka kehendaki Aku akan memberikannya
kepada mereka jika Aku tahu mereka ikhlas dan jika mereka betul-betul bertekad,
Aku akan menjawab doa-doa mereka.”
“Banyak
anak-anak-Ku, bagaimanapun juga, tidak berdoa dengan jujur atau dengan tekun.
Apabila mereka tidak mempunyai kesabaran, mereka tidak dapat menerima berkat.”
“Puteri-Ku,
engkau begitu gigih. Engkau tidak pernah menyerah. Engkau terus minta pada-Ku
apa yang engkau inginkan dalam doa. Aku mendengar setiap doamu.”
“Ya,
Tuhan, aku tidak akan berhenti sampai aku menerimanya sebab aku tahu Engkau
memiliki semua jawabanku. Salah seorang guru Alkitabku memberitahuku supaya “jangan
berhenti berdoa untuk sesuatu yang engkau inginkan.” Itulah sebabnya aku sangat
tekun dalam doa-doaku, Tuhan.”
“Aku
tahu Engkau mempunyai jawaban-jawaban yang kuperlukan, terutama dalam doa-doa
pribadiku. Engkau menjawab doa-doaku lebih daripada yang telah aku harapkan.
Terima kasih, Tuhan.”
“Aku
mencintai anak-anak yang tekun. Ketekunan manusia membuktikan kesetiaan mereka,
dan dengan ini Aku tahu bahwa mereka percaya Aku memegang jawaban-jawaban atas
semua doa-doa mereka. Aku juga ingin anak-anak-Ku mengetahui, bahwa meskipun
Aku menjawab doa-doa, Aku mungkin juga membatalkan jawaban-jawaban jikalau
mereka tidak setia.”
“Apakah
kiranya yang dilakukan oleh seseorang sehingga menyebabkan Engkau membatalkan
berkat dalam kehidupannya?”
“Puteri,
waktu beberapa anak-anak-Ku memerlukan sesuatu, mereka berdoa siang dan malam
dan meluangkan waktu bersama-Ku. Mereka berusaha dengan gigih untuk taat dan
hidup sesuai dengan Firman-Ku. Lalu, pada saat Aku memberkati mereka, mereka berubah, menjauhkan diri daripada-Ku dan kembali
kepada cara hidupnya yang lama. Mereka terus melakukan hal-hal yang
tidak Kusukai. Itulah sebabnya Aku kadang-kadang menghentikan berkat-Ku.”
Kunjungan-Nya, hadirat-Nya,
penglihatan-Nya telah pergi, dan saya ditinggalkan dengan pengertian yang lebih
jelas tentang jalan Tuhan. “Adapun Allah,
jalan-Nya sempurna; janji TUHAN adalah murni; Dia menjadi perisai bagi semua
orang yang berlindung pada-Nya.” (Mazmur 18:31).
BAB 15 - BERKAT-BERKAT
YANG MELIMPAH
“Setiap
lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang
berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua
orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.” (LUKAS
3:5-6)
2 Mei 1996 pagi merupakan
waktu berdoa yang sangat berarti sekali. Urapan Tuhan lebih kuat ke atas saya
daripada biasanya, dan goncangan badan saya lebih hebat daripada sebelumnya,
ketika saya mengakhiri waktu doa saya. Seakan-akan goncangan-goncangan ini
tidak akan berhenti. Keluhan-keluhan roh saya seperti ledakan-ledakan dari
tempat yang dalam sekali. Suhu badan saya naik, dan aku basah berkeringat.
Begitu melimpahnya, sehingga
saya lupa untuk melihat jam. Setelah beberapa waktu lamanya, Tuhan masuk
jendela tempat tidur dan duduk di tempat biasa-Nya. suara-Nya telah menenangkan
manifestasi-manifestasi jasmani tubuh saya.
“Puteri-Ku
sayang, Aku datang untuk memberitahu dan menunjukkanmu beberapa hal. Engkau
mempunyai banyak hal untuk dikerjakan bagi-Ku sebelum Aku datang untuk umat-Ku.
Engkau harus sabar bersama-Ku. Banyak umat-Ku belum siap menerima
kedatangan-Ku. kerajaan-Ku sudah siap sekali untuk siapa pun yang mau
memasukinya.”
“Setiap
orang percaya harus berdiri di hadapan-Ku pada akhirnya, dan banyak dari mereka
yang tidak hidup menurut Firman-Ku akan sangat kecewa.”
“Aku
ingin semua anak-anak-Ku datang ke kerajaan-Ku. Siapapun yang membaca buku ini,
Aku ingin mereka percaya dan sadar bagaimana mereka harus hidup di dunia supaya
dapat masuk ke kerajaan surga.”
“Puteri,
Aku akan memberkatimu sehingga engkau tak dapat menampungnya. Aku akan
memberkatimu lebih daripada yang pernah engkau harapkan atau minta.”
“Tuhan,
satu hal yang saya inginkan untuk menjadi berkat adalah dapat melayani-Mu dan
membuat-Mu gembira.”
“Puteri,
engkau telah membuat-Ku sungguh gembira. Karena itulah Aku memilih engkau untuk
pekerjaan ini. Engkau dan suamimu akan banyak melayani-Ku sehingga hari
terakhir. Beritahu suamimu Aku senang dengan kerja yang sedang ia kerjakan
berkenaan dengan buku ini.”
“Setelah semuanya selesai, Aku ingin engkau membangun
gereja-Ku.”
Pernyataan ini membangkitkan
suara yang selalu menyertai penglihatan-penglihatan luar biasa yang Tuhan
berikan kepada saya, dan saya mulai melihat gereja yang sama yang telah
diperlihatkan kepadaku sebelumnya. Sesudah saya melihat bagian dalam dan luar
bangunan gereja, saya merasa tenang sekali. Saya tidak dapat melihat Tuhan
ataupun merasakan kehadiran-Nya.
Khususnya pada pagi ini, dan
pagi seterusnya, kunjungan-kunjungan Tuhan bersama saya tak dapat diramalkan
sama sekali, dan tidak seperti lazimnya. Pada saat-saat ini, saya tidak tahu
apa yang dapat diharapkan dari kunjungan-kunjungan-Nya sebab setiap kunjungan
sangat berlainan.
Satu hal menjadi sangat
jelas pada saya – Ia tidak pernah muncul jikalau saya telah pagi-pagi membuat
rencana untuk hari yang tertentu. Pada hari-hari dimana saya tidak mempunyai
rencana, bagaimanapun, Ia paling sering datang untuk membawa saya ke pantai di
bumi. Pada hari-hari lain, Tuhanku yang luar biasa iseng-iseng duduk di jendela
dan berbicara kepada saya ketika saya sedang berdoa. Ia adalah Tuhan yang
sungguh memperhatikan dan penuh kasih sayang. Kasih saya kepada-Nya tidak dapat
diungkapkan sepenuhnya.
Saya masih takjub mengetahui
bagaimana Ia tahu tentang saya. Ia tahu pikiran saya, perasaan saya, rencana
saya, dan alasan saya. Doa saya tak putus-putusnya adalah dari Mazmur
139:23-24: “Selidiki aku, ya Tuhan, dan
kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah
aku jalan serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!”
SEPERTI
SEORANG ANAK KECIL
Iman saya terus berkembang
ketika saya bertumbuh di dalam hubungan saya dengan Tuhan. Saya sungguh
percaya, bahwa saya tak akan pernah mempunyai keraguan lagi, saya sudah pernah
bersama Tuhan, dan Ia telah membawa saya ke surga sangat kering. Saya percaya
Firman-Nya, dan saya tahu bahwa surga itu sungguh ada.
“…Biarkan
anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab
orang-orang yang seperti itulah yang mempunyai Kerajaan Allah. Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti
seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya”. (Markus
10:14-15).
Tuhan mau kita menjadi
seperti kanak-kanak sehingga kita dapat menikmati berkat kerajaan surga
selamanya. Sifat-sifat masa kanak-kanak adalah mungkin bagi orang dewasa yang
menyerahkan hidup mereka sepenuhnya dan terbuka kepada Yesus Kristus. Tidak
bersalah, percaya, kemurnian hati, terpesona, rasa heran, yakin, keriangan,
kebahagiaan, berpikiran sederhana – semua ini
adalah beberapa sifat-sifat ajaib masa kanak-kanak yang Tuhan inginkan kita
tunjukkan untuk sampai ke surga.
Perhatikan yang dikatakan Tuhan,
“barangsiapa tidak menyambut kerajaan
Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya” (Markus
10:15). Jelas sekali Ia ingin kita percaya akan surga – menerimanya sebagai
seorang anak kecil. Inilah kunci yang membuka pintu surga untuk kita semua yang
ingin masuk.
Walau bagaimanapun, karena
begitu banyak hal yang menghalangi kita sementara kita menjadi dewasa, kita
cepat kehilangan ketidak bersalahan kita, iman, percaya, dan kemurnian. Semua
ini dipulihkan apabila kita datang, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan.
Suatu transformasi yang indah: “Jadi
siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah
berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Korintus 5:17).
Tuhan adalah Bapa kita; kita
adalah anak-anak-Nya. Ia mau kita menjadi anak-anak yang mempercayai,
mencintai, dan mematuhi Bapa mereka. Yesus berkata, “Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu
akan mencari Aku … Dengan demikian semua orang akan tahu bahwa kamu adalah
murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yohanes 13:33,35).
Tuhan ingin semua
anak-anak-Nya bersama dengan Dia di surga untuk selama-lamanya. Untuk sampai ke
sana – untuk hidup di bagian atas gunung tertinggi surga – kita perlu menjadi
seperti kanak-kanak. Perubahan kekristenan yang sungguh-sungguh adalah bahwa
orang dewasa menjadi seperti kanak-kanak – berjalan penuh takjub, percaya,
patuh dan kasih.
Yesus membuatnya sangat
jelas bagi saya, bahwa inilah yang Ia kehendaki dari kita semuanya – untuk
memiliki iman seperti seorang anak kecil. Ia mau kita hidup sesuai dengan
Firman-Nya, untuk percaya kepada-Nya sepenuhnya dan menanti dengan harapan akan
surga yang nyata. Mereka yang tidak mau, Ia menegaskan kepada saya beberapa
kali, akan berada di batas surga tetapi tidak akan pernah dapat masuk sukacita
Tuhan.
SEBUAH RUMAH
BAGUS DAN MOBIL
Dari pukul 06.17 pagi sampai
pukul 08.14 pagi 6 Mei 1996, saya bersama Tuhan. Badan saya bergoncang selama
dua puluh menit, dan saya berkeringat di bawah urapan yang sangat melimpah.
Keluhan-keluhan dari kedalaman roh saya mencurah keluar. Lalu saya merasakan
kehadiran Tuhan di dalam kamar.
“Mari,
puteri-Ku Choo Nam, Aku harus membawamu ke pantai,” Ia
berkata.
Saya melihat tangan-Nya
menggapai saya. Selanjutnya hal yang saya lihat adalah badan transformasi saya
sedang berjalan dengan Tuhan sepanjang pantai. Alangkah gembiranya saya waktu
itu. Saya tersenyum kepada Tuhan seperti seorang anak kecil yang sedang
menikmati saat-saat istimewa bersama orangtuanya. Seluruh badan saya merasa
girang, dan saya tahu, bahwa Tuhan juga gembira.
“Tuhan,
aku rindu pada-Mu. Aku sungguh mencintai-Mu.”
“Aku
mengasihimu, puteri dan itulah sebabnya Aku membawamu kemari.”
Kami pergi ke batu biasanya
yang menjadi tempat istirahat kami dalam perjalanan-perjalanan ke pantai. Saya
selalu duduk di sebelah kiri-Nya dan kalu tidak memegang tangan-Nya maka saya
meletakkan tangan saya di bawah lengan-Nya.
Saya menyanyi dengan
sukacita sebentar sebelum Tuhan berkata kepadaku:
“Puteri-Ku,
Aku akan menunjukkan sesuatu padamu. Aku ingin engkau bahagia.”
Suara – penglihatan keluar
dari roh saya. Seakan-akan menguasai saya untuk waktu yang lama.
Penglihatan muncul, dan saya
melihat sebuah sungai yang sangat besar yang luar biasa lebarnya. Banyak rumah-rumah
terletak berdekatan dengan sungai itu, tetapi mereka didirikan tinggi di atas
air, pada batu-batu yang sangat besar.
Perhatian saya tertarik
kepada sebuah rumah yang khusus – berbingkai putih, rumah bertingkat dua dengan
pagar putih pekat sekelilingnya. Tidak ada rumput di depan rumah, dan, bukannya
halaman rumput, tetapi tanahnya disusun dalam bentuk sebuah kebun batu yang
sangat indah. Bunga-bunga dan pohon-pohon tumbuh subur di sekitar rumah itu.
Pintu masuk ke pekarangannya
adalah sebuah gerbang yang sangat besar. Sebuah mobil merah yang cerah dan
mengkilap di parkir di sebelah kiri garasi. Mobil itu sangat mewah. Bagian
depan rumah ada beberapa anak tangga menuju pintu berganda yang cantik.
Penglihatan terus
berlangsung. Di dalam rumah ada permadani berwarna putih susu, perabot rumah
yang bagus buatannya didandan dengan susunan warna-warna. Ruangan tamunya
sangat luas, dan sebuah kamar tidur utama berada di ruangan bawah, berdekatan.
Kamar tidurnya besar sekali – mempunyai tempat tidur berukuran raja dan tempat
berhias berwarna ceri, meja-meja dan lemari-lemari pakaian. Penutup tempat
tidurnya berwarna emas dan cocok dengan gordennya.
Saya sempat melihat ke dalam
dapur di mana saya melihat lemari kaca terbuat dari kayu ceri. Di tengah-tengah
dapur ada sebuah tempat memanggang, dan peralatan modern ada di mana-mana.
Di luar dapur ada sebuah
teras halaman belakang dengan deretan pohon-pohonan yang membuat pagar yang
menarik. Sungguh-sungguh merupakan sebuah rumah kediaman, dan saya berpikir:
Begitu cantiknya rumah ini, tetapi mengapa Tuhan menunjukkannya kepadaku? Kami
telah mempunyai sebuah mobil dan rumah yang bagus yang Tuhan telah sediakan
untuk kami. Saya tidak begitu tertarik akan hal-hal yang bersifat material
lagi.
Penglihatan buyar dan Tuhan
berkata kepada saya, “Sukakah engkau akan
apa yang kau lihat?”
“Itu
sangat cantik, Tuhan.”
“Ia
akan menjadi milikmu.”
Saya menangis. Semuanya
begitu menakjubkan. Ini adalah kasih karunia yang melebihi semua pengharapan –
kasih karunia yang tidak sepatutnya kuterima. Saya terus bertanya sendiri, “Mengapa saya?” Orang sering bertanya
pertanyaan ini sewaktu peristiwa buruk terjadi pada mereka, tetapi saya
menanyakannya sebab berkat-berkatnya – bahwa Tuhan sudah menghujani saya dengan
berkat-berkat yang melimpah.
Sungguh berkat-berkat ini
melebihi daripada yang dapat kutampung. Sepertinya nubuatan Maleakhi menjadi
kenyataan di dalam hidupku – di sini dan sekarang, di bumi ini :
“Bawalah
seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada
persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku,” firman TUHAN semesta alam,
“apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat
kepadamu sampai kelimpahan.” (Maleakhi 3:10)
Sudah lama Roger dan saya memberikan
persepuluhan dari pendapatan kami dan memberikan persembahan-persembahan untuk
berbagai pelayanan. Kalau saya bisa, saya akan membantu pelayanan, tetapi saya
tidak pernah menduga hasilnya seperti itu akibat dari ketaatan kami. Tuhan
sungguh menakjubkan. Sungguh, saya tidak dapat menampung berkat-berkat-Nya yang
dicurahkan ke atas kami. Ia telah membuka tingkap-tingkap surga, dan Ia sedang
menyiapkan lebih dari itu untuk kita!
“Tetapi,
Tuhan,” saya berkata, “aku
tidak memerlukan apa-apa. Aku telah mempunyai segala yang aku inginkan.”
“Jangan
menangis, puteri-Ku,” Ia menasihati.
Selalunya seperti
menyusahkan Tuhan jikalau saya menangis. Saya yakin itu adalah karena Ia ingin
saya menjadi gembira. Namun, saya menangis lebih keras sebab penglihatan ini
sebenarnya membingungkan saya. Saya berpikir apakah ini berarti Ia tidak akan
kembali untuk anak-anak-Nya secepat yang saya harapkan. Jika Ia akan segera
datang untuk kita, mengapa Ia ingin memberi saya sebuah rumah yang begitu besar
dan mobil yang mahal? Seperti biasa, Ia tahu pikiran saya.
“Puteri,
apakah engkau kuatir Aku tidak akan segera datang – sebab Aku memberi engkau
rumah dan mobil ini?”
Pertanyaan-Nya menggugah
emosi saya yang terdalam, dan saya mulai menangis lebih keras. Tuhan mengangkat
wajah saya dan menghapus air mata saya. Kemudian, dengan nada yang sangat
menenangkan, Ia berkata, “Puteri-Ku
sayang, Aku akan datang seperti yang telah Kujanjikan, tetapi sebelum itu Aku
ingin engkau memiliki yang terbaik.”
“Tuhan,
Engkau telah memberiku sebuah rumah dan mobil yang bagus. Saya tidak perlu atau
ingin apapun lagi. Satu-satunya hal yang saya inginkan adalah untuk
menyenangkan hati-Mu dan melayani orang lain sampai Engkau kembali untuk kami. Engkau
berkata jikalau kami mengasihi-Mu kami harus baik terhadap orang lain. Itulah
sebabnya saya ingin membawa sebanyak dan sedapat mungkin orang kepada-Mu, sebab
saya tahu itulah yang Engkau kehendaki.”
“Aku
tidak mau engkau kuatir tentang apapun lagi. Engkau hanya ingin
menyenangkan-Ku, dan engkau tidak mengharapkan apa-apa. Itulah sebabnya Aku mau
memberimu lebih daripada yang telah engkau miliki sekarang. Jangan berkata
apa-apa lagi; bergembiralah.”
Kata-kata-Nya menghibur saya
dan memenuhi saya dengan sukacita dan pengharapan. Ia akan segera kembali, dan
saya tidak perlu kuatir tentang apapun. Pikiran saya tertarik kepada sebuah
ayat yang telah saya dengar di gereja; pengkhotbah berkata bahwa orang percaya
yang benar akan menjadi kepala, dan bukan ekor (lihat Ulangan 28:13). Inilah
berkat yang datang kepada semua orang yang melayani Tuhan “dengan sukacita dan kegembiraan, kelimpahan atas segala sesuatu”
(lihat Ulangan 28:8).
Tuhan berkata, “Kita harus kembali sekarang,” kemudian
Ia berdiri. Kami berjalan kembali ke tempat di mana kami biasa mulai dan
mengakhiri kunjungan-kunjungan kami ke pantai. Selagi kami berjalan, Tuhan
melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Ia mengangkat saya
dan membuat saya berputar sama seperti seorang ayah yang kadang-kadang
melakukannya kepada anaknya yang masih kecil. Saya mulai tertawa keras sekali,
dan saya nampak badan duniawi saya hampir terangkat dari tempat tidur. Kuasa
Tuhan sangat kuat atas saya.
Saat-saat yang sungguh indah
dengan sukacita yang tak terlukiskan dan yang menyebabkan saya mengerti sepenuhnya
ayat yang mengatakan:
“Maksud
semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu - yang jauh lebih tinggi
nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api - sehingga
kamu memperoleh puji-pujian kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus
menyatakan diri-Nya. Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu
mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak
melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak
terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.”
(1
Petrus 1:7-9)
Sukacita yang tidak
terkatakan dan penuh kemuliaan! Iman saya telah diperkuat oleh pengungkapan
pribadi Yesus Kristus. Saya sangat mengasihi-Nya. Bahkan saya telah melihat
Dia! Sungguh mulia, dan saya terus menikmati sukacita yang tidak terkatakan
yang penuh kemuliaan.
TERBANG
SEPERTI BURUNG
Suatu peristiwa yang ajaib
akan segera terjadi. Meskipun Alkitab tidak pernah memakai kata pengangkatan,
rasul Paulus menggambarkan peristiwa hebat di mana Tuhan Yesus akan datang
kembali dari surga dengan orang-orang kudus-Nya untuk “mengangkat” gereja-Nya. Peristiwa ini akan menjadi pengalaman
terakhir bagi mereka yang mengenal Yesus.
“Ini
kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal
sampai kedatangan Tuhan sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah
meninggal. Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat
berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga
dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita
yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam
awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya
bersama-sama dengan Tuhan. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan
perkataan-perkataan ini.” (1 Tesalonika 4:15-18)
Tetapi mereka yang tidak
mengenal Tuhan akan menghadap di depan kursi pengadilan Kristus di mana mereka
akan mendengar keputusan hukuman yang layak karena kurang percaya mereka – “sebab upah dosa ialah maut” (Roma
6:23). Bagaimanapun juga, bagi mereka yang mengenal Yesus, akan menerima kasih
karunia Tuhan dengan cuma-cuma – “karunia
Tuhan ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 6:23).
Kedatangan Yesus Kristus
kedua kalinya adalah pokok kunjungan saya selanjutnya bersama Tuhan, yang
terjadi pada 13 Mei 1996. Saya bersama-Nya dari pukul 06.20 pagi sampai pukul
09.00 pagi. Saya terbangun pukul 06.20, bergoncang kuat sekali. Badan saya
bergoncang lebih dari setengah jam, kemudian urapan yang membara dan
keluhan-keluhan mulai terjadi. Tuhan menghampiri saya dan berkata, “Puteri-Ku, Aku Tuhanmu. Aku harus berbicara
denganmu dan menunjukkan sesuatu kepadamu.” Kali ini, sambil berjalan
dengan Tuhan di dalam badan transformasi saya, saya tersenyum kepada-Nya dan
berkata, “Aku mengasihi-Mu, Tuhan.” Saya
tahu Ia sedang tersenyum kepadaku, walaupun saya tidak dapat melihat wajah-Nya
dengan jelas. “Aku mengasihimu, puteri-Ku
sayang,” Ia membalas.
Kami duduk di atas batu dan
Tuhan berkata, “Aku melihat suamimu mengambil waktu libur dari pekerjaannya
untuk dapat membantu membuat buku itu. Kalian berdua bekerja dengan sangat
baik.”
“Puteri-Ku,
Aku harus memberitahumu ini. Aku tahu Aku memberitahumu untuk menuliskan persis
seperti apa yang Kuperlihatkan dan beritahukan kepadamu. Aku melihat bahwa
engkau tidak menjelaskan dengan lengkap apa yang Kuperlihatkan kepadamu.”
“Tuhan,
maafkan aku. Aku akan mengulanginya lagi.”
Tuhan telah memberitahu saya
berulang kali untuk menuliskan segalanya setelah kunjungan-kunjungan-Nya, walau
bagaimana lelahnya saya. Kadang-kadang, pikiran saya buntu, tetapi begitu saya
mengambil pena dan kertas, kata-kata mengalir dengan cepat melalui pikiran
saya. Saya tahu bahwa itu adalah kerja Roh Kudus yang membimbing saya. Itulah
tepat yang sedang Ia kerjakan dengan saya, dan sekarang saya tahu Ia akan
mencari penulis yang lain yang akan membantu saya melahirkan pengajaran yang Ia
inginkan untuk mendampingi pengalaman-pengalaman saya.
Beberapa, saya tahu, akan
merasa susah untuk mengerti bagaimana seseorang itu dapat memiliki pengalaman-pengalaman
di mana sayalah yang mendapat hak istimewa untuk menikmatinya. Mereka akan
berkata, “Tidak ada di dalam Alkitab!”
Kenyataannya, bagaimanapun,
bahwa kebanyakan hal-hal yang ditunjukkan Tuhan kepada saya tercatat dalam
Alkitab. Saya yakin Ia hanya menginginkan buku ini untuk menegaskan lagi
kebenaran-kebenaran Firman tentang surga kepada orang-orang percaya di manapun
juga.
Ia telah memilih saya
sebagai alat, dan buku ini sebagai sarana untuk mengulangi kebenaran-kebenaran
Firman kepada gereja-Nya. Saya juga yakin Tuhan kita ingin orang-orang-Nya
mengetahui ada banyak hal yang indah-indah tentang surga yang tidak dicatat di
dalam Alkitab.
Ia meneruskan, “Jangan lupa bagaimana berharganya engkau
untuk-Ku, puteri-Ku. Hanya dengan cara ini Aku dapat memakai engkau. Aku akan
datang untuk anak-anak-Ku lebih cepat dari yang disangka oleh kebanyakan
orang.”
“Apakah
semua orang percaya akan tinggal di rumah-rumah seperti yang ada namaku di
pintunya, kapan mereka sampai ke surga?”
“Aku
akan membawa banyak anak-anak-Ku ke kerajaan, tetapi tidak setiap orang akan
tinggal di rumah seperti yang ada namamu di pintunya. Rumah-rumah ini untuk
anak-anak-Ku yang sangat istimewa.”
“Apakah
semua orang percaya akan pergi bersama-Mu, ketika Engkau datang kepada kami?”
“Aku
akan menunjukkan sesuatu kepadamu,” Tuhan langsung menjawab.
“Aku
mau engkau mengingat segala yang engkau lihat. Aku ingin seluruh dunia tahu apa
yang akan segera terjadi. Aku tahu banyak orang Kristen tidak percaya apa yang
dikatakan oleh nabi-nabi-Ku. Itulah sebabnya Aku menunjukkan engkau ini.”
Suara yang menyertai
penglihatan saya keluar seperti biasanya dalam persiapan untuk suatu
penglihatan yang ajaib dari Tuhan. Seolah-olah itu adalah cara yang
digunakan-Nya untuk menyiapkan saya untuk hal-hal yang ingin diperlihatkan-Nya
kepada saya. Kali ini suara itu berlangsung lama. Sesudah lebih dari setengah
jam menyanyi di dalam Roh dengan suara yang menyertai penglihatan saya, saya
mulai melihat hal-hal yang Tuhan ingin tunjukkan kepada saya.
Bagian pertama dari
penglihatan itu lebih menyerupai suatu kesan daripada suatu pengalaman visual.
Kelihatan seakan-akan seluruh dunia bergairah. Keadaan bumi sangat ramai dan
sibuk. Kemudian saya mulai melihat apa sebenarnya semua kesibukan itu.
Udara dipenuhi dengan
benda-benda putih yang bergerak. Waktu penglihatan menjadi jelas, saya melihat
orang-orang memakai jubah putih terbang di seluruh udara. Orang-orang
bermunculan dari mana-mana di bumi dan terbang ke udara. Langit hampir dipenuhi
dengan orang-orang yang terbang, seperti burung-burung sedang berpindah tempat.
Sungguh luar biasa sungguh
mengejutkan. Pada saat ini saya menyanyi dengan kuat, dan tangan-tangan saya
bergerak kian kemari seperti kepalan tangan mengayun pada sebuah karung pasir
untuk ditinju. Saya belum pernah merasa begitu bergairah seperti ini selama
hidup saya. Badan saya meloncat ke atas dan ke bawah disebabkan oleh urapan dan
goncangan. Saya merasa seperti saya sedang terbang dengan orang-orang yang
berjubah putih yang saya lihat. Gerakan-gerakan bergairah badanku dan suara
yang menyertai penglihatan saya sungguh keras sehingga saya yakin seluruh rumah
dapat mendengar saya.
Saya telah mendengar
pengangkatan digambarkan sebelumnya, tetapi saya tidak pernah membayangkan akan
menjadi suatu pertunjukan yang menakjubkan. Saya ingin tahu apa yang akan
dipikirkan oleh mereka yang tidak mengenal Yesus, ketika mereka melihat adegan
seperti ini. Saya sendiri sangat terkejut dan bergairah, tetapi saya yakin
mereka akan ketakutan. Ini adalah kejutan yang terbesar yang pernah ditunjukkan
Tuhan kepada saya. Ini adalah peristiwa yang paling mempesonakan yang pernah
saya lihat – manusia-manusia terbang di udara
seperti burung-burung. Mereka membubung ke atas dengan kecepatan sebuah roket.
Ada yang seakan-akan sedang membumbung seperti layang-layang – menembus angin
pada hari yang cerah dan indah.
Saya melihat cucu perempuan
saya yang berusia setahun. Ia memakai jubah putih, dan rambutnya telah
bertumbuh sampai ke bahu. Ia kelihatan sudah remaja. Mulanya saya melihat dia
di rumahnya berpakaian biasa. Kemudian tiba-tiba ia sedang memakai sebuah jubah
putih dan terbang di udara. Saya ternganga oleh penglihatan itu. Kelihatannya
seperti menguatkan kenyataan bahwa Tuhan akan kembali dengan cepat.
Kemudian saya melihat cucu
perempuan saya dari anak perempuan saya yang berusia sepuluh bulan. Ia tidak
mempunyai banyak rambut sekarang ini, tetapi di dalam penglihatan rambutnya
jatuh sampai ke bahunya, dan seperti cucu perempuan saya lainnya, ia sedang terbang
di udara.
Saya mulai menangis dan
menjerit. Bunyi keras di tempat tidur tentu mengherankan sekali. Untung Roger
sedang bekerja, kalau tidak tentu ia ketakutan sekali dan kuatir oleh bunyi
seperti itu.
Pertama, saya tidak tahu
apakah tangisan saya berasal dari sukacita atau kesedihan. Cucu perempuan saya
yang terkecil pun kelihatannya telah tumbuh jadi remaja. Saya merasa Tuhan
mempunyai alasan yang baik untuk memperlihatkan anak-anak kepada saya. Ia ingin
saya tahu bahwa mereka akan bersama saya di surga untuk menikmati
selama-lamanya bersama Yesus. Kedua, saya tahu Ia menghendaki saya melihat
berapa umur mereka jikalau Ia kembali nanti. Ia lebih cepat daripada sangkaan
banyak orang.
Penglihatan yang penuh
kegembiraan berubah. Saya melihat orang-orang yang tidak naik bersama-sama yang
lainnya. Tempat-tempat di bumi dikacaukan-balaukan, beberapa telah berubah sama
sekali. Di mana-mana bising, dan orang-orang jelas sekali dalam keadaan panik.
Ketakutan terlukis pada setiap muka.
Orang-orang berlarian simpang-siur.
Kekacauan total merajalela. Kelihatannya seperti setiap orang sedang mencari
seseorang atau sesuatu yang tidak dapat mereka temukan. Saya mulai menangis
seperti seorang anak kecil memandang orang-orang berlari-lari di jalanan.
Mereka menjerit-jerit dan berteriak-teriak. Beberapa mencoba melempar sedikit
barang-barang yang mereka miliki ke dalam kendaraan-kendaraan seperti mobil dan
perahu. Beribu-ribu perahu ada di lautan. Manusia sedang mencoba untuk
melarikan diri.
Banyak orang dengan pakaian
seragam memecah rumah-rumah, merampok mereka dan mengambil harta milik yang
mereka temui. Saya melihat satu keluarga yang terdiri dari empat atau lima
orang tergeletak di atas lantai rumah. Kebanyakan mereka tertelungkup, dan satu
genangan darah menutupi lantai. Beratus-ratus orang sedang melarikan diri
dengan berjalan kaki ke gunung-gunung. Sedang mereka berjalan, pegawal-pengawal
berseragam melepaskan tembakan ke arah mereka, dan beberapa jatuh. Mereka yang
paling dekat dengan pengawal-pengawal itu dipukuli dengan pentung dan tongkat
kayu.
Saya melihat orang-orang
memusnahkan gereja-gereja. Seorang laki-laki melemparkan batu ke jendela kaca
warna yang cantik yang memperlihatkan Yesus dengan domba-domba-Nya. Jendela itu
hancur dan kacanya pecah bertebaran di mana-mana. Saya menjerit lebih keras
lagi.
Seorang wanita yang
kelihatannya sedang mencari anak yang hilang, berlarian di seluruh rumah,
berteriak dalam kepanikan dan ketakutan. Ia terus memanggil nama anaknya sambil
naik turun dalam frustasi total dan keputusasaan. Saya ingin menolongnya, tetapi
tidak dapat berbuat apa-apa. Saya menangis dan terus menangis untuk dia dan
untuk semua yang lain.
Kemudian saya melihat sebuah
keluarga yang saya sendiri kenal. Sang ayah berlari masuk ke dalam rumahnya,
dan terburu-buru dari kamar ke kamar, memanggil nama-nama isteri dan
anak-anaknya. Ia menemukan seorang anggota keluarganya dan mereka duduk
berdempet di pojok sebuah kamar. Mereka saling berpegangan erat dan menangis.
Saya tahu siapa mereka, tetapi saya tidak boleh menyebut nama mereka di dalam
buku ini. Penglihatan itu berangsur-angsur hilang, dan saya terus menangis.
Tuhan menghapus air mata saya.
“Puteri,” Ia
berkata, “Aku
harus memperlihatkan kejadian-kejadian ini supaya engkau dapat memberitahu
seluruh dunia apa yang akan terjadi. Aku mengasihi semua anak-anak-Ku, dan Aku
ingin mereka menyadari, bahwa Aku akan segera datang untuk mereka, tetapi Aku
tidak dapat membawa mereka yang tidak hidup menurut firman-Ku, sebab mereka
tidak bersedia untuk Aku.”
“Banyak orang Kristen akan
terperanjat waktu Akhir Zaman tiba. Apa yang baru engkau lihat hanya sebagian
kecil daripada apa yang akan cepat sekali terjadi. Itu akan sungguh-sungguh
lebih buruk daripada yang dapat engkau bayangkan – untuk mereka yang tidak mengenal
Aku. Sebab itulah Aku ingin semua anak-anak-Ku dapat datang bersama-Ku ke
kerajaan-Ku.”
“Puteri,
Aku telah menunjukkan bagian dari kerajaan dan hal-hal yang akan terjadi di
dunia ini sebab waktunya sudah singkat. Aku akan kembali segera. Karena itulah
buku ini sangat penting sekali bagi-Ku. Ini adalah untuk anak-anak-Ku. Engkau
telah melihat apa yang akan terjadi di dunia dalam waktu yang sangat dekat.”
“Aku
siap untuk anak-anak-Ku, tetapi sangat banyak dari anak-anak-Ku tidak
sungguh-sungguh percaya dan mereka hidup untuk hal-hal duniawi. Aku mengasihi
mereka semua dan mau membawa mereka semua ke surga bersama-Ku, tetapi Aku tidak
dapat membawa mereka yang tidak siap untuk Aku. Mereka yang datang ke
kerajaan-Ku harus berhati suci dan taat.”
Hatiku merasa sangat kasihan
kepada mereka yang tidak mengenal Tuhan, dan saya mulai berdoa untuk
keselamatan mereka. saya menyebut setiap nama yang saya kenal, dan saya memohon
kepada Tuhan untuk campur tangan di dalam kehidupan mereka, untuk mendapatkan
perhatian mereka. Kemudian saya berdoa bagi orang-orang Kristen yang tidak
hidup untuk Yesus. Saya meminta-Nya untuk meraih mereka kembali kepada-Nya.
Saya memutuskan saya akan
menyelesaikan buku ini secepat mungkin, dan saya berjanji kepada Tuhan saya
akan pergi ke mana saja Ia mengutus saya. Saya merasa mendapat kehormatan
sekali untuk menjadi pelayan Akhir Zaman bekerja di ladang tuaian Tuhan. Saya
ingat sebuah ayat dari Alkitab yang menunjukkan persis apa yang Yesus rasakan
saat ini:
“Melihat
orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka,
karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka
kata-Nya kepada murid-murid-Nya, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.
Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan
pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Matius 9:36-38.)
Surga itu sungguh ada!
Paulus menggambarkannya dengan cara ini: “Apa
yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga,
dan yang tidak pernah timbul dalam hati manusia: semua yang disediakan Tuhan
untuk mereka yang mengasihi Dia.” Cara kita menunjukkan cinta kita kepada
Tuhan adalah melalui ketaatan seperti kata Yesus: “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku”
(Yohanes 14:15).
BAB 16 - KASIH
TUHAN YANG BESAR
“Di
dalam kasih tidak ada ketakutan : kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan;
sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna
didalam kasih. Kita mengasihi, karena Tuhan lebih dahulu mengasihi kita.” (1
Yohanes 4:18-19)
Pengalaman-pengalaman saya
di surga, dengan Tuhan, menolong saya untuk mengerti apa yang dimaksudkan-Nya.
Tuhan adalah kasih, dan surga adalah sebuah tempat di mana kasih adalah
lingkungan-Nya – yaitu cahaya dan kehidupan surga.
Peristiwa-peristiwa yang
mendahului pengangkatan gereja, walau bagaimanapun, akan mengerikan dan
menakutkan. Meskipun Tuhan telah menghapuskan ingatan tentang melihat ibu saya
di neraka, saya masih mempunyai ingatan yang samar-samar mengenai dia di sana
dan saya merasa pilu sekali di dalam hati saya mengenai nasib yang kekal dari
orangtua saya.
Sesudah saya menjadi seorang
Kristen, saya berdoa berkali-kali bagi orangtua saya. Saya memohon dengan
sangat kepada Tuhan, minta agar Dia tidak membuang mereka ke neraka, dan saya
mengingatkan Dia bagaimana baiknya mereka. Saya menangis dan berdoa sangat
banyak kali untuk mereka sehingga saya merasa agak yakin, bahwa Tuhan tidak
akan memasukkan mereka ke dalam lubang neraka. Malahan saya memohon Tuhan
dengan sangat supaya saya dapat menyenangkan Dia seumur hidup saya untuk
mengimbangi apa yang telah salah dilakukan oleh orangtua saya.
Ibuku memang seorang yang
baik. Ia kelihatan sangat suci dan tidak bersalah dalam banyak hal. Saya selalu
berpikir, bahwa ibu saya tidak pernah tahu yang tidak baik. Ia sakit hampir
seumur hidupnya, dan ia meninggal ketika ia berusia empat puluh. Kerisauannya
yang terakhir ketika ia hampir meninggal adalah memikirkan saya.
Ketika ibu saya meninggal,
saya merasa saya ingin mati juga. Ia adalah semua kasih yang saya ketahui pada
waktu itu. Sebenarnya saya benci akan ayah saya sebab saya tahu ia bersama
perempuan-perempuan lain pada saat ibu saya sakit.
Meskipun adalah kebiasaan
beberapa orang laki-laki di Timur untuk mencari perempuan lain apabila isteri
mereka sakit, saya tetap kecewa sekali oleh kelakuan ayah saya. Saya tahu ia
telah mengkhianati isterinya, dan saya ikut merasakan kesedihannya.
Saya membawa rasa benci
kepada ayah saya untuk waktu yang lama, tetapi ketika saya menjadi seorang
Kristen, saya dapat mengampuninya, sebab saya menyadari bahwa ia tidak mengenal
Tuhan. Hanya kasih karunia Tuhan, saya harus mengingatkan diri saya, yang dapat
melindungi kita semua dari dosa.
Saya sering ingin tahu
apakah saya akan melihat ibu saya sesudah saya meninggal kelak. Pikiran ini
seringkali muncul sesudah ia meninggal, sewaktu saya masih berusia empat belas
tahun.
SURGA ADALAH
KASIH
Tuhanlah yang menutup jurang
antara kasih yang sepatutnya saya terima dari orantua saya dan kasih yang
benar-benarlah yang saya terima. Bagiku, Dia adalah kasih sejati. Ia berkata
kepadaku, “Puteri-Ku, engkau telah hidup
bagiku lama sekali sekarang, dan engkau setia sekali kepada-Ku khususnya
beberapa bulan terakhir ini. Ini harus dikerjakan segera. Engkau memerlukan
istirahat.”
“Aku
tidak akan gembira dengan apa yang ada di bumi ini, Tuhan, jikalau Engkau tidak
berada di dalamnya.”
Sesudah ibu saya meninggal,
saya merasa seperti tidak ada seorang pun yang sungguh-sungguh mencintai saya.
Memang tidak ada apa pun yang dapat dibandingkan dengan kasih ibu saya yang
diberikan kepada saya. Saya perlu dicintai, tetapi untuk waktu yang lama sekali
seakan-akan tidak ada cinta dalam dunia saya. Setelah saya menikah dan
mempunyai anak, saya betul-betul menikmati kasih keluarga kami bersama, tetapi
sebesar apapun kasih mereka kepada saya, kasih yang saya terima dari ibu saya
masih hilang. Rasanya seperti ada ruangan kosong di dalam saya yang perlu
diisi.
Kekosongan itu diisi oleh
kasih Tuhan yang dahsyat. Setelah saya memberikan hati saya kepada Yesus, saya
merasa sangat aman di dalam kasih-Nya dan mudah bagi saya untuk mempercayai
kasih-Nya. Saya mengerti kebenaran nyanyian pujian yang berbunyi. “Tidak seorang pun yang dapat pedulikan saya
seperti Yesus – tiada seorang pun yang dapat pedulikan saya seperti Dia.”
Jikalau saya terjatuh dan
terluka pada waktu masih kecil, ibu saya akan menggendong saya, menyayangi
saya, dan merawat luka saya. Dengan cara yang sama, ketika saya tersandung pada
waktu masih baru menjadi orang Kristen, Yesus akan mengangkat saya dan membawa
kesembuhan pada semua kesakitan saya.
Alkitab menggambarkan urapan
yang diterima oleh Yesus: “Roh Tuhan ada
pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada
orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan
kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk
membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan
telah datang” (Lukas 4:18-19).
Yesus telah membawa kabar
baik bagi saya. Ia menyembuhkan patah hati saya. Ia membebaskan saya dari
ketakutan, pandangan akan diri saya sendiri yang negatif, rasa tidak aman yang
menguasai saya. Ia telah membuka mata rohani saya, dan Ia telah melepaskan
setiap belenggu saya. Sekarang Ia menyatakan “Tahun rahmat Tuhan telah datang” atas saya. “Tahun rahmat” itu sudah di balik sudut jalan.
Meskupun pada waktu orang
mencoba menjatuhkan saya atau memfitnah saya, saya merasa aman di dalam kasih
Yesus. Ia adalah tempat keselamatan saya, menara pengungsian bagi saya, Batu
perlindunganku. Jikalau seseorang melukai hati saya, dengan sengaja atau tidak
sengaja, saya dapat pergi kepada Tuhan dalam doa, dan kedamaian serta
ketenteraman-Nya kembali kepada saya. Saya tahu, bahwa Tuhan mengasihi saya. Ia
tidak akan pernah mengecewakan atau meninggalkan saya.
Saya suka sekali merenungkan
janji-janji firman Tuhan. Salah satu kesukaan saya ditemukan dalam Mazmur: “Terpujilah Tuhan! Hari demi hari Ia
menanggung bagi kita: Tuhan adalah keselamatan kita” (Mazmur 68:20).
Cinta-Nya bagi kita adalah untuk selama-lamanya: “Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku
melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu” (Yeremia 31:3).
Saya tahu bahwa tidak ada
suatupun yang dapat memisahkan aku dari cinta Tuhan dan Raja-ku yang
mengagumkan. “Sebab aku yakin, bahwa baik
maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik
yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang diatas,
maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan
kita dari kasih Tuhan, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma
8:38-39).
Ketenteraman sempurna-Nya
selalu bersama saya. “Yang hatinya teguh Kau jagai dengan damai sejahtera,
sebab kepada-Mulah ia percaya” (Yesaya 26:3). Firman-Nya adalah peti harta
karun yang dipenuhi oleh karunia-karunia berharga ini akan menjadi porsi
makanan sehari-hari kita di surga. Perhatikan apa yang ditulis oleh Paulus
kepada jemaat di Efesus:
“Terpujilah
Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan
kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah
memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di
hadapan-NYa. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semua oleh Yesus Kristus
untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya
terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di
dalam Dia, yang dikasihi-Nya.” (Efesus 1:3-6)
Allah telah memberkati kita
dengan setiap berkat rohani di dalam Kristus. Malahan di dalam kehidupan ini
kita dapat menikmati “tempat-tempat
surgawi di dalam Kristus.” Nyatanya, Paulus menambahkan di bab selanjutnya
dalam suratnya kepada jemaat di Efesus :
“Tetapi
Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang
dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan
Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita – oleh kasih
karunia kamu diselamatkan – dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan
kita juga dan memberikan tempat bersama-sama Dia di sorga.”
(Efesus 2:4-6) Kita telah dibangkitkan
secara rohani, untuk duduk bersama-sama ditempat-tempat surgawi bersama-sama
Yesus Kristus. Jikalau tubuh Kristus benar-benar mengerti kenyataan ini,
segalanya akan berubah. Dunia mengatakan, “Melihat
dulu baru percaya,” tetapi orang percaya mengatakan, “Percaya dulu baru melihat.” Kenyataan yang benar adalah secara rohani, bukan sementara saja. Kebanyakan
orang berpikir satu-satunya kenyataan ditentukan oleh apa yang dapat kita
lihat, dengar, kecap, endus, dan rasakan. Tetapi kenyataan yang terakhir adalah
dunia rohani.
Ada empat macam kasih; Agape
(kasih Tuhan), Storge (kasih keluarga), Phileo (kasih persaudaraan) dan Eros
(kasih seksual).
Sayangnya, dunia mencari
eros dahulu dan sedikit yang menemukan kasih agape. Sistem dunia berkerja
terbalik dalam keutamaannya daripada sistem Tuhan. Tuhan menciptakan kita
menurut gambar-Nya – Ia adalah Tritunggal (Bapa, Putera dan Roh Kudus) – dan
kita terdiri dari tiga bagian juga (badan, jiwa dan roh).
Kata Yunani pneuma adalah
kata yang telah diterjemahkan “roh,”
dan ini adalah sungguh bagian kita – inilah nafas kehidupan, jantungnya hati,
tempat dimana Roh Tuhan mencari tempat tinggal. Kata Yunani untuk jiwa adalah
psuche, dan ini adalah bagian kita tempat di mana kecerdasan kita, emosi, dan
kehendak tinggal. Di sinilah banyak masalah kita timbul.
Akhirnya, kata soma bagian
jasmani kita – organ-organ dan sistem tubuh kita. Kembali di sini, dunia telah
membalikkan susunannya. Sedangkan Tuhan ingin kita
meletakkan roh kita dahulu, terlalu banyak orang memberikan perhatian pertama
kepada tubuh mereka dahulu, perasaan mereka yang kedua, dan jikalau ada ruangan
yang tersisa, baru roh mereka. Kita lupa, bahwa kita ini lebih daripada
manusia yang sedang melakukan perjalanan rohani; tetapi nyatanya kita adalah
makhluk-makhluk rohani dalam perjalanan manusiawi.
Tuhan telah memberkati kita
dengan semua kerohanian, berkat surgawi di dalam Yesus Kristus, karena Ia
mengasihi kita dengan kasih yang kekal. Ketika saya mulai menyadari
kebenaran-kebenaran ini, saya merasa saya ingin membuang setiap hal duniawi
supaya hanya dapat menyenangkan Tuhan selama sisa hidup saya di dunia.
Sejak waktu itu saya telah
mengutamakan Dia dahulu di dalam hidup saya, jauh diatas orang atau hal yang
lain. Inilah yang diharapkan-Nya dari kita semua.
firman-Nya menjanjikan, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Tuhan dan
kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33).
Tuhan, di dalam kemurahan
kasih-Nya yang besar, telah mengizinkan saya menemukan kerajaan-Nya dan ia
menjaga semua keperluan saya. Sehingga saya dapat mentaati firman-Nya yang
mengatakan, “Sebab itu janganlah kamu
kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri”
(Matius 6:34).
Kekuatiran, yang biasanya
menjadi kawan tetap saya, telah digantikan oleh ketenteraman, kedamaian,
keyakinan, dan kasih. Saya tidak peduli apa yang orang katakan mengenai saya,
dan saya tidak takut apa yang akan terjadi pada saya. Kegembiraan saya yang
terbesar ditemukan dalam melayani dan menyenangkan Tuhan. Hanya dengan
mengasihi Dia memberi saya kegembiraan yang luar biasa.
Ia mengasihi saya baik saya
benar atau salah. Ia telah seringkali memberitahu saya, “Aku ingin engkau gembira, puteri-Ku.” Pada hari yang istimewa ini
– 13 Mei 1996 – saya merasa gembira sekali
dan tenteram walaupun sambil memperhatikan skenario cerita yang berkaitan
dengan Akhir Zaman terungkap di depan mata rohani saya di dalam bentuk suatu
penglihatan yang ajaib. Tuhan mengingatkan saya, “Ada banyak berkat istimewa datang kepadamu.”
Saya tak dapat membayangkan
bagaimana mungkin ada berkat yang lebih banyak daripada yang telah saya alami.
Saya tahu kebenaran Firman yang menyatakan, “Sebab
kerajaan Tuhan bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai
sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Roma 14:17). Apalagi yang
diinginkan? Berkat-berkat ini – dan sangat banyak lagi – sudah saya miliki,
disini – dan – sekarang, dan saya tahu mereka akan terus kekal lagi di surga. Tuhan
berkata, “Aku tahu engkau lelah,
puteri-Ku. Aku akan membawamu kembali sekarang.”
Pagi ini sangat
membangkitkan semangatku. Aku telah bersama Tuhan selama dua setengah jam,
kemudian aku berdoa untuk satu setengah jam lagi. Saya merasa seperti saya
sudah berada di surga di mana kasih Tuhan adalah udara yang kita hirup.
MENGURUNG DIRI
BERSAMA TUHAN
Sejak 19 Februari 1996, saya
menghabiskan seluruh waktu bangun saya bersama Tuhan. Kehidupan sosial saya
terbatas pada kebaktian ibadah dan belanja bahan makanan pokok untuk keluarga
saya. Seluruh sisa waktu adalah untuk Tuhan. Famili yang mengunjungi kami
hanyalah anggota keluarga kami sendiri. Tuhan telah menjelaskan kepada saya,
bahwa beginilah caranya. Ia menghendaki saya menghabiskan waktu saya –
memusatkan perhatian pada-Nya, firman-Nya, dan kehendak-Nya. Ia sedang
menyiapkan saya untuk tahap pelayanan selanjutnya.
Meskipun kelihatannya
seperti saya “mengurung diri,”
kenyataannya adalah bahwa “doa lemari
tertutup” saya telah menjadi pintu masuk ke kerajaan surga. Alih-alih
dikurung, saya telah diluncurkan ke dalam dimensi kemuliaan yang lebih tinggi
daripada yang pernah saya alami.
Seringkali, apabila orang
menelpon dan membuat rencana untuk berkunjung, mereka akan menelpon kembali dan
mengatakan ada sesuatu hal yang timbul yang mencegah mereka untuk datang
berkunjung. Saya percaya ini terjadi karena Tuhan mau saya menghabiskan waktu
ini sendiri bersama Dia supaya Ia dapat meneruskan pekerjaan persiapan-Nya di
dalam hidup saya. Dari permulaan, Ia memberitahu saya untuk tidak pergi
kemana-mana untuk sementara waktu, terutama keluar kota, sehingga buku ini
diselesaikan. Sungguh, meskipun jikalau saya ingin pergi ke suatu tempat, saya
tidak dapat, sebab urapan sangat melimpah. Urapan Tuhan menyebabkan saya
berlutut terus di hadirat-Nya.
Sebelum Hari Paskah 1995
saya telah merasa urapan-Nya, tetapi sejak waktu itu, badan saya mulai
bergoncang setiap kali urapan atas kehadiran Tuhan datang di atas saya. Sejak
bulan Januari 1996 urapan itu menjadi begitu kuat sehingga saya tidak dapat
mengendalikan goncangan dan manifestasi jasmani lainnya.
Contohnya, mulai dengan
menulis ini, saya bahkan tidak dapat masuk ke dalam ruangan di mana Roger
bekerja dengan komputernya sebab kehadiran Roh Kudus sungguh kuat disitu. Roger
sedang melakukan perbaikan-perbaikan dalam naskah untuk buku ini. Ia mengambil
libur selama seminggu untuk maksud ini, dan saya sangat menghargai bantuannya.
Apabila saya pergi ke dekat
ruangan komputer badan saya mulai melompat karena kegirangan. Ini adalah reaksi
jasmani yang datangnya dari Tuhan, dan saya tidak mempunyai kuasa atasnya. Ini
bukan sesuatu yang saya buat-buat sendiri. Sebenarnya, ini lebih menyerupai
reaksi rohani daripada reaksi emosi.
Tuhan yang Mahakuasa, Bapa
saya, dan Tuhan saya, telah menghabiskan begitu banyak waktu-Nya bersama saya,
dan inilah suatu kehormatan dengan mengembalikan sedikit waktu kepada-Nya. Saya
menikmati setiap saat daripada kerja saya untuk Dia. Tidak sukar bagi saya
untuk melakukan kerja bagi Dia sebab saya mengasihi Dia lebih daripada hidup
saya sendiri. Saya percaya kata-kata pemazmur: “Sebab kasih setia-Mu lebih baik daripada hidup.” (Mazmur 63:3)
PRIHATIN
ADALAH KUATIR
Sepanjang hidup saya,
seperti yang telah saya sebutkan beberapa kali, saya cenderung untuk kuatir.
Saya kira Saudara boleh menamakan saya seorang yang pesimis. Kemungkinan ini
berasal dari hidup morat-marit yang saya alami sewaktu masa kecil saya. Apapun
alasannya, bagaimanapun, saya sering bergelut dengan kekuatiran, ketakutan, dan
kecemasan. Saya tahu ini bukan kehendak Tuhan bagi saya. Sesungguhnya, Tuhan
telah memberitahu saya beberapa kali, “Jangan
kuatir, puteri-Ku.”
Saya mulai melihat
kekuatiran saya agak lain, menamakannya prihatin daripada kuatir. Entah
bagaimana, mengatakan bahwa saya “prihatin”
daripada “kuatir” membuatnya
seakan-akan tidak apa-apa. Pada 20 Mei 1996 saya bersama Tuhan dari jam 05.40
pagi sehingga 07.50 pagi. Badan saya bergoncang dari jam 05.40 pagi sehingga
06.10 pagi, dan keluhan-keluhan rohani saya berlangsung selama setengah jam.
Tuhan berjalan menghampiri saya dan berkata, “Puteri-Ku sayang, Choo Nam, Aku harus berbicara denganmu.”
Tangan-Nya meraih saya, dan
seketika itu juga saya melihat badan transformasi saya sedang berjalan dengan
Dia di pantai. Ia kelihatan sangat gembira, dan saya sangat menikmati
kehadiran-Nya. Ketika kami berjalan-jalan sepanjang pantai saya berkata, “Tuhan aku mengasihi-Mu dan rindu pada-Mu.”
Ia membalas tanpa ragu-ragu,
“Aku mengasihimu, puteri-Ku.”
Kegembiraan waktu itu telah
membuat saya mempercepat langkah saya, dan memang saya berjalan mendahului Dia.
Ia mulai tertawa, begitu juga dengan saya. Kami mengambil tempat duduk kami
seperti biasa.
“Aku
melihat engkau mengerjakan buku-Ku tanpa henti-hentinya.”
“Ya,
Tuhan. Roger sedang giat mengerjakannya. Bahasa Inggrisku tidak begitu bagus,
jadi ia memperbaiki banyak ejaan yang salah dan masalah tata-bahasanya.”
“Aku
tahu engkau berdua sedang bekerja keras.”
Saya tahu Tuhan mengetahui
semua pikiran, perasaan dan tindakan saya. Saya tahu saya tidak dapat
menyembunyikan apapun juga dari-Nya, dan saya tidak mau menutup apa saja. Ia
tahu bahwa saya prihatin mengenai buku. Saya bertanya-tanya dalam hati
bagaimana nanti hasilnya, siapa yang akan menulisnya dan siapa yang akan
menerbitkannya.
Tuhan tahu semua ini, jadi
Ia berkata, “Choo Nam, engkau kuatir
tentang buku ini lagi meskipun Aku memberitahumu jangan kuatir.”
“Aku
tidak kuatir, hanya prihatin,” saya menjawab sambil
menundukkan kepala saya dengan malu.
Tuhan mengangkat wajah saya
dan berkata, “Puteri, engkau malu.”
Saya mengakui kebenaran
pengamatan-Nya dengan tersenyum yang berubah menjadi tertawa kecil. Ia mulai
membalas dengan tertawa, lalu berkata, “Puteri,
prihatin adalah kuatir. Mulai dari sekarang, Aku tidak mau engkau kuatir sama
sekali. Ini adalah buku-Ku; Aku yang akan mengurusnya. Bukankah Aku telah
berbuat demikian sampai saat ini?”
“Oh
ya, Tuhan. Maafkan aku. Ampuniku karena tidak menurut perintah-Mu.”
Ia membalas dengan girang.
Kelihatannya Ia sangat gembira akan kejujuran saya dan kerendahan hati saya.
Saya tahu ia telah
mengampuni saya. Rasa damai sejahtera meliputi jiwa saya, dan saya merasa bebas
dari rasa kuatir yang mulanya saya tolak sambil menipu diri sendiri dengan
mengatakan itu hanya prihatin.
Hari ini saya belajar satu
pelajaran dari Tuhan – Ia ingin kita jujur
sepenuhnya dengan Dia, orang lain dan diri kita sendiri. Kita tidak
dapat memakai cara pemikiran dunia untuk membenarkan, merasionalisasikan, atau
menutupi dosa-dosa kita. Saya tahu, bahwa kuatir adalah dosa, dan saya mencoba
dengan pura-pura, bahwa kuatir tidak ada. Walaupun kelihatannya ini adalah
sesuatu hal yang kecil untuk sebagian orang, saya tahu ia sangat penting bagi
Tuan saya. Ia tidak mau saya kuatir.
Sebetulnya, Ia mengundang
kita semua: “Marilah kepada-Ku, semua
yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan
rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu
enak dan beban-Kupun ringan” (Matius 11:28-30).
Cara manusia adalah dengan
kuatir. Cara Tuhan adalah dengan percaya. “Tuhan
menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. Karena
itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya
pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang
memelihara kamu” (1 Petrus 5:5-7). Mengapa kita memilih untuk kuatir
jikalau Bapa kita berjanji banyak kali kepada kita? Tuhan kelihatannya mau
menghapuskan rasa kuatir saya dengan memperlihatkan lagi beberapa hal yang
telah disediakan-Nya untuk saya. Ia berkata, “Aku ingin engkau melihat ini lagi.”
Suara – penglihatan keluar
dan setelah waktu yang lama, pemandangan rumah yang telah ditunjukkan-Nya
kepada saya dulu muncul kembali. Tuhan tidak menunjukkan tingkat atas kediaman
yang terakhir kali ditunjukkan-Nya kepada saya, tetapi kali ini saya melihat
empat kamar tamu dan satu kamar untuk berdoa pada lantai kedua. Saya terutama
sekali memperhatikan sebuah gambar yang tergantung pada sebuah dinding kamar
doa – ini adalah foto Tuhan sendiri. Meskipun saya tidak dapat melihat Dia
dengan jelas, saya merasa ada sesuatu yang khususnya menarik perhatian dan
indah mengenai potret-Nya.
Penglihatan membawa saya ke
dalam setiap ruangan rumah itu – rumah yang dijanjikan untuk diberikan-Nya
kepada saya dan keluarga saya. Tuhan bertanya, “Sukakah engkau akan rumah ini?”
“Ya,
terima kasih, Tuhan. Tetapi sebenarnya aku tidak memerlukan sebuah rumah lain.
Apa yang kuingin lakukan adalah menyenangkan hati-Mu, melakukan pekerjaan-Mu,
dan melihat keluargaku menjadi lebih beriman pada-Mu.”
“Semua
hal yang Engkau perlihatkan kepadaku sangat cantik, tetapi mereka adalah
barang-barang duniawi, dan itu semua tidak menarik hatiku lagi. Perasaan Roger
juga sama, Tuhan.”
“Puteri-Ku,
biarlah Aku menentukan apa yang engkau inginkan dan perlukan. Aku mengasihi
hatimu berdua. Kita harus pergi sekarang.”
Sesudah sembilan kali yang
pertama kami mengunjungi surga, Tuhan memberitahu saya Ia tidak akan
membangunkan saya lagi, dan Ia memenuhi janji-Nya. Saya bangun beberapa menit
sebelum atau sesudah pukul 06.00 – setelah saya tidur semalam penuh.
Waktu yang sungguh-sungguh
kudus dan bahagia. Tidak ada kekuatiran atau prihatin. Tuhan memeluk saya, lalu
berkata, “Aku akan bercakap-cakap
denganmu nanti.” Saya merasa lebih santai sepenuhnya daripada sebelum ini.
SURGA ATAU
NERAKA?
Sejak kunjungan bulan Mei
itu saya telah berdoa bagi pembaca-pembaca yang akan datang dari buku ini. Saya
berdoa untuk Saudara, pembaca yang terhormat. Saya ingin Tuhan menyiapkan hati
Saudara untuk menerima kebenaran mengenai semua hal yang telah saya alami dan
tulis. Surga itu sungguh ada, dan saya ingin Saudara lebih mempercayainya
daripada yang mungkin pernah Saudara impikan. Inilah yan dikehendaki Tuhan bagi
Saudara, sebab Ia mengasihi Saudara dengan kasih yang kekal.
Tuhan membawa saya ke surga
pada banyak waktu yang berlainan sehingga saya dapat menceritakan kepada
Saudara bagaimana indahnya bagi kita semua yang mengasihi Dia dan hidup
bagi-Nya sepenuh mungkin. Ia dan saya berdua ingin Saudara dapat pergi ke rumah
besar yang indah yang telah disediakan-Nya bagi Saudara. Hal-hal yang
diperlihatkan dan diberitahukan-Nya kepada saya adalah benar. Mereka seluruhnya
berhubungan dengan Alkitab. Meraka adalah kenyataan yang jauh melebihi pengalaman
duniawi kita. Saya tahu mereka lebih nyata daripada hal-hal dunia ini, dan saya
ingin Saudara mengetahui kenyataan ini.
Sebelum Tuhan memberkati
saya dengan sangat banyaknya penglihatan-penglihatan tentang kebenaran surgawi,
saya kadang-kadang mempunyai kesangsian tentang adanya surga, meskipun saya
mengasihi-Nya dan mempercayai-Nya dengan sepenuh hati saya. Saya tidak mengerti
sepenuhnya tentang surga, dan saya tahu banyak orang percaya yang seperti ini.
Sekarang saya tahu itu semua benar. Ini sudah bukan soal kepercayaan bagi saya
sekarang; inilah pengetahuan yang sebenarnya – jenis pengetahuan yang tidak
dapat dirampas oleh siapapun. Pengetahuan yang murni.
Dulu biasanya saya takut
mati dan prihatin akan banyak hal di dalam hidup saya setelah mati nanti;
tetapi setelah pengalaman saya di surga, tidak ada sesuatu pun di dunia ini
atau hidup saya yang berarti lagi. Saya tahu kemana saya akan pergi sesudah
kehidupan ini berakhir. Saya akan bersama Yesus selamanya di Firdaus-Nya. Tiada
kata-kata yang dapat menerangkan bagaimana sempurnanya surga itu. Apa yang
dapat saya rasakan adalah ada kegembiraan yang sempurna.
Setelah
perjalanan-perjalanan ke surga saya memohon kepada Tuhan agar membawa saya
pulang, tetapi suara-Nya yang kecewa mengatakan, “Aku tidak menunjukkan kerajaan dan lubang neraka kepadamu untuk
membawamu pulang sekarang. Aku memperlihatkan kepadamu semua itu supaya engkau
menolong menyelamatkan orang-orang yang sesat dan memberitahu setiap orang apa
yang perlu untuk masuk kerajaan surga.”
Sesudah Ia mengatakan ini,
saya merasa malu karena begitu mementingkan diri sendiri, dan saya minta ampun.
Sekarang satu-satunya hal yang dapat saya pikirkan adalah melayani Dia sampai
hari terakhir. Tidak peduli apa caranya, saya akan menyenangkan-Nya.
Sebagai salah satu anak
perempuan-Nya yang istimewa, mengapa Ia menyakiti hati saya dengan memakai Ibu
saya di dalam buku ini sekiranya hal ini tidak penting bagi orang-orang-Nya
untuk mengerti bahwa hanya dengan hidup baik saja tanpa mengenal siapa Yesus
tidak akan menyelamatkan mereka. Seseorang berkata kepadaku. “Jika Ia mengasihimu, mengapa Ia sampai hati
memakai ibumu untuk menyakiti hatimu sedemikian?” Saya sangat terperanjat
oleh pertanyaan yang tidak beriman ini.
Walaupun ini adalah kenangan
yang sangat memilukan bagiku melihat ibu saya dan yang lain di dalam lubang
neraka, saya harus menerima kenyataan bahwa tiada apapun yang dapat membawa
mereka keluar dari sana, jadi saya menerima kenyataan bahwa mereka akan berada
di sana untuk selama-lamanya hanya karena mereka tidak mengenal Tuhan Yesus.
Tuhan saya mempunyai alasan
yang sangat khusus dengan memakai ibu saya di dalam buku ini. Jikalau, melalui
dia, walaupun hanya seorang ibu, yang lain dapat diselamatkan, saya merasa
sangat terhormat.
Tidak peduli bagaimana
mungkin susahnya nanti hidup saya, saya tidak akan pernah dapat marah kepada
Tuhan. Jikalau ada sesiapa yang kukasihi mati untuk Tuhanku, saya akan sangat
sukacita untuk meraka. Dengan demikian saya akan tahu pasti bahwa kehidupan
kekal mereka akan mereka habiskan bersama Tuhan Yesus. Seperti Yesus berkata:
“Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga ia telah mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16)
Saya percaya bahwa
kedatangan-Nya yang kedua sudah sangat dekat supaya orang-orang-Nya dapat
mengetahui bagaimana besarnya Ia mengasihi mereka dan bahwa Ia mau gereja-Nya
bersedia untuk Dia.
Tuhan mengasihi Saudara, dan
ini adalah kebenaran yang terbesar di seluruh dunia. Itulah sebabnya Ia telah
menyediakan kerajaan-Nya bagimu. Walaupun Ia mengasihi anak-anak-Nya, Ia marah
terhadap mereka yang tidak percaya. Karena itulah Ia menugaskan saya untuk
menulis buku ini. Ia telah banyak kali memberitahuku bahwa keselamatan
jiwa-jiwa adalah sangat penting sekali bagi-Nya. Ia gelisah memikirkan beberapa
anak-anak-Nya lebih memilih neraka untuk menjadi tempat kekal mereka daripada
kemuliaan indah yang telah disediakan-Nya bagi mereka.
Akhirnya, surga adalah satu
pilihan. Tuhan tidak mau siapapun berakhir di dalam lubang neraka. Jika Saudara
percaya, Saudara akan mendapat hidup yang kekal dengan Tuhan:
“Firman
itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.” Itulah
firman iman, yang kami beritakan: sebab
jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam
hatimu, bahwa allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu
akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan
mulut orang mengaku dan diselamatkan. Karena Kitab Suci berkata: “Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak
akan dipermalukan.” (Roma 10:8-11)
Jikalau Saudara tidak
percaya, Saudara akan menemukan diri Saudara di tempat siksaan di mana orangtua
saya dan tak terhitung banyaknya orang lain yang harus menahan penderitaan
selama-lamanya. Ini adalah pilihan pribadi. Ini cara Tuhan melawan cara setan.
Ini kerajaan surga melawan kerajaan kegelapan. Ini hidup lawan mati. Ini surga
lawan neraka. Yang mana akan menang dalam hidup Saudara? Pilihan ada di tangan Saudara.
Setiap kata di dalam buku
ini adalah benar. Kata-kata Yesus telah ditafsirkan tepat seperti yang diucapkan-Nya
kepada saya. Tuhan memilih saya untuk perkerjaan ini, dan saya telah berusaha
sedapat mungkin untuk tepat dalam setiap kata dan pengalaman. Dengan
pertolongan Tuhan, dan bantuan Roger dan penulis, saya telah berusaha untuk
memberikan gambaran-gambaran yang tepat dari setiap pengalaman yang telah saya
peroleh.
Akhirnya, walau bagaimana pun,
saya sadar bahwa pilihan ada pada Saudara sendiri. Yang dapat saya lakukan
hanya memberitahukan kepada Saudara. Sekarang setelah Saudara membaca
halaman-halaman ini, Saudara bertanggung jawab atas kebenaran yang telah
ditanamkan. Apa yang akan Saudara lakukan dengan
kebenaran yang telah saya bagikan kepada Saudara?
Sebelum saya pergi ke surga,
saya ingin menyelamatkan jiwa-jiwa untuk kerajaan, tetapi sekarang saya
menyadari saya harus berusaha sedapat mungkin untuk menyelamatkan yang sedang
binasa. Saya tidak akan pernah melupakan ingatan tentang tubuh-tubuh telanjang
yang berlarian kian ke mari di dalam api dan menjerit-jerit dalam kesengsaraan
mereka. Ia akan berakhir segera bagi kita semua, sedangkan itu sudah akan
terlambat untuk membuat keputusan kita bagi Yesus dan Surga.
Saya mempunyai hasrat yang
membara untuk melihat yang sesat diselamatkan, untuk mencegah mereka daripada
pergi ke tempat yang mengerikan yang telah diperlihatkan oleh Tuhan kepada
saya. Hasrat terdalam saya adalah untuk setiap orang menemukan namanya pada
sebuah pintu rumah di surga. Kitab Wahyu menggambarkan dua jenis orang. Saya
telah melihat hal-hal yang sama yang dilihat oleh Rasul Yohanes.
Yohanes menggambarkan nasib
kekal dari jenis yang pertama, kumpulan yang nasibnya sial seperi berikut: “Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik
ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya
disiksa” (Wahyu 14:11). Kumpulan jenis yang kedua, sebaliknya, digambarkan
seperti ini:
“Yang
penting disini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Tuhan
dan iman kepada Yesus. Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan,
sejak sekarang ini supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka,
karena segala perbuatan mereka menyertai mereka”
(Wahyu 14:12-13).
Apakah nama
Saudara tertulis di dalam Buku Kehidupan Anak Domba?
Amin.
(oleh Kristus Ministry)